NovelToon NovelToon
Dendam Anak Kandung

Dendam Anak Kandung

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Darmaiyah

Lila pergi ke ibu kota, niat utamanya mencari laki-laki yang bernama Husien, dia bertekad akan menghancurkan kehidupan Husien, karena telah menyengsarakan dia dan bundanya.
Apakah Lila berhasil mewujudkan impiannya. Baca di novelku
DENDAM ANAK KANDUNG.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 7

Dalam pengawasan Niko

Mendengar suara berisik di dalam kamar mandi, Vito segera membuka pintu kamar, dilihatnya Lila terduduk di lantai keramik.

"Au.. sakit." Rintih Lila seraya memegang kaki kanan dengan kedua tangannya. Lila tersenyum dalam hati, dia berhasil memancing kecemasan Vito.

"Lila..Lila.. kamu kok ceroboh."

"Maaf tuan! saya terpeleset." ujar Lila seraya berusaha berdiri.

Vita berjongkok membantu Lila berdiri, lalu meraih tubuhnya, mengangkat dan menggendongnya keluar kamar mandi, menuju kamar dan meletakkannya di tempat tidur.

"Lain kali lebih hati-hati, biar tidak lama menyusahkan orang." omel Vito

Vito meraih ponselnya, lalu menelepon Niko agar segera ke rumahnya, lalu dia menelpon dokter Alfad. Dua puluh menit kemudian dokter Alfad datang beriringan dengan Niko.

Alfad mengeluarkan peralatannya, lalu mendekati Lila, meminta Lila meluruskan kakinya, perlahan Alfad membuka perban yang melilit kaki Lila. Setelah memeriksa perkembangan luka di tapak kaki Lila, Alfad mengganti perbannya dengan yang baru. Sementara kulit lengan bekas tersiram kopi panas sudah membaik, luka lecet di siku, dahi dan lutut pun sudah mulai mengering.

"Jangan terlalu banyak melakukan aktifitas berjalan, khawatir lukanya infeksi dan susah sembuhnya." ujar dokter Alfad seraya memasukkan peralatannya ke dalam tas.

"Iya Dok!" sahut Lila seraya menganggukkan kepala.

Alfad keluar dari kamar beriringan dengan Vito. Setelah mengantar dokter Alfad keluar, Vito ke dapur menemui Niko yang sedang menyiapkan sarapan pagi yang tadi di belinya.

"Hari ini kamu temani Lila." titah Vito, karena pagi ini dia ada pertemuan dengan para direksi group Harahap di kantor pusat.

"Aku?" Niko menunjuk dirinya, dibalas anggukan Vito.

"Baik." sahut Niko senang, karena dia tak harus antar jemput hari ini.

"Tapi ingat jangan macam-macam." Ancam Vito memperingatinya.

"Beres Tuan. Saya akan menjaga amanah dari tuan."

"Sana antar sarapan Lila."

"Siap!" ujar Niko lalu mengangkat nampan mengantar sarapan untuk Lila.

Sementara Vito masuk ke kamarnya bersiap untuk berangkat ke kantor.

Tok.. Tok.. Tok

Ketukan pintu dari luar membuat Lila merasa heran, karena Vito kalau ingin masuk tak pernah permisi atau mengetuk pintu.

"Siapa?"

"Saya, Non! Niko. Tuan meminta saya mengantar sarapan untuk Non." sahut Niko dengan suara lantang.

Benar dugaan Lila kalau yang mengetuk pintu bukan Vito. Lila menyuruh Niko masuk dan meletakkan sarapan di atas nakas.

"Tuan berpesan, kalau Non butuh sesuatu panggilan saya, saya ada di ruang tengah." ujar Niko seraya meletakkan nampan yang dibawanya di atas nakas, lalu keluar kamar.

******

Empat hari berada di apartemen Vito dengan pengawasan Niko dan dokter Alfad membuat kesehatan Lila semakin membaik. Vito membelikan tongkat penyanggah kaki untuk dia melakukan aktifitas hingga tak membutuhkan bantuan orang lain untuk memapahnya, luka lecet di siku, dahi dan lutut sudah kering, tapi masih meninggalkan bekas.

Walau pun masih berjalan mengguna tongkat penyanggah. Namun, Lila sudah bisa menapakkan ujung tumitnya ke lantai dan geraknya sudah mulai sedikit bebas.

"Non! hari ini mau makan apa?"

Kebiasaan Niko bertanya dulu, sebelum dia memesan makan untuk Lila, baik dia beli online atau pun dia pergi membeli sendiri, karena Vito memintanya untuk memberikan layanan prima pada Lila.

"Hari ini aku pingin memasak, sudah bosan makan menu dari luar. Bisakah tuan membeli bahan mentah saja?"

"Bisakah kamu tidak memanggilku dengan sebutan Tuan, aku hanya supir tuan Vito, merasa risih dengan sebutan tuan."

"Baiklah! Abang Niko." jawab Lila.

"Nah itu lebih enak kedengarannya."

"Kamu serius masak?" tanya Niko setengah percaya, karena gadis jaman now banyak yang tidak mau masak, lebih memilih membeli secara online.

"Serius lah! Aku mau masak spesial buat tuan Vito, karena selama saya di sini, dia begitu baik."

"Tuan Vito memang begitu karakternya, dia selalu baik dengan siapapun. Apa lagi Non Lila seperti ini karena menyelamatkan Nona Muda Yura."

"Apa Tuan Vito sangat mencintai Nona Yura?" tanya Lila mulai menyelidiki.

"Tepatnya hutang Budi." celetuk Niko.

"Hutang Budi? Maksudnya?" Lila jadi penasaran.

"Sudah! Jangan dibahas. Aku cuman keceplosan." ujar Niko lagi, dia tidak ingin membeberkan rahasia kehidupan Vito ke Lila.

Niko tahu betul bagaimana dulu kehidupan Vito sebelum menikah dengan Yura. Vito hanya seorang karyawan biasa yang dicintai Yura habis-habisan, walaupun Nyonya besar Farah tak merestui hubungan mereka. Namun, Yura nekad menikah dengan Vito. Setelah menikah dengan Yura, Yura meminta Husien mengangkat Vito menjadi CEO di salah satu anak cabang perusahaan papanya.

"Nona Yura memang pantas dapat cinta tuan Vito, selain putri orang kaya, dia juga sangat cantik."

"Cantik tapi galak." sahut Niko, Lila hanya tersenyum menanggapi ucapan Niko.

"Apa Abang tahu makanan kesukaan tuan Niko?" tanya Lila mengalihkan pembicaraan.

Niko menyebut beberapa menu makanan kesukaan Vito, karena dia sering diajak makan di restoran oleh Vito, jadi sudah hafal apa-apa saja menu yang biasa di pesan Vito.

"Kalau begitu Abang beli sayuran dan satu ekor ikan kakap."

"Bumbu-bumbunya saya catat dulu." ujar Lila seraya mencari-cari kertas dan pena.

"Kirim saja ke WhatsApp saya, jadi nggak perlu dicatat." ujar Niko sambil menyodorkan ponselnya, dan meminta Lila memasukkan nomor kontaknya.

Sepeninggalan Niko, Lila menuju ke dapur, selama empat hari di rumah Vito, dia belum pernah sampai ke dapur. Dapurnya bersih dengan alat-alat tertata rapi, seminggu sekali biasanya Vito memanggil cleaning service untuk membersihkan rumahnya. Walaupun jarang ditempati tapi tetap terawat dengan baik.

Tiga puluh menit kemudian Niko datang dengan membawa tentengan dua plastik besar, Niko meletakkan barang belanjaannya di atas meja dapur.

"Apa perlu bantuan saya. Non?" tanya Niko Seraya mengeluarkan barang belanjaan dari plastik.

"Apa Abang bisa membersihkan ikan?"

"Tidak." jawab Niko seraya mengangkat kedua tangannya ke atas, jujur dia memang tidak pernah melakukan itu.

Karena Niko tak bisa di handal kan, Lila mengusirnya dari dapur. Lila memulai pekerjaannya dengan membersihkan ikan, melumuri dengan garam dan jeruk nipis.

Dengan telaten Lila meramu bumbu masak capcay dan bumbu asam manis ikan kakap. Walaupun gerakan Lila terhalang tongkat penyangga kakinya. Namun, tangannya masih lincah menggoyangkan sudip di atas kuali. Aroma masakannya menyebar memenuhi ruang dapur, hingga sampai ke ruang tamu.

Vito yang baru pulang dari kantor mendapati aroma masakan langsung mencari sumbernya, setelah meletakkan tas kerja di atas meja tamu, dia beranjak ke dapur.

Lila yang sedang sibuk dengan aktivitas memasaknya tidak menyadari kedatangan Vito.

"Kamu lagi ngapain?" tanya Vito.

Pertanyaan Vito yang mendadak mengejutkan Lila, hingga tongkat penyangga kakinya terlepas, spontan keseimbangan tubuhnya oleng, untung saja Vito dengan sigap menangkapnya, kalau tidak Lila sudah terjatuh ke lantai.

"Tuan mengejutkan saya." ucap Lila seraya ingin berjongkok mengambil tongkat penyangga. Namun, Vito bergerak cepat meraih tongkat itu dan menyingkirkannya, lalu menarik kursi dan meminta Lila duduk.

"Kakimu masih sakit. Kenapa memasak, coba kalau terjatuh tadi, kamu akan cedera lagi."

"Maaf Tuan, saya hanya kangen masakan rumah." ujar Lila seraya mematikan kompor.

"Apa makanan yang selama ini Niko pesan buatmu tidak enak?"

Vito beranjak mengambil gelas, lalu menuang air putih dan meminumnya tuntas.

"Enak Tuan "

"Kalau enak, kenapa sekarang harus capek-capek masak?"

Trak.. Vito meletakkan gelas bekas minumnya sedikit kasar, bukan dia tidak mengijinkan Lila memasak, dia hanya khawatir kalau Lila sakit lagi, karena kesehatan Lila belum pulih benar.

"Apa Niko yang menyuruhmu?"

Vito beranjak meninggalkan Lila dan memanggil-manggil Niko, dengan tertatih Lila berusaha mengejar Vito.

"Hay bangun." Vito menyentak lengan supirnya itu yang sedang tertidur pulas di sofa.

"Tuan! Jangan marah dengan Abang Niko. Ini murni kesalahan saya." Lila menangkupkan kedua tangannya di dada, lalu duduk bersimpuh di kaki Vito, dia meminta maaf berkali-kali.

"Abang? Sejak kapan Niko jadi Abang." batin Vito, tiba-tiba dia semakin kesal mendengar Lila menuebut Niko dengan panggilan Abang.

Sementara Niko yang tertidur lelap di sofa terbangun, karena mendengar keributan suara Lila yang meminta maaf pada Vito.

"Ada apa Tuan?" tanya Niko setengah sadar seraya menatap Lila yang terduduk di lantai.

"Kamu! saya suruh menjaga Lila, malah enak-enakan tidur." bentak Vito.

"Dan Lila kamu biarkan masak."

"Maaf Tuan! Saya salah." ujar Niko segera duduk.

"Saya yang salah tuan. Saya yang melarang Abang Niko membeli makanan siap saji dan saya juga yang melarangnya membantu saya memasak." Lila memberikan penjelasan panjang lebar kepada Vito.

"Tuan jangan marah sana Non Lila, dia hanya ingin membuat masakan spesial untuk tuan, karena besok dia mau kembali ke apartemen temannya." ujar Niko memberi penjelasan untuk membeli Lila.

"Mereka berdua kompak saling membela." batin Vito semakin percaya kalau antara Niko dan Lila ada apa-apa.

"Benaran begitu?" tanya Vito seraya memalingkan wajahnya ke Lila.

"Iya benar Tuan, saya hanya ingin masak untuk tuan sebagai balas budi karena tuan sudah baik sama saya." ujar Lila lagi.

"Oh jadi dia melakukan ini hanya sekedar belas budi." batin Vito lagi

"Kalau begitu siapin sekarang, bukannya kamu masak buat saya." tiba-tiba emosi Vito meletup-letup, seraya menarik tangan Lila mengajaknya ke dapur.

Trang.. Tongkat penyangga terlepas dari pegangan Lila, Lila ikut terseret karena Vito menarik tangannya terlalu kuat.

"Tuan! lepaskan tangan saya."

Vito menyentak tangan Lila hingga Lila terhempas ke lantai.

"Au..." Lila meringis kesakitan, luka robek di tapak kaki berdarah.

"Lila kaki mu berdarah." seru Niko saat melihat darah merembes dari kain perban.

"Lila maaf, saya tidak ber..."

"Minggir." Niko mendorong tubuh Vito yang ingin berjongkok, lalu mengangkat tubuh Lila dan meletakkan di atas sofa.

"Sini! biar saya yang mengurus Lila. Kamu pulang sana." Vito merampas kotak obat yang baru Niko ambil dari kamar, lalu mendorong tubuh Niko sampai ke pintu keluar.

"Bilang saja kalau mau berduaan dengan Nona Lila." ujar Niko mengejek Vito seraya tertawa lalu melambaikan tangan.

"Sial kau Niko." Maki Vito lalu membanting pintu.

Apakah Vito mulai ada rasa ke Lila?

Baca kelanjutannya di part 8

Jangan lupa tinggalkan like, komentar dan hadiahnya, biar author semangat nulisnya 💪

love sekebun cabe ♥️

1
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Rajuk Rindu
Alur cerita bikin degdegan
Rajuk Rindu
Tinggal koment dan like ya para reader
thanks you
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!