Persahabatan Audi, Rani dan Bimo terjalin begitu kuat bahkan hingga Rani menikah dengan Bimo, sampai akhirnya ketika Rani hamil besar ia mengalami kecelakaan yang membuat nyawanya tak tertolong tapi bayinya bisa diselamatkan.
Beberapa bulan berlalu, anak itu tumbuh tanpa sosok ibu, Mertua Bimo—Ibu Rani akhirnya meminta Audi untuk menikah dengan Bimo untuk menjadi ibu pengganti.
Tapi bagaimana jadinya jika setelah pernikahan itu, Bimo tidak sekalipun ingin menyentuh, bersikap lembut dan berbicara panjang dengannya seperti saat mereka bersahabat dulu, bahkan Audi diperlakukan sebagai pembantu di kamar terpisah, sampai akhirnya Audi merasa tidak tahan lagi, apakah yang akan dia lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Lima
Enam bulan telah berlalu. Saat ini putrinya Rani yang diberi nama Ghita Rashida Zafirah yang bermakna gadis pemberani yang siap menaklukkan dunia sesuai dengan petunjuk dari kebijaksanaan, dia telah mulai belajar duduk.
Ghita, panggilan bayi itu, dia sudah bisa mengenal siapa yang dekat dengannya. Audi yang selalu menyempatkan diri untuk datang bermain dengan bocah itu setiap saat, sering dipanggil mama walau belum jelas ucapannya.
Audi datang dengan membawa boneka buat si kecil. Tante Susi duduk di teras dengan Ghita yang ada di pengakuannya. Wanita paruh baya itu tersenyum melihat kedatangan nya gadis itu.
"Aunty Audi ...," sapa Tante Susi begitu melihat kedatangan Audi.
"Cantiknya Aunty, sedang apa?" tanya Audi.
Audi lalu menyelami Tante Susi. Setelah itu dia menggendong Ghita dan mengecup pipi gembulnya dengan berulang kali.
"Wanginya ...," ujar Audi. Dia lalu duduk di kursi yang ada di samping Tante Susi.
Audi mengajak si kecil mengobrol dan bercanda. Ghita tampak tertawa bahagia. Hal itu tak luput dari perhatian Tante Susi.
Setelah sekian menit membiarkan Ghita dan Audi berinteraksi, akhirnya Tante Susi angkat bicara.
"Audi ... apa Tante boleh bertanya tentang pribadimu?" tanya Tante Susi dengan suara pelan. Sepertinya berhati-hati dan takut salah.
"Tentu saja boleh, Tante."
"Apa kamu sudah memiliki kekasih, atau mungkin calon suami?" tanya Tante Susi.
Audi bukannya menjawab, dia justru tersenyum menanggapi pertanyaan Tante Susi. Sesaat kemudian dia tampak menerawang.
"Maaf, Audi. Jika kamu keberatan menjawab, tak apa. Itu memang pribadi. Lupakan saja!" seru Tante Susi.
Susi merasa tak enak hati setelah mengajukan pertanyaan itu. Dia melihat perubahan wajah Audi.
"Tante, aku sudah menganggap Tante seperti Ibuku. Tak ada suatu pun yang aku sembunyikan. Aku hingga saat ini belum terikat dengan pria manapun. Belum terpikir hingga sana," jawab Audi.
Mendengar jawaban Audi, wajah Tante Susi berseri. Dia tampak tersenyum dan bernapas lega.
"Audi, apakah kamu menyayangi Ghita?" Kembali Tante Susi mengajukan pertanyaan.
"Tentu saja, Tante. Apa selama ini aku terlihat kurang menyayanginya?" Audi balik bertanya.
"Tidak, Audi. Siapa pun yang melihat tapi tak mengenalmu, pasti akan mengira jika Ghita adalah putrimu. Kalian berdua seperti telah terikat satu dan lainnya."
Audi tersenyum menanggapi ucapan Tante Susi. Dia memang sangat menyayangi putri sahabatnya itu, apa lagi sebelum meninggal sempat menitipkan anaknya itu.
"Audi, jika kamu memang menyayangi Ghita, maukah kamu menjadi ibu sambung buat anaknya Rani?" tanya Tante Susi.
Audi tampak sangat terkejut mendengar pertanyaan yang Tante Susi ajukan. Tak menyangka jika wanita itu sampai berpikir jauh.
Audi sangat terkejut dan tidak bisa berkata-kata sejenak. "Tante, aku ... aku tidak tahu apa yang harus aku katakan," kata Audi dengan suara yang terguncang.
"Tante tahu ini keputusan yang sulit, tapi Tante percaya kamu adalah orang yang tepat untuk merawat anak Rani. Kamu selalu menjadi sahabat yang baik untuk Rani, dan Tante yakin kamu bisa menjadi ibu yang baik untuk anaknya," kata Tante Susi dengan suara yang penuh keyakinan.
Audi terdiam, memikirkan tentang keputusan yang harus diambilnya. "Tante, aku perlu waktu untuk memikirkannya. Ini bukan keputusan yang mudah," kata Audi dengan suara yang lembut.
Tante Susi mengangguk paham. "Tante mengerti, Audi. Ambil waktu yang kamu butuhkan, tapi jangan terlalu lama. Tante hanya ingin yang terbaik untuk anak Rani," kata Tante Susi dengan senyum yang hangat.
Audi menarik napas sebelum mengeluarkan suaranya. "Tante, pernikahan itu adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Jadi, yang perlu ditanyakan adalah Bimo. Apakah dia bersedia tempat Rani diisi wanita lain!" seru Audi.
Jika ditanyakan apakah Audi tak keberatan menikah dengan Bimo? Tentu saja dia sangat keberatan. Apa lagi sikap pria itu masih dingin dengannya. Tapi dia juga memikirkan Ghita. Takutnya Bimo menikah lagi dengan wanita yang tak bisa menerima kehadiran bocah itu.
"Tante akan tanyakan itu dengan Bimo. Tante sangat berharap kamu yang akan jadi ibu sambungnya Ghita. Wanita lain takutnya hanya mencintai Bimo saja. Jika denganmu, Ghita pasti terjamin," kata Tante Susi.
Keduanya kembali larut dengan pikiran masing-masing. Ghita yang berada di pangkuan Audi menguap, tak lama kemudian tertidur pulas. Ghita memang selalu terlelap dalam gendongan Audi.
**
Bimo sedang menikmati makan malam bersama Mama Susi ketika tiba-tiba Mama Susi mengajukan pertanyaan yang tidak terduga. "Bimo, Mama ingin bertanya sesuatu padamu," kata Mama Susi dengan suara yang lembut.
Sejak kepergian Rani untuk selamanya, wanita itu tinggal dengan menantunya. Biar bisa menjaga dan merawat cucunya. Mama Susi kurang percaya dengan baby sitter. Dia ingin mengawasi dan melihat langsung perkembangan bayi itu.
"Apa itu, Ma?" Bimo menjawab dengan rasa penasaran. Dia memandangi mertuanya dengan penuh tanda tanya.
"Kamu pasti tahu dan dapat melihat kalau Audi sudah sangat dekat dengan anakmu, dan Mama lihat bagaimana mereka berdua berinteraksi dengan baik. Apakah kamu mau menikah dengan Audi?" kata Mama Susi dengan mata yang berbinar-binar harapan.
Bimo terkejut dan tidak bisa berkata-kata sejenak. Sehingga Mama Susi kembali bersuara.
"Audi menyayangi putrimu dengan ikhlas. Tak akan ada wanita lain yang bisa menyayangi Ghita sepertinya. Pasti akan butuh waktu buat adaptasi dan perkenalan lagi. Pertimbangan hal itu, Bimo!" seru Mama Susi.
"Mama, aku ... aku tidak tahu apa yang harus aku katakan," kata Bimo dengan suara yang terguncang. Ucapannya hampir sama dengan Audi tadi.
Mama Susi tersenyum hangat. "Mama tahu ini keputusan yang besar, tapi Mama percaya kamu dan Audi bisa menjadi pasangan yang baik dan serasi. Kamu berdua sudah memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Ghita, dan Mama yakin Audi bisa menjadi ibu yang baik untuknya," kata Mama Susi dengan suara yang penuh keyakinan.
Bimo terdiam, memikirkan tentang keputusan yang harus diambilnya. "Mama, aku perlu waktu untuk memikirkannya. Ini bukan keputusan yang mudah," kata Bimo dengan suara yang lembut.
Mama Susi mengangguk paham. "Mama mengerti, Bimo. Kamu pasti masih belum memikirkan hal itu. Kamu masih betah dengan kesendirian saat ini. Dan kamu pasti masih mengingat Rani dan belum sepenuhnya ikhlas melepaskan kepergiannya. Tapi hidup ini terus berjalan. Kamu juga harus memikirkan perkembangan Ghita. Dia butuh sosok seorang ibu!" seru Mama Susi.
Bimo masih terdiam. Sepertinya masih berpikir tentang hal ini. Dia tahu bagaimana sifat Audi. Dalam hatinya mengakui jika Audi sangat menyayangi putrinya.
"Apakah aku sebaiknya menerima Audi saja. Dia tampak sangat menyayangi Ghita. Tapi, aku masih belum bisa memaafkannya. Setiap melihat wajahnya aku jadi teringat kecelakaan yang dialami Rani hingga membawanya pergi untuk selamanya. Bagaimana caranya agar aku bisa ikhlas?" tanya Bimo pada dirinya sendiri.
dri kue brownis lngsung turun ke hati .../Facepalm//Facepalm//Kiss/
Bu Dewi seperti bisa jadi mama mertua yang baik untuk menantunya... Dan Daniel juga tipe suami yang hangat untuk keluarga nya...
😆😆😆😆
selamat bahagia ya Bimo karena telah membuang batu berlian untuk Daniel...