Seorang gadis korban pemerkosaan sampai hamil sehingga dia mau tidak mau harus menikah dengan pria yang sudah beristri karena bayi yang dikandungnya membutuhkan sosok seorang ayah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan pena R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32
Pras mendengus kecil, lalu mendorong Nando, lalu membenarkan bajunya. Nando masih menatap nya kesal karena Pras secara tidak langsung telah melecehkan putri nya.
"Tolong jaga ucapan mu! Aku akan membunuhmu jika berbicara seperti itu tentang putri ku lagi." Ancam Nando.
"Apa? Apa aku tidak salah dengar? Kamu bahkan parah lagi. Kamu telah melecehkan teman anak kamu sendiri sampai dia hamil. Tapi untung saja anak itu yatim piatu. Jika dia masih punya ayah pasti kamu akan dihajar oleh ayahnya sampai kamu mati." Ucap Pras dengan entengnya.
DEGH!!!!
Nando terdiam, saat dia menghamili Mahira. Tak ada seorangpun yang memarahi nya. Bahkan sang nenek yang sudah tua renta hanya bisa pasrah dan hanya meminta Nando untuk menjaga Mahira dengan baik, tapi sikap Nando malah sebaliknya. Nando selalu mengacuhkan nya.
"Bro, ingatlah jika kamu juga punya anak perempuan! Sudah aku mau pulang. Aku mampir kesini hanya kesal saja dengan mu saat aku mendengar kabar itu. Aku memang playboy Bro, namun aku masih punya otak untuk mencari perempuan. Jika aku ingin memuaskan nafsuku maka aku akan melakukan pada tempatnya. Bukan malah memperkosa bocah." Sindir Pras sambil keluar dari ruangan Nando.
Nando terdiam, dia terduduk sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Ucapan Pras memang ada benarnya.
Mahira memang seumuran dengan putri nya. Nando tidak bisa membayangkan jika putri nya mengalami nasib yang sama seperti Mahira.
Tidak itu tidak boleh terjadi. Nando akan menjaga putri nya dengan baik. Dia harus mulai mengawasi Dinda.
Nando pun menelepon Ibnu agar Ibnu mengawasi Dinda supaya tidak masuk ke pergaulan yang salah.
*****
Dokter Evan datang untuk mengganti infus Mahira. Seharusnya suster yang melakukan nya. Namun Dokter Evan melakukan nya sendiri hanya ingin bertemu Mahira.
"Dokter Evan mengantuk?" Tanya Mahira.
"Tidak.'
"Maaf membuat Dokter harus menunggu saya semalaman."
Dokter Evan hanya tersenyum, ia dengan senang hati menjaga Mahira. Apalagi suami Mahira yang katanya sudah berubah itu tak kunjung datang juga.
"Suami mu tidak menelpon?" Mahira pun menggeleng.
"Aku akan menelpon nya." Ucap Dokter Evan. Dan mulai mencari nomor Nando lalu menelpon nya.
Tak lama kemudian Nando mengangkat dengan nada malas. Dokter Evan menjelaskan jika Mahira ada di rumah sakit.
"Apa, Mahira jatuh di kamar mandi? Bagaimana keadaan nya?" Tanya Nando khawatir.
"Dia tidak apa-apa, kakinya hanya terkilir..."
Tut.... Tut.... Tut......
Telepon terputus, Dokter Evan menatap layar ponselnya yang ternyata Nando sudah menutup panggilan nya.
Evan tersenyum pada Mahira. Ia memastikan kalau Nando akan segera datang.
"Ra, saya harus mengecek pasien yang lain, dan hari ini ada jadwal untuk Caesar. Kita akan bertemu lagi nanti sore." Ucap Dokter Evan.
"Baik Dok, Terima kasih."
Kini Mahira sendirian, ia mengelus perut nya yang sangat besar. Tuhan masih melindungi anak kembarnya. Untung saja saat terjatuh tidak menimbulkan benturan yang keras.
Mahira memejamkan matanya. Ia bisa merasakan anak kembarnya yang bergerak aktif. Senyum mengembang di sudut bibirnya. Sekilas rasa sakit nya menghilang.
*
Tiga puluh menit kemudian
"Mahira???""
Mahira membuka matanya, Nando datang mengelus kepalanya.
"Kenapa kamu tidak bilang jika kamu terjatuh?" Tanya Nando khawatir.
"Mas Nando tidak mengangkat bahkan membalas pesan ku." Jawab Mahira sambil cemberut.
Nando Menaik kan alisnya.
"Tidak ada pesan atau telpon masuk dari kamu. Kamu juga tidak mengangkat telepon ku?"
"Tidak ada telpon dari Mas Nando."
Mereka sama sama bingung. Nando membuka ponselnya dan mencoba menelpon Mahira. Ponsel Mahira tidak berbunyi. Begitu juga sebaliknya. Mahira mencoba menelpon Nando namun ponsel Nando tidak bunyi. Mereka sama sama bingung.
"Apa ada yang salah? Ah sudahlah, bayi kita tidak apa apa kan?"
"Mereka tidak apa apa."
"Mana yang sakit?" Nando membuka selimut, kaki Mahira di perban. Nando mengusap wajahnya dengan kasar. Dia sangat menyesal karena tidak bisa menjaga Mahira dengan baik
"Ra, Maafkan aku!"" Ucap Nando.
"Kenapa meminta maaf?" Tanya Mahira.
"Aku tidak bisa menjaga mu dengan baik."
Mahira menggeleng lalu menggenggam tangan Nando. Mereka saling bertatapan lalu dengan cepat Nando mengecup bibir Mahira.
Mahira terpaku dengan sikap Nando yang romantis. Nando mencium pipi Mahira, membelai rambut nya.
"Aku mencintaimu Ra, aku akan memperjuangkan mu demi apapun itu." Ucap Nando sangat manis.
Mahira mengangguk mendengar ucapan manis dari Nando. Nando sangat perhatian padanya. Mahira mengusap wajah tampan suami nya. Walaupun usia nya sudah kepala 4 namun wajah nya masih belum ada kerutan. Mahira sangat mengagumi sosok Nando.
"Istirahat lah! Aku akan berbicara dengan dokter, aku akan memindahkan mu ke rumah sakit lain "
Mahira menggeleng. Ia sudah nyaman disini. Dokter dan suster nya sangat ramah. Nando tahu apa yang dimaksud Mahira. Dokter ramah itu adalah Evan.
"Ya sudah jika itu keinginan mu, aku harus kembali ke kantor. Nanti sepulang dari kantor aku akan kesini lagi."
Mahira mengangguk. Lalu ia mencium punggung tangan suaminya. Nando mengecup kening nyam setelah itu dia segera keluar.
Karena ini rumah sakit tempat Meera bekerja. Nando memutuskan untuk mampir menemui Meera.
Tapi langkah nya terhenti sejenak saat Meera memberikan pertanyaan tentang keberadaan nya disini. Dan jika dia tahu kalau sedang menemui Mahira maka dia akan sakit hati.
"Ah.... Sudahlah lebih baik aku kekantor saja. Nanti bisa bisa memperpanjang masalah." Batin Nando.
Dokter Evan sedang mengecek ibu ibu yang baru melahirkan tak lupa selalu memberikan senyuman yang mengembang untuk para pasien nya.
Setelah Dokter Evan mengecek satu persatu. Dia berjalan melewati lorong rumah sakit. Di saat yang bersamaan ia melihat Nando seolah menghampirinya. Mereka saling menatap dingin di lorong yang sepi.
"Kamu memang pebinor sejati, bisa bisanya mengetahui keberadaan istri ku." Ucap Nando.
"Anda adalah seorang suami yang tidak becus mengurus istri." Ucap Dokter Evan.
Nando menarik kerah jas dokter Evan. Mereka saling menatap tajam. Nando segera melepaskan nya tak dapat di pungkiri jika Nando takut untuk memukul Dokter Evan.
"Evan, dari dulu aku tidak pernah menyukai mu. Kamu sok dekat dengan istri pertama ku dan sekarang kamu mendekati istri kedua ku. Tidak bisakah kamu mencari wanita lain yang belum bersuami?" Tanya Nando.
Evan menunjukkan sorot mata yang dingin. Dia tidak mau menggubris Nando. Lalu dia segera melewati nya . Nando menatap nya jenggah sambil berkacak pinggang.
"Jadi dokter saja belagu, sok ingin menjadi pebinor.' ejek Nando. Namun Dokter Evan tidak menghiraukan nya.
Nando membalikkan badannya yang ternyata sudah ada Meera di depannya. Ia terlonjak keget sambil mengelus dada nya.
sakit hati ku baca nya...
semoga ending nya Mahira dgn laki² lain yg lebih menyayangi nya dgn tulus...
semangat Kaka.. karyamu bagus..