"Harusnya dulu aku sadar diri, bahwa aku sama sekali nggak pantas untuk kamu. Dengan begitu, mungkin aku nggak akan terluka seperti sekarang ini" ~Anindhiya Salsabila
Tindakan bodoh yang Anin lakukan satu tahun yang lalu adalah menerima lamaran dari cowok populer di sekolahnya begitu saja. Padahal mereka sama sekali tidak pernah dekat, dan mungkin bisa dikatakan tidak saling mengenal.
Anin bahkan tidak memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya. Hingga cowok dingin itu sama sekali tidak pernah mengajak Anin berbicara setelah meminta Anin untuk menjadi istrinya. Mereka hanya seperti orang asing yang tinggal di atap yang sama.
--------------------------------------------------------------------------
Bagaimana mungkin aku hidup satu atap dengan seorang pria yang bahkan tidak pernah mengajakku berbicara? Bagaimana mungkin aku hidup dengan seorang suami yang bahkan tidak pernah menganggapku ada?
Ya, aku adalah seorang gadis yang tidak dicintai oleh suamiku. Seorang gadis yang masih berusia sembilan belas tahun. Aku bahkan tidak tau, kenapa dulu dia melamarku, menjadikan aku istrinya, kemudian mengabaikanku begitu saja.
Terkadang aku lelah, aku ingin menyerah. Tapi entah kenapa seuatu hal memaksaku untuk bertahan. Aku bahkan tidak tau, sampai kapan semua ini akan menimpaku. Aku tidak tau, sampai kapan ini semua akan berakhir.
~ Anindhiya Salsabila~
Mau tau gimana kisah Anindhiya? Yuk cuss baca.
Jangan lupa like, komen dan vote ya. Jangan lupa follow ig Author juga @Afrialusiana
Makasih :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afria Lusiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12
"Kalo gue nanya jawab!" Ucap Stevan dingin, namun penuh penekanan.
"Hm. Karena kelas aku di undang di acara itu. Makannya aku pergi" Sahut seadanya.
"Oo. Semalam lo pergi sama siapa aja?"
"Sama Gabriel"
"Oohhh"
"Udah. Aku mau mandi dulu Stev" Anin hendak bangkit melepaskan tangan Stevan yang masih melingkar di pinggangnya. Namun lagi dan lagi pria itu kebiasaan sekali menarik tangan Anin seenak jidatnya.
"Nanti aja"
"Stev..."
"Nggak usah bantah! nurut aja kata suami"
Anin tersenyum getir. "Suami? Apa aku punya suami?" Lirih Anin dalam hati. Mengingat sikap Stevan yang sungguh sangat sulit sekali untuk dia baca, rasanya Anin ingin tertawa mendengar kata yang barusan terucap dari mulut Stevan. Dengan perlakuan dia selama ini? apakah mereka pantas disebut sebagai suami istri? Haha lucu sekali. Batin Anin.
Stevan kadang bersikap baik, kadang seolah nggak peduli, kadang dingin, dan kadang perhatian. Anin benar-benar di buat bingung. Sungguh, Anin sangat sulit mengartikan sikap Stevan. Entah apa yang ada di fikiran pria itu sebenarnya Anin sama sekali tidak tau.
***
BRAKKKK
Pintu kelas Anin terbuka cukup keras. Seorang gadis cantik yang baru datang dari luar kelas baru saja masuk dengan emosi menggebu-gebu ke dalam sana.
Semua mahasiswa yang ada di dalam kelas Anin hanya terpelongo kaget melihat gadis yang tidak lain adalah Meisya. Mereka sejenak berfikir, ada keperluan apa Meisya si anak Kedokteran yang berbeda Fakultas bahkan berbeda gedung dengan mereka datang kesini dan mengamuk menunjukkan wajah tak ramah?
"DASAR PEREMPUAN GANJEN. NGGAK TAU MALU, UDAH KULIAH GRATIS, TAPI NGGAK TAU DIRI. LO KAN? WANITA MURAHAN YANG NGERUSAK PESTA ULANG TAHUN GUE SEMINGGU YANG LALU?"
Meisya berjalan tergesa-gesa menuju salah satu meja nomor dua dari depan. Meisya menarik paksa kerah baju Anin. Sementara Anin hanya kaget dan tidak mengerti apa yang di maksud oleh gadis itu.
"M-maksud lo?" Tanya Anin gugup. Sungguh, Anin takut, tubuhnya bergetar. Semasa SMA mungkin Anin memang sudah terbiasa mendengarkan dan mengabaikan nyinyiran dari teman-teman yang tidak suka pada dirinya. Tapi teman SMA Anin tidak pernah sampai main tangan seperti ini.
Meisya yang memang sudah mengetahui semua tentang Anin, termasuk Anin yang kuliah di kampus ini hanya karena beasiswa, semakin menjadi jadi ingin membalaskan rasa sakit hatinya pada gadis itu.
Benar, selama seminggu, Meisya mencari tau semua tentang Anin. Hingga membuat gadis itu benar-benar dendam dan ingin menghabisi Anin secepat mungkin.
Meisya menyeret paksa lengan Anin keluar dari kelas. Sementara teman-teman kelas Anin hanya diam tanpa menolong. Kurang ajar sekali memang. Dan Barra, di saat seperti ini dia justru tidak masuk kuliah.
"Lepasin gue. Punya masalah apa sih lo sama gue?" ucap Anin mencoba melepaskan cengkraman Meisya.
Brukkk
Tubuh Anin dihempas paksa oleh Meisya ke dinding yang ada belakang kelas yang cukup sunyi. Di sepanjang perjalanan beberapa mahasiswa memang melihat Meisya menrik tangan Anin. Tapi dengan tidak punya hatinya mereka seolah tidak peduli.
Kini, Meisya melipat kedua tangan di dada. Menatap Anin dengan senyuman miring tidak suka.
"Make pelet apaan lo sampe bisa ngerayu Stevan, perempuan jalang?" Tanya Meisya melotot tajam ke arah Anin.
Anin terdiam, tatapan gadis itu kini terkunci pada Meisya. Sungguh, Anin sakit hati mendengar ucapan Meisya yang menyatakan dirinya jalang. Sementara fakta sebenarnya, Anin sama sekali tidak pernah merayu Stevan. Sedetikpun, tidak pernah!!
Plakkkkk
Satu tamparan melayang mulus di pipi Anin.
Wajah Anin menggeram menahan marah. Dia tidak tau wanita ini punya hubungan apa dengan Stevan suaminya. Bukankah seharusnya kata itu harus dikembalikan pada Meisya sendiri?
Tidak tinggal diam, Anin juga dengan beraninya melototi Meisya.
Plaakkkk
Satu tamparan juga melayang di pipi Mesiya.
"Gue nggak pernah pake pelet apapun untuk siapapun. Punya mulut tolong di jaga. Lagian juga gue nggak tau lo siapa seenaknya dateng-dateng marah-marah sama gue. Bilang gue nggak tau diri."
"Harusnya lo sadar, kata itu harusnya ditujukan untuk lo!"
Setelah mengatakan itu, Anin berlalu meninggalkan Meisya sendirian di sana. Sementara tangan Mesiya mengepal kuat karena kesal.
"Lo liat aja nanti siapa yang bakal sujud di kaki gue!"
tinggalin saja laki kek gt, harga diri lah.. terlalu lemah
boleh tanya kah mbak gimana buat novel biar cepet dan konsisiten