NovelToon NovelToon
Suami Dadakan Super Aneh

Suami Dadakan Super Aneh

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:46.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mizzly

Pernikahan Mentari dan Bayu hanya tinggal dua hari lagi namun secara mengejutkan Mentari memergoki Bayu berselingkuh dengan Purnama, adik kandungnya sendiri.

Tak ingin menorehkan malu di wajah kedua orang tuanya, Mentari terpaksa dinikahkan dengan Senja, saudara sepupu Bayu.

Tanpa Mentari ketahui, Senja adalah lelaki paling aneh yang ia kenal. Apakah rumah tangga Mentari dan Senja akan bertahan meski tak ada cinta di hati Mentari untuk Senja?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sakit

Senja

"Kamu berharga, Mentari, dan kamu... layak diperjuangkan." Kata-kata yang kuucapkan dari hati, tak ada konsep namun rupanya begitu menyentuh, mengalir begitu saja.

Aku akhirnya mendengar suara isak tangis yang selama ini selalu Mentari sembunyikan. Ya, akhirnya Mentari bisa menangis di depanku, tepatnya di pelukanku.

Ya, benar begitu, Mentari.

Tak perlu kau sembunyikan terus kesedihanmu di depanku.

Kubiarkan Mentari menangis sepuasnya di pelukanku. Kutepuk pelan punggungnya sambil sesekali kubelai rambutnya yang panjang dan halus. Diam-diam, aku kecup kepalanya yang harum. Sekali, dua kali, eh tiga kali deh. Boleh kan curi-curi kesempatan?

"Ja, ambilin tisu!" Ucapan Mentari membuatku tersadar.

Aku melepaskan pelukannya dengan terpaksa lalu memberikan tisu yang kuletakkan di samping tempat tidur. Mentari menerima tisu pemberianku lalu "Srooooootttt! Tolong buangin, Ja!"

"Idih! Jorok banget kamu!" protesku. "Buang sendiri!"

Mentari tertawa geli. "Ingus aku mengandung berkah tau, Ja."

"Berkah apa? Memang kamu orang pintar macam Pongiri?" balasku. Tetap saja kuambilkan tempat sampah kecil yang biasa kutaruh di dekat pintu kamar untuknya. "Nih, buang sendiri!"

Aku mengambil air minum dan kuberikan pada Mentari. "Minum dulu biar kamu tenang."

Mentari menerima gelas yang kuberikan lalu meneguknya sampai habis. "Makasih ya, Ja. Aku sekarang lebih lega karena bisa cerita sama kamu."

Kuambil gelas kosong di tangannya dan menaruhnya di meja kerjaku. "Kalau kamu mau cerita sama aku, cerita saja." Aku duduk kembali di ranjangku. "Aku tak jamin bisa memberi kamu saran terbaik tapi aku jamin bisa memberikan pelukan terhangat untukmu. Ditambah aku usap-usap punggung dan rambutmu. Itu paket komplit. Gratis."

Mentari tertawa kecil. Ia kembali merebahkan tubuhnya di kasur. Kami berdua kompak menatap langit-langit kamar. "Kamu... kenapa mau menikahiku, Ja?"

Akhirnya, pertanyaan yang selama ini aku tunggu-tunggu keluar juga dari mulut Mentari. Ingin rasanya aku menjawab, karena aku mencintaimu, Tari. Namun aku malah menjawab berbeda. "Mungkin ini takdir."

Ah, bodoh Senja! Bodoh!

"Bukan karena kamu mau membalas kebaikan Bapakku pada keluargamu?" tanya Mentari lagi.

"Itu urusan Bapak. Biarlah Bapak yang berhutang budi seumur hidup sama Bapakmu," jawabku.

"Selain karena takdir, apa alasanmu menikahiku?" Mentari kini menatapku dengan lekat.

Kali ini, aku tak akan menjawab dengan bodoh lagi. "Satu yang pasti, aku tak tahu akan menikah dengan siapa lagi kalau bukan denganmu."

.

.

.

Dengan mata agak mengantuk, aku menjaga kotak sumbangan masjid. Cuaca sangat terik dan aku lelah sekali hari ini. Aku baru tidur 2 jam setelah semalam bekerja keras karena banyak pesanan yang harus dikirim.

Bapak dan Ibu sudah pulang ke kampung dengan diantar anak buahku. Mentari sudah kembali ke kamarnya dan aku harus bekerja lagi seperti biasa.

"Ja, kenapa? Kamu sakit?" tanya Pak Mamat, marbot masjid yang suka membuatkanku teh manis.

"Cuma kurang tidur saja, Pak Mamat. Agak ngantuk," jawabku.

"Kalau ngantuk, tidur saja di rumah, Ja. Kamu tuh terlalu rajin mencari uang sumbangan masjid. Sudah jadi donatur, kamu juga bantu mencari sumbangan pula. Bagi-bagi pahala sama yang lain, Ja, jangan diambil sendiri." Pak Mamat membuatkanku teh manis hangat.

"Bapak bisa aja. Terima kasih, Pak." Rasa teh hangat membuat tubuhku sedikit lebih enak.

"Sudah, pulang saja sana! Mukamu pucat. Istirahat!"

Aku menurut. Aku memang merasa tak enak badan. Aku pulang ke rumah dan melihat Mentari sedang interview secara online. Aku tak mau mengganggunya dan memilih langsung masuk ke dalam kamar.

.

.

.

"Ja, kamu sakit?" Suara Mentari sedang bertanya padaku.

Pasti ini mimpi. Dia sibuk interview. Lebih baik aku tidur saja lagi. Lelah sekali tubuhku.

"Ja, makan dulu!"

Tubuhku terasa ada yang menggoyangkannya. Apa sekarang gempa? Kalau memang gempa, aku harus bangun dan menyelamatkan Mentari. Jangan sampai Mentari tertimpa reruntuhan rumah kontrakan ini.

Aku membuka perlahan kedua mataku yang terasa bagai diolesi lem super, lengket sekali. Aku melihat Mentari sedang menatapku dengan tatapan cemas. Ia sudah tak lagi mengenakan kemeja putih dan menggantinya dengan kaos bergambar Doraemon.

"Akhirnya kamu bangun. Makan dulu ya, Ja, baru minum obat," kata Mentari.

"Obat?" Siapa yang sakit? Aku hanya mengantuk saja.

"Iya. Makan dulu ya?" bujuk Mentari.

Mataku kembali terasa berat. "Aku ngantuk, mau tidur saja," kataku dengan suara lemah.

"Kalau begitu, minum obat dulu baru tidur!" Mentari memaksaku minum obat. Aku menelan obat pemberiannya lalu kembali tertidur lelap.

.

.

.

Mentari, jangan pakai pita! Kamu terlihat terlalu cantik kalau pakai pita!

Aku berjalan mendekati Mentari lalu mengambil pita di rambutnya. Aku buang ke area sawah agar ia tak memakainya lagi.

"Senja jahat huuuu...." Mentari menangis sedih.

Maaf, maaf Mentari.

Aku tak mau anak-anak cowok itu melihatmu dengan tatapan kagum. Kamu cantik sekali memakai pita. Mirip boneka barbie. Kamu hanya boleh terlihat cantik untukku seorang.

"Ja, bangun!"

Sayup-sayup kudengar suara Mentari lagi.

"Mentari," ucapku dengan lemah.

"Iya, ini aku, Ja."

Kenapa suara Mentari berubah jadi suara orang dewasa ya? Bukankah Mentari baru berusia 9 tahun?

Aku kembali mengantuk. Dalam mimpiku, aku melihat Mentari semakin cantik. Ia kini menjadi mahasiswa yang kecantikannya makin membuat banyak lelaki jatuh hati padanya. Aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan tanpa punya keberanian sedikitpun untuk mendekatinya.

"Tari," panggilku dari kejauhan. Aku yakin ia tak akan mendengar suaraku. Ada banyak laki-laki yang mendekatinya.

"Tari," panggilku lagi.

Ia pasti tak akan menoleh padaku.

Kulihat Mentari tertawa bahagia. Apa yang bisa membuatmu bahagia, Tari? Uang, jabatan, perhatian atau ketampanan fisik seseorang?

Aku berjalan mendekatinya. Aku harus berani. "Tari," ucapku pelan.

Apa ia akan mengenaliku? Apa ia mau mengobrol denganku?

"Tari, ini aku, Senja. Apakah kamu masih mengenaliku?"

"Senja?"

Tari akhirnya mau mengobrol denganku. Ia mendekatiku. "Ja, kamu baik-baik saja?"

Aku baik-baik saja. Kenapa kamu sekarang makin cantik, Tari? Wajah putih bersihmu bak mutiara nan indah lalu bibirmu....

Mataku malah tertuju pada bibir ranum berwarna pink yang begitu menggoda. Bibir milik Tari yang membuatku ingin menciumnya.

Apa boleh aku cium?

"Ja?"

Aku menarik tengkuknya dan kucium bibir merahnya dengan lembut. Aku tau semua ini hanya mimpi. Tak apa. Yang penting aku bisa mencium Mentari meski hanya di dalam mimpi.

Tapi... kenapa mimpi ini terasa nyata ya?

****

1
𝐓𝐔𝐍𝐆❗𝐓𝐔𝐍𝐆❗𝐓𝐔𝐍𝐆❗
modusssssss🤣🤣🤣🤣🤣
𝐓𝐔𝐍𝐆❗𝐓𝐔𝐍𝐆❗𝐓𝐔𝐍𝐆❗
nah gitu donk
𝐓𝐔𝐍𝐆❗𝐓𝐔𝐍𝐆❗𝐓𝐔𝐍𝐆❗
parah.. mau jujur aja susah
SasSya
si somplak ketiban durian za nja 😂
SasSya
hooooooo
nazar ternyata,yg bikin tari salah faham 🤣
Muh. Yahya Adiputra
wahhh.. senja mah pintar bangett yach kamu, mengira apa yg kamu lakukan adalah mimpi padahal itu adalah sesuatu yg nyata adanya 😂😂😂
SasSya
😂😂🤣🤣🤣
astagfirullah, gendheng
pantes tari ilfeel
Muh. Yahya Adiputra
boleh bangett.. udah halal dan bahkan lebih d@ri itu juga boleh 🤭
ani surani
wah, ada kemajuan nih Ja, Tari mulai ngekhawatirinmu. kamu hrs trs berusaha biar Tari lama2 mencintaimu juga 😊😊
Imas Atiah
ja kamu ngigo nya enak ya maen cium aja ,udh jujur kalau kamu cinta sama tari
Putri Dhamayanti
nyata ja... nyata.. gw do'ain itu nyata bukan mimpi 🤭
Purnama Pasedu
tari marah nggak ya
S𝟎➜ѵїёяяа
nglindur ya nja
perasaanmu kayak mimpi padahal tari yg ada di mimpimu itu nyata..
awas habis ini di tabok tari , nyosor wae🤣🤣🤣
santi astuti
senja menang banyak niy 🤣🤣
no 🎸 ve
Bukan mimpi oiii Senja....☺
no 🎸 ve
Buang lah Ja, demi pujaan hati 😄
tehNci
Sudah cukup Ja, jangan pendam lagi isi hatimu. ntar jadi makin dalem nggak keluar lagi, jadi jerawat batu, gimana? sampaikan aja isi hatimu ke orangnya, ja...Biar Mentari bisa membalas cintamu.
no 🎸 ve
Boleh dunk, kan dah halal ☺
ᒍՄ🎐ᵇᵃˢᵉ
wuahh tari pasti terkejut secara tiba² di sosor oleh senja 😧
Mawar Hitam
Itu Senjanl ngigo apa vmcari kesempatan ya.

kalau ngigo mah kasihan bangat tapi kalauccari kesempatan lanjutkan Ja. jang cium.doank sekalian di inboxing deh...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!