Warning! Area 21+ yang masih di bawah umur harap tidak membaca novel ini. 🙏😁
Seorang gadis bernama Elisa yang punya segalanya dalam hidup, ia cantik, populer dan kaya raya. Hidupnya begitu sempurna, namun tak banyak yang tahu jika ia mempunyai trauma masa kecil karena penghianatan sang ayah yang menyebabkan ibunya meninggal bunuh diri.
Lima belas tahun berlalu. Sebelum sang ayah meninggal, beliau menulis sebuah surat wasiat yang bertuliskan bahwa seluruh harta kekayaannya akan jatuh ke tangan sang putri tunggalnya. Dengan syarat Elisa harus menikah dan melahirkan keturunan penerus keluarga.
Elisa yang tak percaya dengan adanya cinta sejati mulai mencari cara agar ia mendapatkan warisan tersebut. Dan saat itulah seorang pria sederhana muncul di hadapannya karena meminta Elisa membatalkan penggusuran pemukiman tempat pria itu tinggal.
"Aku akan membatalkan penggusuran itu dengan satu syarat, menikahlah denganku, setelah aku hamil dan melahirkan kamu akan aku bebaskan." Elisa Eduardo.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alya aziz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.19 (Aku ingin waktu berhenti saat ini juga)
Setelah hening sesaat, tiba-tiba saja Elisa tekekeh sendiri "Haha, hey apa yang bisa di percaya dari kamu hah? Kamu kan juga laki-laki."
Reynald mulai nampak kesal, padahal ia begitu serius saat mengatakannya. "Kamu kenapa tertawa, aku serius saat mengatakannya."
Elisa berdiri dari posisinya. Akhirnya ia kembali bisa mengusai diri dengan logika, ia tak akan pernah percaya begitu saja dengan janji berbalut kata-kata manis dari seorang pria. "Aku mengantuk, ayo masuk."
Saat Elisa melangkah turun lebih dulu, Reynald masih terpaku di tempatnya. Ia sempat menyesal karena mengatakan sesuatu yang harusnya tidak ia katakan untuk satu hubungan berdasarkan simbiosis mutualisme.
Seharusnya aku tidak mengatakan hal itu, pasti dia merasa tidak nyaman sekarang. Ada apa dengan ku sebenarnya, tidak seharusnya aku perduli dengan masalah yang dia hadapi, seharusnya aku hanya perlu melakukan tugas ku, batin Reynald.
~
Setelah beberapa saat Reynald menyusul masuk kedalam kamar. Langkahnya terhenti saat sudah sampai di ambang pintu. Mata tak berkedip dengan mulut terperangah, begitulah yang kini tergambar di wajahnya. "I-itu kan baju ku, kenapa kamu pakai."
Kaos berwarna putih dengan ukuran cukup besar kini melekat di tubuh Elisa meski hanya sebatas paha saja. Ia berbalik lalu melangkah mendekati Reynald. "Aku tidak membawa baju ganti, untung aku sudah mandi di kantor sebelum kesini jadi tinggal ganti baju saja ... memangnya kenapa, tidak boleh?"
"Bukan tidak boleh tapi ... tapi kamu terlihat berbeda dengan pakain itu, aku tidak ingin melakukannya malam ini tapi kamu sepertinya memang ingin menggoda ku ya."
Elisa mengeryitkan keningnya. "A-apa menggoda? ... siapa juga yang menggoda mu, itu karena aku memang selalu terlihat menggoda. Kalau mau bilang saja kenapa menyalahkan orang lain."
"Wahaha, baiklah akan aku buktikan aku tidak akan melakukan apapun bersama mu malam ini, meski kamu tidak memakai pakaian sekalipun."
"Benarkah, baiklah lihat saja nanti." Elisa bebalik lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur empuk yang ada di ruangan itu. "Kemarilah, suamiku." Elisa memasang pose yang begitu menantang agar Reynald terpancing.
"Percuma, aku tidak akan terpancing kali ini." sahut Reynald yang nampak kesal.
Sial wanita ini benar-benar tidak bisa di tebak, saat di atap dia nampak sangat sedih dan sekarang sudah kembali ke sifat aslinya, sepertinya aku sudah salah karena sempat bersimpati padanya. batin Reynald.
Reynald beranjak naik keatas tempat tidur lalu berbaring di samping Elisa. Ia sengaja memunggungi agar tidak terus tergoda namun sepertinya usahanya sengaja di patahkan oleh Elisa yang sengaja memeluknya dari belakang.
"Hey kenapa memeluk ku seperti ini, ini namanya curang." Reynald hendak membalik badannya namun Langsung di cegah oleh Elisa.
"Tetaplah seperti ini sebentar saja, aku ingin memeluk kamu seperti ini." Suara Elisa kembali terdengar lirih.
Reynald akhirnya tak bergerak sedikitpun. Ia bisa merasakan lingkaran tangan Elisa di perutnya kian erat. "Hey, kamu kenapa?"
Elisa tiba-tiba saja merasa bahwa saat Reynald bicara padanya dan kepada Sofia sangat jauh berbeda. Saat Reynald bicara kepada Sofia terdengar begitu lembut, tapi saat dengannya begitu keras. Sebagai seorang wanita ia ingin di mengerti tanpa harus mengatakan keinginannya.
Elisa tahu semua ini hanyalah karena perjanjian. Reynald menerima keberadaannya hanya karena keterpaksaan. Ia juga bingung kenapa sekarang ia ingin di mengerti meski tahu semua tidak akan bertahan selamanya.
"Aku tau kamu masih memiliki perasaan dengan Sofia, terlihat jelas saat kamu memandanginya, tapi ... aku ingin setidaknya sampai aku bisa memiliki anak jangan pernah mengkhianati ku meski kamu tidak mencintai ku," tutur Elisa yang terdengar begitu lirih.
Sadar atau tidak, saat ini ia sedang bicara sesuai kata hatinya. Tak selamanya logika selalu bertahta untuk memutuskan sebuah tindakan. Ada kalanya seseorang terhanyut dengan sendirinya dan membiarkan hati mengambil alih diri.
Reynald tediam sejenak sambil memikirkan ucapan Elisa. Ia mulai bertanya pada dirinya sendiri, apa benar ia masih mencintai Sofia? Cinta yang sudah tumbuh sejak lama memang tidak akan hilang begitu saja. Kalau pun ia harus segera melupakan cinta pertamanya, lalu atas dasar apa?
Rasanya terlalu ambigu saat ia mengatakan semua demi menjaga perasaan Elisa, sementara hubungan mereka ada masa kadaluarsanya.
Takdir sebuah hubungan memang telah di atur sebagaimana tersurat, namun saat ego masih sama kerasnya, dinding pembatas masih sama tingginya, sampai kapanpun mereka tidak akan sadar jika saling menginginkan di luar batas aman sesuai perjanjian.
Reynald melepaskan tangan Elisa, berbalik arah dan langsung membawa Elisa dalam dekapannya. "Apapun yang aku katakan kamu tidak akan percaya, lihat dan saksikan saja besok dan sampai batas yang kita sepakati wanita yang akan terlihat dalam pandangan ku hanya kamu, istri ku."
Elisa memejamkan matanya, ia terberingsut kedada bidang itu hingga melekat tak berjarak, ia bisa mendengar detak jantung dan hembusan napas Reynald. Saat ini kita sedekat nadi, dan kapan saja bisa menjadi asing dengan sendirinya. Kalau boleh egois, aku ingin waktu berhenti saat ini juga, saat di mana aku hanya mendengar ucapan manis tanpa menyaksikan kamu mengakhiri janji itu kelak, batin Elisa.
Bagi Elisa, Reynald tetaplah seorang pria yang tidak bisa ia percayai begitu saja. Entah sampai kapan rasa trauma akan penghianatan Papa terus terbawa ke kehidupan pribadinya. Namun yang terlihat sekarang rasa trauma itu mulai mengikis seiring ombak perasaan yang menerjang tanpa henti.
~
Pagi hari, sekitar pukul setengah tujuh pagi. Elisa keluar dari ruko untuk menikmati udara yang terasa begitu segar. Ia sengaja tidak membangunkan Reynald dan membiarkannya beristirahat.
"Sedang apa kamu di sini?"
Elisa berbalik saat tiba-tiba saja mendengar suara seorang wanita yang berdiri di belakangnya. Ia memutar bola matanya malas, karena lagi-lagi wanita itu datang, siapa lagi kalau bukan, Sofia.
"Aku mau apa dan melakukan apa itu urusan ku, kenapa kamu ingin tau," ketus Elisa.
Sofia sibuk memperhatikan penampilan Elisa yang hanya memakai kaos over size sebatas paha. Yang membuatnya semakin kesal karena kaos itu adalah kaos yang ia beli sebagai hadiah ulang tahun untuk Reynald tahun lalu.
"Ke-kenapa kamu memakai baju itu , itu adalah hadiah dari ku untuk Rey... sebenarnya kamu dan dia ada hubungan apa!" seru Sofia kesal.
Elisa menyingkirkan senyumnya dan mulai berpangku tangan. "Bagaimana ya cara menjelaskannya, hubungan kami itu sudah sangat dekat dan intim, kamu pasti tidak akan percaya apa saja yang sudah kami lewati bersama setiap malam."
"Ya! Reynald tidak mungkin melakukan hal seperti itu, apa lagi dengan wanita seperti kamu," tegas Sofia. Reynald yang ia kenal adalah sosok yang hanya melihat satu wanita yaitu, dirinya. Ia seolah tak terima saat ada wanita lain yang mengisi hidup Reynald.
"Kanapa tidak." Elisa memamerkan jari manisnya yang terpasang sebuah cincin. "Kami sudah menikah jadi semua itu sah-sah saja. Kenapa, kamu mulai menyesal karena mencampakkan dia, kamu mulai berpikir ingin merebutnya dari ku, sama seperti saat Mama kamu merebut Papa ku dulu?"
Paakkkk!
Satu tamparan mendarat di wajah Elisa. "Dasar wanita sombong. Kamu baru saja muncul kehidupan Reynald dan mengaku-ngaku sebagai istrinya, dasar tidak tau diri."
Elisa merasakan darahnya mendidih, amarah yang sudah sampai di puncak harus segera di lampiaskan, ia sudah tidak perduli lagi dengan pipi yang memerah dan sudut bibir berdarah. Ia meraih rambut panjang Sofia dan langsung menariknya. "Hey J*lang kamu pikir aku berbohong? Jangan pernah samakan aku dengan dirimu!"
"Lepaskan rambut ku, sakit!" pekik Sofia.
"Sekeras apapun kamu memohon aku tidak akan melepaskan mu!"
"Hentikan!" seru Reynald yang sedang berdiri di ambang pintu ruko.
Sontak Elisa dan Sofia menoleh ke sumber suara.
Bersambung 💓
Jangan lupa like+komen+vote ya readers 🙏😊