NovelToon NovelToon
Jangan Main HP!!!

Jangan Main HP!!!

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Dendam Kesumat / Hantu / Tumbal
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Mapple_Aurora

Jangan main HP malam hari!!!

Itu adalah satu larangan yang harus dipatuhi di kota Ravenswood.

Rahasia apa yang disembunyikan dibalik larangan itu? Apakah ada bahaya yang mengintai atau larangan itu untuk sesuatu yang lain?

Varania secara tidak sengaja mengaktifkan ponselnya, lalu teror aneh mulai mendatanginya.

*

Cerita ini murni ide penulis dan fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, dan latar itu hanyalah karangan penulis, tidak ada hubungannya dengan dunia nyata.

follow dulu Ig : @aca_0325

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 : Mencari makam

Rumah Fardan kosong. Rea tidak ada, Fardan juga sepertinya sudah pergi ke kafe. Varania terpaksa harus kesana, dan tentu harus menahan telinganya dari suara menyebalkan Fardan.

Dan disinilah Varania sekarang, di dalam ruangan kerja Fardan yang terasa sangat mencekam. Varania bahkan membandingkan suasana disini dengan suasana di rumah panjang. Keduanya sama-sama mencekam.

“Jadi kenapa kamu mencari saya? Saat ini kafe sedang ramai, bukankah seharusnya kamu ada di luar melayani pelanggan?” Tanya Fardan tersenyum remeh, matanya menatap wajah Varania. Ia sedang menunggu ekspresi jengkel di wajah itu, karena ia sangat suka melihat wajah jengkel seseorang.

Tapi untuk kali ini Fardan harus kecewa, wajah Varania sangat tenang. Gadis itu meletakkan satu amplop surat diatas meja.

“Aku mau berhenti kerja,” kata Varania memberi penjelasan atas kebingungan Fardan melihat surat tersebut.

Fardan mengambilnya dengan cepat, lalu membacanya. Ini benar-benar surat pengunduran diri! Tangannya tanpa sadar meremas kuat ujung kertas. Entah kenapa ia tidak senang dengan Varania yang tiba-tiba berhenti.

“Vara, kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan? Jangan bercanda dengan saya!” Fardan melemparkan surat tersebut ke dalam tempat sampah.

“Aku tidak bercanda bos. Aku ingin berhenti,” Varania menegaskan bahwa yang ia lakukan adalah benar.

“Kenapa? Gajinya kurang?” Tanya Fardan dingin.

Varania menggeleng, “aku memiliki masalah serius, tidak memungkinkan untuk bekerja saat ini.”

Masalah serius?

Fardan mengerutkan dahi, ia amati wajah Varania yang full makeup. Sejak kapan Varania suka memakai makeup?

“Aku permisi.”

“Baiklah, sisa gaji bulan ini akan langsung saya transfer ke rekening kamu.” Kata Fardan.

Varania mengangguk, “terima kasih.”

Lalu menemui teman-teman kerjanya, berpamitan pada mereka dan setelah itu ia pergi.

Varania tidak langsung pulang ke rumah. Ia berjalan menyusuri jalanan, ia punya ide menarik hari ini yaitu mencari dan mengumpulkan orang-orang yang bernasib sama dengannya.

Ia duduk di depan sebuah minimarket mengamati orang yang berlalu-lalang, memperhatikan wajah mereka.

“Sepertinya memang tidak akan mudah, atau memang hanya ada aku dan Rea.” Varania mengeluh sambil mengusap peluh yang membasahi dahi.

Matahari siang ini sangat terik membuat kulit seperti terbakar.

Tiba-tiba satu kaleng minuman dingin menempel di pipinya. Lalu satu suara terdengar, “Minum dulu.”

Varania menoleh dan mendapati Celine berdiri di sebelahnya. Ia mengambil minuman itu dengan senang hati. “Terima kasih, Cel.”

“Sama-sama.” Balas Celine ikut duduk. Dia bertanya, “tadi Fardan cerita, kamu berhenti kerja. Kenapa? Dia jahat sama kamu?”

Fardan menceritakan kepada Celine? Sudah sedekat apa kedua orang ini? Varania tidak terlalu peduli, ia hanya sedikit penasaran.

‘pengen banget bisa cerita sama Celine. Tapi… kalau aku cerita ke dia, nanti dia akan mengatakan pada Sheriff Austin dan kemudian Sheriff akan menceritakan semuanya pada ibu. Ah, enggak deh. Aku nggak bisa cerita sama celine.' Varania membuat keputusan dalam kepalanya.

Ia harus berhati-hati, karena siapapun bisa menghakimi atas larangan yang telah ia langgar. Ibunya mungkin adalah orang yang paling marah, ia sebisa mungkin harus menjaga rahasia ini dari ibunya.

“Ra, kok diam? Kamu udah nggak mau cerita apa-apa lagi ke aku?” Tanya Celine cemberut.

“Bukan, aku harus fokus belajar untuk persiapan kuliah.” Sahut Varania.

“Ibumu nggak keberatan kamu berhenti kerja?” Tanya Celine khawatir. Ya, walaupun sebenarnya hanya pura-pura khawatir, tujuannya tentu untuk bisa mengulik informasi dari Varania. Barangkali ia bisa memanfaatkan untuk memberi tambahan pelajaran untuk Matilda.

Varania menggeleng, ia melirik jam tangannya. Sudah pukul setengah dua.

“Cel, aku pulang dulu ya.” Kata Varania berdiri, kemudian menyetop angkutan umum yang kebetulan lewat.

Varania berencana pergi ke pasar, ia akan membeli beberapa peralatan untuk digunakan dalam mencari makam nanti sore.

\=\=\=

Varania sangat bersyukur ibunya tidak ada di rumah untuk saat ini. Ia bisa dengan bebas pergi keluar sambil membawa tas ransel tanpa harus di tanya oleh ibunya.

kacamata hitam dan jaket tebal cukup untuk menyembunyikan keanehan di dirinya saat ini.

Karena belum berhasil menemukan orang lain yang bisa diajak kerjasama, Varania memulai semuanya sendirian. Ia akan pergi ke rumah panjang dan menyelidiki pintu tadi malam.

Varania memastikan tidak ada yang melihat saat ia masuk ke dalam rumah panjang.

"menyusup ke tempat ini tidak terlalu sulit, tempat ini selalu sunyi." gumam Varania masuk dengan cepat.

Di lorong panjang yang tidak kelihatan ujungnya, Varania menajamkan telinga. Ia tidak mendengar suara apapun, hanya ada suara detak jantung dan hembusan napasnya sendiri.

Varania menyalakan senter, lalu membuka salah satu pintu dengan hati-hati. Ia melanjutkan sepelan mungkin, seperti tikus yang sedang mengintai mangsa.

Ruangan di balik pintu itu kosong. Varania masuk ke pintu selanjutnya, dan masih kosong.

Sekarang ia berdiri di depan pintu yang mengarah ke bawah tanah. Varania menghela napas panjang, ia melompat ke dalam.

Netra nya mengamati ruangan berlantai tanah. Tidak ada nisan disini, tidak ada makam, yang ada hanya tanah lembab dan sebuah pintu lain yang mengarah ke ruangan selanjutnya.

Pintu-pintu ini mungkin adalah labirin, jika tidak meninggalkan tanda, seseorang bisa saja tersesat di sini dan tidak bisa keluar lagi. Tapi, tentu Varania sudah membawa sesuatu untuk meninggalkan jejak sehingga ia tidak akan tersesat dalam menyusuri pintu-pintu aneh ini.

1
gaby
Baru gabung, seperti bagus dr judul critanya.
Dini Anggraini
apakah yang mengutuk kota Ravenswood itu ibu kandungnya celine yang mati karena bunuh diri setelah tahu suaminya selingkuh dengan Mathilda ya bunda author sehingga dia mau siapapun yang menggunakan HP di malam hari akan mati seperti yang terjadi pada Samuel dan orang lainnya lagi. 🙏🙏🙏🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!