NovelToon NovelToon
My Rules Is Villain

My Rules Is Villain

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Iblis / Identitas Tersembunyi / Perperangan / Anime / Summon
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Setsuna Ernesta Kagami

Di dunia yang dikuasai oleh dua bulan.

Araksha dan Luminya.

Sihir dan pedang adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Kedua bulan tersebut mewakili dua kekuatan yang bertentangan, Araksha adalah sumber sihir hitam yang kuat, sedangkan Luminya menjadi sumber sihir putih yang penuh berkah.

Namun, keseimbangan dunia mulai terganggu ketika sebuah gerhana yang belum pernah terjadi sebelumnya mulai terbentuk, yang dikenal sebagai "Gerhana Bulan Kembar".

Saat gerhana ini mendekat, kekuatan sihir dari kedua bulan mulai menyatu dan menciptakan kekacauan. Menyebabkan kehancuran diberbagai kerajaan.

"Aku adalah penguasa, diam dan patuhi ucapanku!"

[NOVEL ORISINIL BY SETSUNA ERNESTA KAGAMI]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Setsuna Ernesta Kagami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bulan Araksha - V

Selvhia berdiri di tengah ruangan, mengenakan pakaian petualang hitam abu yang diberikan oleh Jellal.

Pakaian itu melekat sempurna pada tubuhnya, terbuat dari bahan misterius yang tampak ringan tetapi kuat.

Aura kegelapan samar merayap di permukaannya, menandakan bahwa ini bukan sekadar pakaian biasa.

Jellal, yang duduk di singgasana, mengamati dengan tatapan tajam.

"Bagaimana rasanya?" tanyanya.

Selvhia menggerakkan lengannya, lalu mengepalkan tangannya dengan tenang.

"Ringan, fleksibel, dan nyaman," jawabnya singkat.

Jellal mengangguk puas.

Namun, yang lebih penting sekarang adalah menguji daya tahannya.

Dia menoleh ke arah Noa, yang sudah tampak tidak sabar.

Nephilim kecil itu menyeringai penuh semangat, kedua matanya bersinar merah dengan kegembiraan sadis.

"Boleh aku mulai sekarang, Jellal~?"

Jellal menatapnya sejenak, lalu mengangguk.

"Jangan membunuhnya."

Noa tertawa kecil. "Tentu saja tidak~ Tapi kalau dia terluka sedikit, tidak masalah kan?"

Tanpa menunggu jawaban, Noa langsung bergerak.

Dalam sekejap, atmosfer ruangan berubah.

Aura iblis dan malaikatnya berkumpul di sekeliling tubuhnya, menciptakan energi yang berputar liar.

Jari-jarinya membentuk simbol di udara.

"Twilight Lance."

Dalam satu detik, sebuah tombak energi hitam putih terbentuk di tangannya, berdenyut dengan kekuatan destruktif.

Selvhia tetap diam, matanya hanya sedikit menyipit.

BOOM!

Noa melemparkan tombak itu langsung ke arah Selvhia.

Kecepatannya luar biasa, nyaris mustahil dihindari.

Tetapi Selvhia tidak bergerak.

Dia berdiri tegak, membiarkan serangan itu menghantam tubuhnya.

DUARRR!

Ledakan besar memenuhi ruangan, menciptakan kepulan asap yang menyelimuti semuanya.

Selene, yang menyaksikan dari samping, mengangkat satu alisnya.

Jellal hanya menyandarkan dagunya pada satu tangan, menunggu hasilnya.

Dan saat asap menghilang—

Selvhia masih berdiri di tempatnya.

Pakaian petualang itu tak mengalami kerusakan sedikit pun.

Bahkan, ekspresi Selvhia tetap dingin, seolah serangan tadi hanyalah angin sepoi-sepoi baginya.

Noa berkedip beberapa kali.

"Eh?"

Ia tampak sedikit kecewa.

"Serius? Bahkan tidak ada goresan?"

Selene tertawa kecil.

"Kau lemah, Noa," katanya dengan nada mengejek.

Noa mendelik tajam. "Itu hanya serangan pemanasan!"

Jellal tersenyum tipis, lalu menoleh ke Selvhia.

"Bagaimana rasanya terkena serangan itu?"

Selvhia menyentuh pakaiannya sejenak, lalu menatap Jellal.

"Tak terasa."

Jawaban singkat yang membuat Noa merengut kesal.

"Kalau begitu, aku tidak akan menahan diri lagi!"

SWOOSH!

Dalam sekejap, Noa menghilang dari tempatnya.

Kecepatan geraknya meningkat drastis.

Selvhia akhirnya menggerakkan tubuhnya, matanya mengikuti pergerakan Noa dengan waspada.

Namun, sebelum Noa bisa menyerang—

CLANG!

Selvhia langsung mengangkat lengannya, menangkis serangan cakaran bercahaya Noa dengan punggung tangannya.

Pakaian petualang itu masih tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan.

Noa menggertakkan giginya.

"Ini menyebalkan!"

Dengan cepat, dia menciptakan beberapa lingkaran sihir di udara.

Energi iblis dan malaikat berkumpul di sekelilingnya, membentuk puluhan proyektil cahaya dan kegelapan.

"Twilight Barrage!"

Serangan hujan proyektil langsung menghantam Selvhia.

BOOM! BOOM! BOOM!

Ledakan demi ledakan memenuhi ruangan, membuat lantai bergetar.

Selene melipat tangannya, menyaksikan tanpa ekspresi.

Jellal tetap tenang, mengamati dengan mata penuh perhitungan.

Ketika debu dan cahaya mulai mereda—

Selvhia masih berdiri.

Pakaian itu masih utuh.

Namun, kali ini ada sedikit goresan samar di permukaannya.

Selvhia menatap pakaian itu, lalu bergumam.

"Menarik."

Noa mendengus, lalu menoleh ke Jellal.

"Aku bisa menyerang lebih serius lagi?"

Jellal tersenyum tipis.

"Tidak perlu. Ini sudah cukup."

Noa mengembungkan pipinya kesal, tetapi akhirnya mundur.

Jellal berdiri dari singgasana, menatap Selvhia dengan mata penuh kepuasan.

"Bagus. Pakaian ini cukup kuat untuk digunakan dalam penyamaran."

Selvhia menundukkan kepala sedikit.

"Terima kasih, Yang Mulia."

Jellal kemudian menoleh ke Selene.

"Kita sudah menyelesaikan pengujian. Sekarang saatnya bersiap untuk langkah selanjutnya."

Selene mengangguk dengan penuh minat.

"Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang, Yang Mulia?"

Jellal menyeringai tipis.

Matanya berkilauan dengan rencana yang baru saja terbentuk di kepalanya.

"SEMUA, BERKUMPUL!"

Suara Jellal menggema di seluruh aula kerajaan.

Bukan sekadar suara biasa, tetapi sebuah perintah mutlak.

Sebuah komando yang tak mungkin diabaikan oleh siapa pun yang mengabdi padanya.

Dalam hitungan detik, para bawahan berkumpul dengan penuh kesetiaan.

Di barisan depan, Selene Veildas berdiri tegap, tatapan dinginnya penuh kewaspadaan.

Di sebelahnya, Darius Ironfang berdiri dengan lengan bersedekap, tubuhnya yang besar memancarkan aura keperkasaan.

Velka, sang Lich Agung, melayang sedikit di udara, jubahnya berkibar pelan, tengkoraknya bersinar redup.

Eira Frostveil berdiri sedikit terpisah, mata dinginnya memperhatikan semua orang dengan tatapan sinis.

Twilight Twins, Nyx dan Noa Evernight, berada di sisi ruangan, tampak santai tetapi siap bertindak kapan saja.

Dan di belakang mereka, para anggota Ebonveil Maidens berdiri dalam formasi rapi, ekspresi mereka beragam, Selvhia tetap dingin, Elise tersenyum samar, Marionette tanpa ekspresi, Claris tampak penuh rasa ingin tahu, sementara Velka sekadar mengamati.

Suasana hening, semua menunggu kata-kata dari sang Raja Kegelapan.

Jellal menatap mereka semua dari singgasananya, lalu berbicara dengan suara yang penuh otoritas.

"Kerajaan Araksha telah kembali."

Tatapan semua bawahannya semakin tajam.

"Namun, ini belum cukup."

Jellal berdiri, auranya menggetarkan udara di sekitar.

"Kita bukan sekadar ingin kembali berdiri. Kita akan menguasai dunia ini seperti dulu."

"Dan langkah pertama kita adalah... ibu kota petualang, Solrath."

Ruangan semakin dipenuhi energi gelap yang bergejolak.

Bibir Darius menyeringai liar, Velka bergumam pelan, sementara Eira mendecakkan lidah dengan minat.

Nyx dan Noa bertukar pandang, mata mereka berbinar penuh kegembiraan.

"Solrath..." suara Noa lirih, seperti sedang membayangkan sesuatu yang menyenangkan.

Jellal melanjutkan.

"Selene, jelaskan semuanya."

Selene melangkah maju.

Tatapan matanya menyapu semua yang hadir, aura dominannya terasa jelas.

"Ibu kota petualang, Solrath, terletak di selatan. Kota itu dikelilingi oleh benteng yang kuat, dipenuhi para petualang dari berbagai ras dan tingkatan."

"Namun, kekuatan terbesar yang melindungi kota itu adalah Gereja Cahaya serta Aliansi Petualang."

Eira mendengus pelan saat mendengar nama Gereja Cahaya, ekspresinya jelas menunjukkan rasa muak.

Selene melanjutkan.

"Solrath bukan hanya pusat peradaban manusia. Kota itu juga menjadi pusat informasi, ekonomi, dan politik. Menaklukkannya berarti mengendalikan jalur perdagangan serta strategi perang dunia ini."

Jellal menyeringai.

"Tepat sekali. Oleh karena itu, kita akan menginfiltrasi kota tersebut terlebih dahulu sebelum bertindak lebih jauh."

Darius menggeram rendah.

"Menginfiltrasi? Kenapa tidak langsung menyerbu dan membantai mereka semua?"

Beberapa bawahannya tampak setuju.

Namun, Jellal hanya menatap mereka dengan tatapan tajam.

"Jika kita menyerbu sekarang, kita akan menghadapi perlawanan yang tidak perlu. Aku ingin memahami situasi dunia saat ini, mengetahui siapa musuh kita, dan menghancurkan mereka dari dalam sebelum kita menghancurkan mereka secara fisik."

Darius terdiam sejenak, lalu menyeringai.

"Heh, aku mengerti... Ini seperti berburu. Mengintai mangsa sebelum menerkam."

Jellal mengangguk.

"Aku dan Selvhia akan masuk ke kota terlebih dahulu dengan penyamaran sebagai petualang."

Noa langsung berseru, ekspresinya seperti anak kecil yang merasa dikhianati.

"EH?! Kenapa hanya Selvhia?! Aku juga mau ikut!"

Selene menyeringai kecil.

"Selvhia lebih cocok untuk tugas ini. Tidak seperti kau yang suka menarik perhatian."

Noa mendengus, sementara Nyx terkekeh pelan.

"Biarkan saja. Noa memang tidak bisa diam."

Jellal menatap mereka semua, lalu melanjutkan.

"Sementara aku menyelidiki dari dalam, kalian akan bersiap di luar untuk bergerak kapan saja. Jika ada kesempatan untuk menyerang, kita akan melakukannya dalam satu serangan yang memastikan kemenangan total."

Semua bawahannya menundukkan kepala dengan hormat.

Mereka semua mengerti.

Ini bukan hanya sekadar ekspansi. Ini adalah awal dari dominasi.

Jellal menatap mereka semua sekali lagi, lalu berkata dengan suara yang dalam.

"Apakah ada pertanyaan?"

Tidak ada yang menjawab.

Hanya ada tatapan penuh semangat dan dedikasi.

Jellal tersenyum tipis.

"Bagus. Maka kita mulai persiapan."

"Kerajaan Araksha akan segera menguasai dunia ini."

1
🐌KANG MAGERAN🐌
mampir kak, semangat dr 'Ajari aku hijrah' 😊
Protocetus
jika berkenan mampir ya ke novelku Mercenary of El Dorado
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!