Istri Kesayangan Bule Sultan

Selamat Membaca

.

.

.

Zaina senang mengetahui bahwa Arvid akan ke Indonesia. Calon suaminya itu singgah ke Indonesia setelah dari Singapura sebelum ke terbang ke China.

Kali ini Maizah sendirian menunggu Arvid. Kedua sahabatnya itu tidak datang karena ada kelas, Maizah izin tidak mengikuti perkuliahan untuk menyambut Arvid.

Melihat Arvid yang sudah keluar dari pintu bersama Elio, Maizah langsung berlari. Dia sangat merindukan kekasihnya itu.

Arvid tersenyum dan membuka kedua tangannya menyambut kekasih tercinta. "Miss you so much," Bisik Arvid mengeratkan pelukannya.

"Miss you to," Balas Maizah yang sudah berada dalam dekapan Arvid.

Tersadar kalau mereka berpelukan di tempat umum,  Maizah segera melepaskan pelukannya. Arvid tidak protes, ia hanya langsung memegang tangan sang gadis pujaan.

"Ayo," ajaknya.

Elio yang ditinggalkan oleh pasangan kekasih menghela nafas, menarik dua koper menyusul bos dan calon ibu bosnya. Lihatlah, bahkan bosnya itu melupakan kopernya hingga dia lah yang harus membawanya.

Zaina yang datang ke bandara menggunakan ojek online, ikut masuk ke mobil bersama Arvid. Mereka langsung pulang ke rumah Maizah.

Sebelumnya mereka memang sudah berencana akan makan siang di rumah Maizah. Tapi pesawatnya delay satu jam, jadilah makan siang mereka sedikit telah.

Arvid juga enggak bermalam di Indonesia. Habis dari rumah Maizah dia langsung terbang malam itu juga ke China sesuatu jadwalnya. Sultan mah bebas.

"Kamu pasti lelah sekali," Ucap Maizah yang khawatir pada calon suaminya itu.

"It's ok honey, jangan khawatir aku baik-baik saja apalagi sudah bertemu dengan kamu." Kata-kata manis itu keluar dari mulut bule tampan itu.

"Gombal banget," Ucap Maizah mencubit lengan kekar Arvid.

"Aww sakit honey," rengek Arvid lalu memeluk Maizah.

Elio yang duduk di depan dekat supir seketika ingin muntah mendengar bos sekaligus sahabatnya itu merengek. Rasanya lebih baik melihat Arvid yang datar dari pada seperti merengek manja seperti itu.

"Maaf ya, aku enggak cubit keras-keras kok." Ucap Maizah mengelus lengan Arvid, tepatnya pada bekas cubitannya.

Arvid tersenyum kecil saat di peluk dan dielus oleh kekasihnya tercinta. Bule itu semakin mengeratkan pelukannya.

"Khm, enggak boleh terlalu lama pelukannya belum sah." Tegur Elio pada pasangan yang sedang dimabuk cinta itu.

Seketika Maizah dan Arvid melepaskan pelukannya satu sama lain. "Maaf," ucap Arvid dengan gerakan bibir tanpa mengeluarkan suara.

Maizah tersenyum kecil lalu memperbaiki posisi duduknya. Diam-diam Arvid menarik tangan Maizah untuk di genggamnya.

Maizah kembali tersenyum lalu melihat ke luar jendela. Jalanan lumayan padat sehingga mereka akan sedikit lama sampai di rumah.

Akhirnya setelah menempuh tiga jam lebih perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah dengan selamat.

Supir yang mengantar mereka pergi dan akan kembali lagi jika di telepon karena mereka berencana pulang malam.

Melati dan yang lain menyambut ketiganya di depan rumah. Arvid, Elio, dan Maizah menyalimi orang tua satu persatu.

"Ayo masuk, kalian pasti capek banget baru sampai langsung ke sini."  Ujar Melati mempersilahkan tamu-tamunya masuk.

Kamar Maizah sudah di siapkan untuk kedua bule itu. Mereka bersih-bersih terlebih dahulu sebelum menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Makanan sudah di sajikan di ruang keluarga, mereka tidak memiliki meja makan dan dapur juga sedikit sempit jadilah mereka makan di sana.

"Silahkan makan,"

"Terima kasih,"

Akhirnya mereka pun makan siang meskipun makan siang terlambat karena sudah pukul dua lewat. Arvid dan Elio tampak sangat lahap memakan masakan tradisional itu.

"Maaf ya kalau duduk melantai," Ucap Melati sebagai tuan rumah merasa tidak enak pada tamunya.

"Tidak masalah mom kami juga sudah lumayan bisa duduk seperti orang-orang yang ada di sini," Jawab Arvid membuka Melati tersenyum lalu mengangguk.

"Wahh... makanannya enak banget! Terima kasih sudah memasakkan kami makanan yang enak," Ujar Elio saat mencoba suapa pertama membuat Melati dan Dahlia tersenyum bahagia masakan mereka di sukai.

"Syukurlah kalau kalian suka," Ucap Dahlia.

Setelah makan mereka duduk di ruang tamu yang ada kursinya. Karena dari tadi kedua bule itu terlihat tidak nyaman saat duduk melantai.

"Ini ada sedikit oleh-oleh dari kami," Arvid menyerahkan paper bag tersebut pada Melati.

"Aduh repot-repot banget makasih ya,"

"Untuk aku," Bisik Maizah tepat di telinga Arvid.

"Ada di koper honey, khusus untuk kesayangannya aku." Maizah tersenyum malu-malu dengan wajah merona saat mendengar bisikan balik dari Arvid.

"Assalamualaikum," Salam Lily dan Lisa memasuki rumah, mereka baru pulang dari sekolah.

"Waalaikumussalam," Jawab mereka semua yang da di dalam.

Kedua remaja itu menyalimi orang yang lebih tua darinya. "Ayo masuk sana makan, kalian pasti lapar banget kan?" Keduanya mengangguk dan masuk dengan patuh.

Setelah berbincang-bincang Melati menyuruh keduanya untuk istirahat. Arvid menolak dan hanya menyuruh Elio yang istirahat sebab dia masih ingin berbincang dengan sang kekasih.

Elio yang memang letih akhirnya istirahat sendiri dan membiarkan bos nya itu puas-puas bersama kekasihnya agar tidak tantrum.

Ting ting ting

Suara mangkuk yang dipukulkan sendok terdengar dari luar. "Apa itu?" Tanya Arvid pada Zaina. Saat ini mereka hanya berdua saja di ruang tamu.

"Itu bakso keliling,"

"Bakso?"

"Iya,"

Lily dan Lisa keluar rumah hendak membeli bakso, keduanya tersenyum saat melewati ruang tamu. Maizah tersenyum melihat adik dan sepupunya itu.

Tak lama kedua remaja itu masuk dengan memegang bakso tusuk. Melihat itu Maizah jadi kepengen juga. Padahal tadi dia enggak minat, pas melihat Liliy dan Lisa makan dia jadi ingin.

Arvid tersenyum kecil melihat ekspresi calon istrinya itu. "Loh, mau ke mana?" Tanya Maizah pada Arvid yang berdiri.

"Beli bakso, kamu mau kan?" Maizah mengangguk antusias membuat Arvid gemas.

"Aku ambil tempat dulu," Maizah segera masuk mengambil wadah.

"Ada apa?" Tanya Melati pada putri sulungnya. Ternyata mereka semua berkumpul di dapur.

"Mau ambil mangkuk," Jawab Maizah seraya memilih mangkuk, melihat mangkuk besar dengan segera dia mengambilnya.

"Pada mau bakso gak?"

"Ya mau lah kalau di belikan," Jawab Dahlia cepat.

Maizah tertawa. "Yaudah ayo keluar," Ajaknya.

Arvid dan Maizah berjalan menghampiri tukang bakso yang berada di depan rumah Romlah. Ada beberapa pembeli yang mengantri.

"Eh, calon suamimu kapan datang zai?" Tanya Daia yang juga ingin ada di sana.

"Barusan kok," Jawab Maizah seraya tersenyum.

"Oalah,"

"Mas saya ambil sendiri ya," Ucap Maizah pada penjual bakso itu.

"Iya, silahkan."

"Mau yang besar gak? Ada yang isi bakso dan ada yang urat."

"Ambil dua saya ingin mencobanya," Maizah mengangguk mengerti. Dia memberikan mangkuk itu pada Arvid dan dia masukkan bakso ke dalam sana.

Melani yang melihat calon suami Maizah di depan rumahnya segera keluar. Melihat pantulan dirinya di cermin, "Ok sudah cantik,"

Segera di keluar seraya membawa mangkuk. "Halo Maizah," Sapa Melani pada Maizah.

"Iya,"

Melani tersenyum genit menatap Arvid. "Hi," sapanya dengan nada manja pada Arvid membuka Maizah yang sibuk masukkan bakso mendongak menatap perempuan itu.

Maizah menatap Arvid yang sama sekali tidak melihat Melani, bahkan pria itu tidak melirik sedikit pun membuat Maizah tersenyum puas. Tapi tetap saja dia cemburu, dengan terang-terangan Melani menggoda calon suaminya.

Melihat mangkuknya sudah penuh Maizah berhenti dan kini memberikan kecap dan saus. "Mas saya bakso besar empat, bakso kecil dua puluh."

"44 ribu totalnya,"

"Mas ke depan rumah saya yah di sana, masih mau beli soalnya. Di sana saya berikan uangnya." Ujar Maizah lalu menarik Arvid pergi dari sana. "Ada honey?" Tanya Arvid yang tidak peka.

"Enggak!"

Tbc.

^^^Mawar Jk^^^