NovelToon NovelToon
In The Shadow Of Goodbye

In The Shadow Of Goodbye

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Nikah Kontrak / Cerai / Angst
Popularitas:575
Nilai: 5
Nama Author: Cataleya Chrisantary

Salma dan Rafa terjebak dalam sebuah pernikahan yang bermula dari ide gila Rafa. Keduanya sekarang menikah akan tetapi Salma tidak pernah menginginkan Rafa.
"Kenapa harus gue sih, Fa?" kata Salma penuh kesedihan di pelaminan yang nampak dihiasi bunga-bunga.
Di sisi lain Salma memiliki pacar bernama Narendra yang ia cintai. Satu-satunya yang Salma cintai adalah Rendra. Bahkan saking cintanya dengan Rendra, Salma nekat membawa Rendra ke rumah yang ia dan Rafa tinggali.
"Pernikahan kita cuma pura-pura. Sejak awal kita punya perjanjian kita hidup masing-masing. Jadi, aku bebas bawa siapapun ke sini, ke rumah ini," kata Salma ketika Rafa baru saja pulang bekerja.
"Tapi ini rumah aku, Salma!" jawab Rafa.
Keduanya berencana bercerai setelah pernikahannya satu tahun. Tapi, alasan seperti apa yang akan mereka katakan pada orang tuanya ketika keduanya memilih bercerai nanti.
Ikuti petualangan si keras kepala Salma dan si padang savana Rafa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cataleya Chrisantary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Delima

21

              Sudah tiga hari Salma tinggal di Kanada bersama Rafa. Dan selama tiga hari ini Salma tidak enak badan. Tubuhnya mungkin sedang menyesuikan dengan cuaca di Kanada. Perempuan itu hanya terbaring di kasur dengan hidung mampet serta kepala yang pusing.

              Rafa untungnya sigap. Lelaki itu bahkan membuatkan sup hangat untuk Salma. Tidak segan menyuapi tapi Salma pasti menolak dengan keras.

“Gak udah sok perhatian,” kata Salma memaksa tubuhnya untuk bangun.

“Bukan sok perhatian. Tapi aku emang perhatian. Kamu ini sahabat aku, Sal. Pehatian aku ke kamu sekarang bukan karena kita udah nikah tapi karena kamu itu sahabat aku. Sudah aku bilang ini bukan bentuk perhatian suami ke istri.”

“Aku bisa makan sendiri,” kata Salma. Mengambil mangkuk yang Rafa pegang.

              Salma mekasakan dirinya untuk memakan sup yang berhasil untuk menghangatkan tubuhnya. Salma berhasil menghabiskan sup tersebut lalu Rafa kembali memerikan obat untuknya.

              Sebenarnya Salma agak sedikit malu. Meskipun ada api kebencian dan permusuhan tapi Salma cukup tahu diri. Selama beberapa hari ini ia benar-benar tidak melakukan sesuatu hanya terbaring di kasur.

              Sementara itu, Rafa membersihkan rumah, sampai mencuci baju meskipun memakai mesin cuci. Rafa juga terdengar membersihkan rumahnya sampai memasak.

              Baru setelah satu minggu Salma bisa bangun. Dan untuk pertama kalinya, Salma sekarang bisa melihat seisi apartemen Rafa dengan jelas. Ia juga mulai membuka isi lemari pendingin yang tiba-tiba terisi penuh.

              Salma melihat catatan kecil di lemari pendingin “Aku ke supermarket dulu. Kalau lapar aku udah siapain sup hangat tinggal di panasin. Sama steak tinggal panasin juga.”

“Aku gak peduli kamu mau ke supermarket atau nggak,” komentar Salma membaca catatan itu.

              Salma lalu mengambil sup dan steak yang Rafa siapkan. Di meja makan ada obat yang selama ini Salma minum. Ada juga suplemen daya tahan untuk Salma.

              Salma lalu makan dan sudah setengah jam Rafa belum juga pulang. Salma akhirnya menyeduh coklat panas. Salma melihat pemandangan dari jendela yang memiliki balkon cukup tapi tidak luas.

              Balkon tersebut ada sebuah meja dan kursi yang nampaknya nyaman jika Salma duduk disana.

“Tapi gak di cuaca kayak gini juga,” kata Salma.

              Ia lalu melihat sebuah beanbag cukup besar di depan televisi. Lebih tepatnya, itu adalah tempat tidur Rafa. Ada sebuah bantal juga selimut disana. Salma lalu iseng duduk di sana dan meringkuk sambil menyalakan televisi. Cuaca yang begitu mendukung hingga akhirnya Salma kembali tertidur di beanbag tersebut.

              Rafa yang baru datang dari luar dengan belanjaan seabreg menatap Salma sambil tersenyum simpul. “Setidaknya ada kemajuan,” kata Rafa dalam hatinya.

              Rafa lalu membereskan belanjaannya lagi. Karena besok ia harus kembali bekerja ke tengah laut. Tidak lama Salma terbangun dan menyadari jika Rafa udah sampai rumah.

“Kamu belanja lagi?” kata Salma melihat beberapa paperbag yang belum dibereskan.

“Iya, besok aku harus kerja lagi. ini aku stok makanan mudah-mudahan cukup buat lima belas hari kedepan.”

              Salma tiba-tiba saja merinding. Di satu sisi mendengar Rafa akan bekerja membuat Salma lega karena akhirnya ia bisa sendirian. Namun, di sisi lain, saat ini Salma berada di negara orang.  Yang sialnya, Salma sama sekali belum pernah ke Kanada.

“Terus... kalau.. aku sakit lagi gimana, aku gak tau apotik,” katanya terbata-bata

Rafa yang sedang membereskanbelanjaan lalu berdiri menatap Salma. “Aku juga udah beli obat-obatan kok. belum aku beresin aja. Nanti aku masukin ke kotak biar gampang.”

“Terus kalau aku bosan gimana?”

“Aku udah langganan semua chanel nonton film biar kamu gak bosan. Aku juga kan gak bawa mobil kalau bosan bisa jalan-jalan keluar pake mobil. Atau kaluapun jalan kaki juga bisa kok ke taman depan aja.”

“Aku gak tau jalan!” kesal Salma. “Gimana kalau aku nyasar gak tau jalan rumah. Aku juga gak tau alamat rumah. Ini pertama kalinya kau ke Kanada.”

“Nanti catat di hp alamat rumahnya. Terus kalau mau ayo aku anter ke taman biar gak bosen.”

“Gak usah aku di rumah aja!” kata Salma lagi. Terlalu malas jika ia harus jalan lagi sama Rafa. Salma takut jika hal itu akan menimbulkan kedekatan lebih dalam diantara mereka.

              Salma memilih untuk ke kamarnya. Ia membuka laptopnya dan bosan sekali rasanya berada disini padahal baru seminggu. Ingin sekali menelepon Kalani tapi di Jakarta masih sekitar pukul 12 malam.

              Tidak lama saat Salma sedang mati bosan di kamarnya, ponselnya berdenting. Ia segera melihat ponelnya dan ternyata itu berasal dari Rendra.

From Rendra: kamu masih diam. Dan udah seminggu gak pernah bales pesan aku. kamu bilang kamu akan menjelaskan semuanya. Maka jelaskan semuanya sekarang.

              Tapi alih-alih membalas, Salma malah menangis kembali. Ia tidak tahu harus menjelaskannya dari mana. Karena ia juga tidak tahu kejelasan diantara pernikahannya dengan Rafa.

              Lalu, tiba-tiba Salma ingat jika ia akan mengobrol dengan Rafa mengenai pernikahan mereka. Salma buru-buru keluar dari lagi kamarnya. Ia malihat Rafa masih membereskan belanjaan.

“Kita harus bicara!” kata Salma lalu duduk di depan menatap Rafa yang masih menata makanan.

“Apa, mau jalan-jalan?”

“Bukan itu. Tapi kejelasan tentang pernikahan ini.”

Rafa berhenti sambil ketika mengambil stok buah-buahan. “Kejelasan apalagi?” katanya menyembunyikan kagetnya.

“Kita kapan cerai?”

              Dan pertanyaan itu berhasil membuat Rafa sekarang berhenti. Ia melihat buah Delima yang tengah ia pegang. Buah yang dipercaya sebagai simbol kesedihan.

“Kita kapan cerai? Kita belum pernah loh bicara masalah ini.”

“Harus apa di bahas sekarang?” kata Rafa kembali merapikan belanjananya.

“Ya harus! Kamu tahu gak sampai sekarang aku belum bisa menjelaskan segalanya sama Rendra. Barusan Rendra chat aku lagi dia minta penjelasan dari aku.”

“Yaudah kasih tau aja alesan kita nikah.”

“Ya gak bisa gitu, dong. Aku harus kasih dia kejelasan juga masalah percerian kita. Dia nunggu aku.”

              Rafa lalu berbalik menatap Salma. Ia sendiri tidak yakin. Tidak yakin akan menceraikan Salma. Karena sesungguhnya Rafa tidak ingin menceraikan Salma.

              Sebaliknya ia akan mencoba meluluhkan Salma dengan berbagai cara. Apapun caranya akan ia tempuh. Rafa telah jatuh cinta pada Salma dari semenjak mereka SMA hingga saat ini.

“Aku gak tau, mungkin setelah mama meninggal baru kita bisa cerai,” kata Rafa tidak memberikan kepastian yang mutlak.

“Ini nih, salahnya aku,” kata Salma menaikan kedua tangannya. “Harusnya kita tuh diawal bikin perjanjian pra nikah dulu. Jadinya gak gini.”

“Untuk apa perjanjian. Toh kita udah nikah. Dan perceraian itu juga pasti kan Cuma waktunya aja yang emang gak nentu.”

“Aku pengennya waktunya di tentuin. Setelah tiga bulan kek. Atau enam bulan gitu.”

“Terlalu cepat, mau mama kau meninggal karena serangan jantung gara-gara kita tiba-tiba cerai di umur pernikahan yang baru bulanan itu?”

“Ya terus kapan kita cerainya udah satu tahun?”

“Apa alasan kita cerai?” kata Rafa. “Kamu diawal yang bilang kita selingkuh. Lalu kalau misalkan kita tiba-tiba aja pengen cerai akan sangat tidak masuk akal kecuali kamu mau kasih alasan kalau kamu kembali selingkuh dengan laki-laki lain lagi.”

“Kenapa harus aku yang selingkuh? Kenapa ga kamu aja?”

“Ya karena aku gak mau cerai dari kamu, Salma.”

Bersambung

Yaaah kan keceplosan juga Rafa bilang nggak mau cerai.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!