"Ambil saja suamiku, tapi bukan salahku merebut suamimu!"
Adara yang mengetahui pengkhianatan Galang—suaminya dan Sheila—sahabatnya, memilih diam, membiarkan keduanya seolah-olah aman dalam pengkhianatan itu.
Tapi, Adara bukan diam karena tak mampu. Namun, dia sudah merencanakan balas dendam yang melibatkan, Darren—suami Sheila, saat keduanya bekerjasama untuk membalas pengkhianatan diantara mereka, Darren mulai jatuh dalam pesona Adara, tapi Darren menyadari bahwa Adara tidak datang untuk bermain-main.
"Apa yang bisa aku berikan untuk membantumu?" —Darren
"Berikan saja tubuhmu itu, kepadaku!" —Adara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Tujuh
"Atau sebenarnya kau masih memiliki perasaan dengan Darren, sehingga ikut sakit hati jika ada wanita mempermainkan mantan suamimu itu? Kau menyesal karena meninggalkannya? Kasihan sekali kau Galang, wanita mu ternyata belum bisa move on dari masa lalunya!" ujar Dara.
Ucapannya itu mampu membuat Sheila dan Galang sakit hati. Dara tertawa karena bisa membuat keduanya sakit hati bersamaan.
"Jaga ucapanmu, Dara! Aku bukannya belum move on dari Darren, aku hanya ingin melindunginya dari wanita sepertimu," ucap Sheila.
"Memangnya aku kenapa? Aku tidak pernah jadi pelakor. Aku tak pernah moroti uang suami sahabatku. Aku tak pernah tidur hingga hamil dengan suami orang. Aku tak pernah minta uang sama suami orang! Jadi kenapa kamu takut aku mendekati Kak Darren?" tanya Dara dengan suara penuh penekanan.
Darren lalu mendekati Sheila dan Galang. Dia tampak menarik napas dalam. Sepertinya mencoba merangkai kata yang tepat untuk diucapkan.
"Apa yang dikatakan Dara itu benar. Dia tak memiliki catatan jelek, sehingga tak ada ketakutanku untuk bersamanya. Justru sebenarnya yang mendekati dia adalah aku. Pria mana yang tak mau dengan Dara. Pintar, cantik, baik dan punya kedudukan. Pria manapun bisa dia dapatkan. Bodoh'lah pria yang meninggalkannya atau menolaknya!" seru Darren.
Sheila dan Galang jadi terdiam. Dia tak bisa berkata-kata karena apa yang pria itu ucapkan benar adanya. Galang telah merasakan itu. Dia menyesal telah mengkhianati istrinya itu. Dia menyesal kenapa bisa tergoda oleh Sheila.
Sheila terdiam, tidak bisa berkata apa-apa lagi saat mantan suaminya, Darren, berkata bahwa dia yang mendekati Dara. Sheila merasa seperti tersengat oleh kata-katanya, tidak bisa memahami mengapa Galang bisa begitu berani untuk mendekati wanita lain begitu cepatnya seakan cintanya tak pernah ada untuk dirinya.
Galang, yang berdiri di sebelahnya Sheila, tampaknya juga kurang suka dengan ucapan pria itu. Dia memandang pria itu dengan mata yang tajam, tidak suka dengan cara pria itu berbicara tentang Dara. "Tidak perlu membahas hal ini sekarang. Bukankah kita sudah memilih pasangan masing-masing. Aku dan Sheila, Kamu dan Dara. Walau pandangan orang pasti ada kejanggalan karena kita seolah berganti pasangan. Seperti tidak ada orang lain saja," kata Galang dengan suara yang dingin.
Darren tersenyum, tidak peduli dengan reaksi Galang. "Aku hanya ingin memberitahu Sheila tentang kebenaran. Jika Dara lebih segalanya, tak ada alasan bagi pria untuk berpikir dua kali jika ingin dekat dengannya," kata Darren dengan suara yang santai.
Sheila merasa seperti marah yang tak terkendali. Dia tidak bisa memahami mengapa pria itu harus membahas hal ini sekarang. "Tidak perlu membahas hal ini lagi," kata Sheila dengan suara yang keras. "Aku sudah tidak peduli lagi."
Sheila lalu mengajak Galang untuk pergi meninggalkan tempat itu. Mereka berdua kembali ke sudut ruangan tempat di mana tadi mereka duduk.
Pesta anniversary pernikahan kesepuluh Tati berlangsung dengan sangat meriah. Gedung yang megah dipenuhi dengan tamu-tamu yang elegan, termasuk banyak artis papan atas. Wartawan-wartawan berdatangan untuk mengabadikan momen-momen berharga ini.
Tati, seorang pengusaha sukses yang banyak dikenal oleh para artis, tersenyum bahagia sambil memotong kue anniversary yang besar dan indah. Suaminya, yang tampan dan penuh percaya diri, berdiri di sampingnya, memancarkan kebanggaan dan cinta.
Di sisi lain, Sheila tampak cemberut sambil duduk di samping Galang. Saat acara dansa dimulai, Sheila tidak bisa tidak memperhatikan Darren dan Dara yang berdansa dengan sangat mesra. Mereka berdua bergerak harmonis di atas lantai dansa, mata mereka saling bertatapan, dan senyum mereka memancarkan kebahagiaan.
Sheila merasa seperti tersengat oleh rasa cemburu yang tak terkendali. Dia tidak bisa memahami mengapa Darren dan Dara bisa begitu mesra, sementara dia sendiri merasa terjebak dalam hubungan yang tidak bahagia dengan Galang.
Galang, yang duduk di samping Sheila, tampaknya tidak menyadari perasaan Sheila. Dia tersenyum dan menikmati musik, sementara Sheila terus memandang Darren dan Dara dengan rasa cemburu yang semakin membara.
"Apa kau tak merasa cemburu dan sakit hati melihat Dara dan Darren begitu mesranya?" tanya Sheila akhirnya. Dia masih tak habis pikir dengan Galang yang begitu santai dan acuh.
Galang lalu memandangi Dara dan Darren. Dia tampak tersenyum miris.
"Terus aku harus apa? Menampar Dara dan mengajak Darren buat adu kekuatan? Apa itu berguna? Kita hanya akan mempermalukan diri sendiri. Seperti yang sering kamu lakukan. Pada akhirnya kamu juga yang malu."
Sheila tampak kesal. Terbukti dari wajahnya yang tampak cemberut. Apa lagi dia melihat Darren dikelilingi teman-teman artisnya.
"Pasti saat ini Dara merasa bangga, karena dikenalkan dengan artis-artis. Aku tau dari dulu dia begitu mengidolakan Darren, itulah alasan kenapa aku begitu ngotot mendekati pria itu agar Dara bisa tau, jika bukan hanya dia wanita beruntung di muka bumi ini. Semua yang dia inginkan tak mesti terkabul. Aku tau dia pasti cemburu saat melihat aku menikahi idolanya," ucap Sheila.
"Jadi dari dulu Dara sudah mengagumi Darren?" tanya Galang. Dia yang notabene adalah suaminya, baru mengetahui itu sekarang.
Galang mendekati Dara karena dia anak orang kaya. Dengan berbagai cara dia mendekati agar wanita itu bisa luluh. Bukan karena cinta dia menikahinya. Memang dari awal dia hanya ingin hartanya saja.
Melihat Dara dan Darren masih terus berdansa, akhirnya Sheila memilih meninggalkan ruangan. Dia lalu duduk di taman. Galang masih di dalam. Tadi wanita itu beralasan hanya ingin ke toilet.
Salah seorang wartawan yang begitu mengenalnya, mendekati Sheila. Dia tersenyum dan mengulurkan tangan untuk bersalaman.
"Apa kabar Sheila? Kenapa kamu di luar? Aku tadi melihat Darren datang dengan wanita lain. Cepat juga suami kamu dapat penggantinya," ucap Wartawan itu.
Sheila cemberut mendengar ucapan wartawan itu. Dia lalu memiliki ide yang cukup gila.
"Aku juga tak mengerti dengan sikap Darren saat ini. Sejak dia mengenal wanita itu dia sangat berubah. Padahal aku sedang hamil anaknya, tapi dia begitu tega menceraikan'ku," ucap Sheila dengan pelan. Dia memasang wajah sedih.
"Jadi saat ini kamu sedang hamil anak Darren?" tanya Wartawan itu dengan suara sedikit besar karena terkejut. Sheila hanya menjawab dengan anggukan kepalanya.
banyak kok artis yang pake narkoboy...
bahkan karir mereka aman2 aja
skrng cm bsa mnyesal kn???mga ga trulang d msa dpn....
kalo dikampungku orang galau patah hari gak bisa fokus sulit tidur datangnya ke psikolog atau ustadz atau tuan guru atau pendeta utk mendapatkan pencerahan bukan ke club miaras dan obat terlarang
entah kalo Adara lemah itu