NovelToon NovelToon
L'Oubli

L'Oubli

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Cinta Terlarang / Cinta Beda Dunia / Roh Supernatural
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Dela Tan

Murni, seorang biarawati yang sedang cuti karena ingin menyembuhkan jiwa setelah terganggu mimpi-mimpi buruk yang terus berdatangan, menerima pesan aneh di ponselnya -suara paniknya sendiri yang membuatnya penasaran. Ia mengikuti petunjuk yang membawanya ke sebuah warung makan tua yang hanya buka saat malam.
Di warung itu ia bertemu dengan Mahanta, seorang juru masak pendiam yang misterius. Namun warung itu bukan warung biasa. Pelanggannya adalah jiwa-jiwa yang belum bisa pergi, dan menu makanannya bisa menenangkan roh atau mengirimnya ke dalam kegelapan. Murni perlahan terseret dalam dunia antara hidup dan mati. Ia mulai melihat masa lalu yang bukan miliknya. Meskipun Mahanta tampaknya menyimpan rahasia gelap tentang siapa dirinya dan siapa Murni sesungguhnya, pria itu bungkam. Sampai cinta yang semestinya dilarang oleh langit dan neraka merayap hadir dan mengungkapkan segalanya.

L'oubli (B. Perancis): keadaan tidak menyadari atau tidak sadar akan apa yang sedang terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dela Tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Season 1 ; Bab 32 - Mahanta Telah Menikah?

Murni tiba di depan pintu warung yang terkunci, menunggu dalam sunyi yang terasa… salah.

Biasanya, Mahanta akan menunggu di pintu dengan ekspresi tak terbaca. Atau ia akan melihat lelaki itu sibuk di dapur, menyambutnya meskipun tanpa menoleh, seolah dia memiliki mata di punggungnya, atau mata batinnya bisa merasakan kehadiran Murni.

Tetapi malam ini… tidak ada suara. Tidak ada cahaya dari dalam. Tidak ada Mahanta.

Tangan Murni mengetuk tiga kali. Lalu lima. Lalu sekali lagi. Masih diam. Seolah bangunan itu tidak lagi mengenalnya.

Apakah warung tidak buka malam ini?

Apa yang terjadi selama sepuluh hari ia dikurung?

Murni mundur satu langkah, menatap papan kusam bertuliskan “Warung Murni”. Untuk sesaat, nama itu terasa seperti ejekan. Karena tak ada “murni” dalam dirinya malam ini. Hanya kerinduan, kehilangan yang tak ingin ia akui, dan desakan untuk berada di pelukan lelaki itu… yang masih berusaha mati-matian ia tekan.

Tiba-tiba, pintu terbuka sedikit. Bukan oleh Mahanta, tetapi terbuka sendiri, dengan bunyi engsel yang menyerupai erangan. Seolah pintu tidak tertutup rapat dan sekarang terdorong oleh angin. Aneh… padahal tadi ia mengetuk dan pintu tidak terbuka. Apakah ketukannya terlalu halus?

Atau mungkin… pintu itu mempersilakannya masuk karena ia telah dianggap sebagai bagian dari warung ini? Dengan agak malu, Murni menggeleng. Sepertinya ia terlalu melebih-lebihkan arti dirinya.

Murni melangkah masuk.

Tidak seperti biasanya. Tak ada suara alat masak. Tak ada aroma bumbu. Dapur gelap. Meja-meja tertata, tapi sepi. Seolah warung ini hanya menunggu satu orang saja, dan orang itu tidak datang.

Lampu-lampu gantung menyala redup, seperti enggan menjalankan tugasnya. Ia duduk di kursinya yang biasa, dan ingat… ia pernah duduk sendirian di sini, bahkan sampai ketiduran.

Saat itu Mahanta tidak ada. Apakah lelaki itu menghilang lagi?

Kursi di seberangnya kosong. Kursi yang biasa diduduki Mahanta.

Ia menatapnya. Lama.

Kursi itu sedikit tertarik ke belakang, letaknya bahkan agak miring. Seperti seseorang pernah mendudukinya, lalu bangkit tiba-tiba dan menabraknya. Mungkin karena terburu-buru, karena itu tidak sempat merapikannya lagi.

Perasaan itu merayap perlahan. Seperti uap dari cangkir teh yang tak pernah diseduh. Penolakan.

‘Apa dia sengaja pergi?’ gumamnya. Suaranya sendiri terdengar asing.

‘Apakah tadi dia ada, tetapi bergegas pergi karena tak ingin bertemu denganku? Ingin menghindari seorang pendosa, calon biarawati gagal naif yang terlalu mudah percaya?’

Ia menatap lagi bangku yang terdorong miring itu. Mengamatinya. Prasangka buruk mengendap, digantikan pemikiran lain.

“Apakah ada sesuatu yang terjadi? Mahanta… apakah kau baik-baik saja?”  Ia berbisik. Kini, kehawatiran mulai merangkak naik di hatinya.

Tiba-tiba ada ketukan pelan.

Murni menoleh penuh harap. Meskipun pikiran dan hatinya berperang antara negatif dan positif, dengan enggan Murni mengakui, ada bagian dari dirinya yang terus mengharapkan pria itu masuk dari pintu, membawa bahan masakan, atau sekadar menyunggingkan senyum tipisnya yang lembut namun menyakitkan.

Tapi suara ketukan itu… ritmis, terlalu tenang untuk pelanggan biasa, mengusik ketenangan semu yang ia bangun sejak tadi.

Dengan langkah pelan, Murni membuka pintu.

Seorang perempuan berdiri di ambang. Rambut hitam panjang, berkulit pucat, dan mata yang memancarkan sesuatu. Bukan ancaman. Bukan kelembutan. Entah apa. Murni tak bisa langsung mendefinisikan.

Wanita itu mengenakan mantel hujan lusuh, tapi wajahnya kering. Seolah hujan menjauh darinya.

“Ini Warung Murni, bukan?” tanyanya dengan suara yang terlalu datar.

Murni mengangguk.

Wanita itu tersenyum tipis. “Aku ingin bicara dengan suamiku.”

Murni membeku.

“…Ma… maaf?” bibirnya nyaris tak mampu mengeja.

“Suamiku,” ulang wanita itu. “Mahanta. Di mana dia?”

Suaminya?

Ada suara patah. Hatinya.

Nyerinya tak tertanggungkan.

Murni menelan ludah yang mendadak terasa sangat pahit.

Benar. Memang lelaki itu selalu melayani sendirian di warung. Tetapi itu bukan berarti dia masih lajang.

Siapa yang memastikan lelaki itu belum menikah, atau belum memiliki seorang wanita? Itu hanya kesimpulannya sendiri.

Murni menyumpah di dalam hati. Mahanta pasti melihatnya sebagai wanita bodoh yang menyedihkan. Tergoda sendiri, jatuh cinta sendiri, dan… mengejarnya sendiri!

Ada keheningan yang tidak nyaman di antara mereka saat Murni membiarkan wanita itu masuk dan duduk. Angin yang menyusup dari sela pintu membuat lampu bergoyang sedikit, bayangan mereka bergetar di lantai kayu.

“Dia… tidak di sini sekarang,” kata Murni, mencoba menjaga nada suaranya. “Dan… saya tidak tahu kalau dia sudah menikah.”

Wanita itu tertawa kecil, tapi tawanya lebih menyerupai embusan napas. “Tentu saja tidak. Dia tidak pernah bercerita tentang hal-hal pribadi. Dan dia tidak bicara soal masa lalunya.”

Murni menelan ludah. Ada rasa asing yang menyeruak. Bukan cemburu. Bukan marah. Tapi sesuatu yang menggabungkan keduanya dalam satu racikan pahit. Terlalu pahit. Mungkin ini yang dinamakan kecewa.

“Kalau boleh tahu,” kata Murni pelan, “Anda mengatakan dia suami Anda. Tapi dia tidak pernah menyebut…”

“Karena dia tak ingin kau tahu.” Wanita itu memotong ucapan Murni. “Karena jika kau tahu, kau akan menjauh. Dan dia tidak ingin kehilanganmu. Bahkan jika itu berarti berbohong.”

Matanya menatap dinding, seolah bisa melihat sesuatu di balik papan kayu.

“Dia tidak mengingatku lagi, mungkin,” lanjutnya, “Atau pura-pura tidak mengingat.”

Murni mencengkeram kain di lututnya.

Wanita itu menatap Murni lurus-lurus. “Kau tinggal di sini?”

“Sementara.” Ada ragu yang membalut kata-kata Murni. Sungguh, ia tak lagi yakin.

“Ah….” Wanita itu mengangguk-angguk, lalu mencemooh. “Kau tertarik padanya?"

Murni membeku.

Wanita itu mengembuskan napas, “Mahanta, suamiku itu, selalu jadi semacam pusat gravitasi. Siapa pun yang terlalu dekat dengannya pasti akan jatuh. Meski tahu akhirnya mungkin hancur.”

Ucapan itu membuat dada Murni sesak. Ia bahkan bernapas dengan susah payah. Itu benar-benar menggambarkan dirinya.

“Apa kau tahu siapa dia sebenarnya?” tanya wanita itu lagi.

Murni menggeleng perlahan. “Saya sedang mencoba mencari tahu.”

“Mahanta adalah lelaki yang membawa banyak kehancuran,” katanya. “Kau hanya belum melihatnya.”

Murni menggeleng, suaranya bergetar. “Kau tidak tahu siapa dia…”

“Apa lagi kau!” Wanita itu mencibir, "Kau tidak tahu siapa dia tetapi jatuh cinta padanya.”

Pernyataan itu datang bagai tamparan telak.

“Aku…aku tidak…”

“Jangan khawatir!” Wanita itu melambaikan tangan. “Aku hanya mengatakan apa yang kulihat. Kau bukan satu-satunya yang jatuh cinta padanya. Dia memang menawan bukan? Tapi dia milikku.”

Murni tidak berkomentar.

“Biarkan aku memberimu nasihat,” katanya sambil berdiri, “Jangan terlalu dekat. Kau akan tersesat. Atau lebih buruk… kau akan terbakar.”

Sebelum Murni bisa merespons, wanita itu sudah melangkah ke pintu. Tapi sesaat sebelum keluar, dia menoleh sekali lagi.

“Jika kau melihatnya,” katanya pelan, “Katakan padanya… aku masih menunggu. Di tempat yang seharusnya dia ingat.”

"Dan... sebaiknya kau pergi sebelum semuanya terlambat. Jangan biarkan dirimu jatuh terlalu dalam...” Wanita itu memandang Murni dari atas ke bawah, “...Suster. Atau kau tak akan keluar dengan utuh."

Ia melangkah ke dalam hujan, tubuhnya menghilang pelan di balik kabut. Murni berdiri mematung, jantungnya serasa diremas.

1
adi_nata
ketika ada satu titik hitam pada selembar kertas putih, manusia kebanyakan akan fokus pada titik hitam itu dan melupakan warna putihnya.
miyuu
AYOO LANJUTTTT
🌸Ar_Vi🌸
ditunggu kelanjutannya.. /Kiss/
adi_nata
jadi benar .. cinta terlarang antara sayap putih dan sayap hitam.
adi_nata
api warung tersulut api ? maksudnya bagaimana ?
Dela Tan
Dia introvert
adi_nata
apakah Murni adalah bidadari yang dihukum menjadi manusia karena mencintai Iblis ? 🤔
adi_nata
memohon petunjuk. entah kenapa Murni begitu keras kepala ga mau menceritakan masalahnya kepada seseorang ? seenggaknya ke Suster Maria.
adi_nata
Love Never Fails

When Spring Ends, I'll See You Again
adi_nata
berniat melepaskan tapi selalu memberi sinyal supaya Murni mencarinya. /Facepalm/
adi_nata
apakah sudah bisa disebut sebagai pengantin Tuhan kalau belum resmi menjadi Biarawati ?
adi_nata
sepiring sup dingin ? sup dalam piring ?
Martina Naning
Seruuuu....
adi_nata
kenapa ga berusaha dibawa ke psikolog ?
adi_nata
waduhh .. kenapa berpikiran tidak bijaksana seperti ini ?
adi_nata
apakah ada kisah cinta terlarang antara anak manusia dengan kaum iblis ? antara Murni dan Mahanta.
💕💕syety mousya Arofah 💕💕
kasian nk e dinge berpisah thorr
Martina Naning
Sebuah karya dari penulis yang cerdas, berwawasan luas, dan berani mengambil tema tidak biasa. Membacanya membuat tidak berani membayangkan ending cerita.
adi_nata
apakah kalau Murni memakan bubur itu, maka dia akan dibawa ke alam nya Mahanta untuk selama lamanya ?
adi_nata
wah .. berarti kemungkinan besar Mahanta bukanlah manusia. dan Murni ? 🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!