Niat hati, merantau ke luar negeri untuk merubah nasib. Namun karena suatu kejadian, dua pemuda polos nan lugu itu malah terlibat dalam kehidupan asmara enam janda muda. Mampukah mereka lepas dari jeratan janda yang penuh pesona? Atau mereka terjerumus dalam larutnya dunia para janda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih Dalam Pantauan
"Mommy, sini! ikut bela diri."
"Hahaha ... Mommy nggak bisa, Sayang. Mommy disini saja ya? Lihatin kalian, Oke?"
"Yah! Mommy nggak seru!"
A moy hanya mampu mengulas senyum dan hatinya berkata, "Maafkan Mommy, Sayang. Momny lebih suka memandang Om Tito dan celananya, hihihi ..."
Dua anak itu terlihat semangat mengikuti setiap gerakan yang Tito tunjukkan. Tito sengaja mengajari gerakan gerakan yang mudah, agara anak anak bisa mengikuti dan mengingatnya.
Sedangkan A moy, masih menikmati apa yang terjadi di depan matanya. Keringat yang mulai membasahi tubuh Tito membuat janda satu anak itu merasa kesulitan menelan salivanya sendiri. Padahal kamar anak anak menggunakan pendingin udara. Mungkin karena suhunya sengaja di atur rendah, jadi keringat tetap keluar dari tubuh Tito dan kedua bocah itu. A moy juga mendadak merasa gerah karen matanya tak lepas menatap Tito dan celananya.
"Waktunya sarapan!" seru Bibi Nur begitu dia masuk dengan membawa nampan berisi makanan untuk anak anak.
"Istirahat dulu, Sayang. Nanti lagi," A moy pun ikut bersuara.
"Yah ... lagi seru, Mom," keluh Binbin.
"Eh nggak boleh gitu, Om Tito juga mau sarapan dulu, ya Om ya?"
"iya," jawab Tito. "Sekarang kita istirahat dulu, lalu sarapan. Nanti kita berlatih lagi di taman belakang, oke?"
"Oke!" jawab kedua bocah dengan kompak. Mereka lalu duduk mereka lalu duduk di atas permadani.
"Om Tito mau kemana?" tanya Zoe saat melihat Tito menenteng kaosnya dan melangkah menuju pintu.
"Om mau sarapan dulu, nanti Om kesini lagi ya?"
"Kenapa nggak sarapan disini aja?" Zoe langsung menatap A moy yang sudah duduk dihadapannya. "Mom, Om Tito suruh sarapan disini saja bareng Zoe ya? pliss!"
A moy menatap anaknya yang terlihat menggemaskan, lalu dia melemparkan pandangannya ke arah Tito. "Bagaimana? Mau sarapan disini?"
Sekarang Tito yang dibuat bingung. Mau nolak jelas tidak enak. Mau menuruti, tapi dia butuh waktu untuk bersih bersih badan juga. Di saat Tito sedang dilema, Zoe malah mendekat dan menarik tangannya. "Ayo, Om!"
"Udah, kamu sarapan disini saja, To. Nanti biar sarapan kamu, aku antar kesini," ucap Bibi Nur. Biasanya anak anak sarapan dengan Bibi Nur atau Bibi Sri jika Mommy mereka mau bekerja. Tapi jika hari libur, anak anak akan makan bersama orang tuanya.
"Baiklah," ucap Tito pasrah. "Maaf ya, Bi, jadi ngerepotin," Tito kembali duduk.
"Nggak apa apa, To. Yang penting anak anak nggak rewel dan mau makan," jawab Bibi Nur lalu dia beranjak keluar dari kamar anak anak.
"Aku mau disuapin Om tito aja, Mom."
"Aku juga."
"Iya, iya," jawab A moy gemas. "To kamu duduk disini, biar enak suapin anak anaknya."
Sejenak Tito tertegun. Bagaimana mungkin dia berani duduk di sebelah majikannya? Tapi jika dilihat dari posisinya saat ini, Tito memang harus pindah tempat duduk. Tito duduk di belakang anak anak, sedangkan makanan berada di atas meja dan letaknya di depan anak anak. Mau tidak mau Tito memang harus pindah tempat duduk.
"Nah, sekarang tinggal sarapan."
"Siap!"
Dengan semangat, anak anak menerima sesendok demi sesendok sarapan mereka. Hati Tito menghangat. Pikirannya berkelana dan membayangkan jika dia mempunyai anak, pasti akan sangat menyenangkan.
"Gimana rasanya, To?" sebuah pertanyaan yang meluncur dari bibir A moy membuyarkan lamunannya. Tito spontan langsung menoleh menatap wajah majikannya yang sedang tersenyum kepadanya.
"Apanya, Miss?" Tito malah bertanya balik dengan wajah bingung, lalu kembali menyuapi anak anak.
"Kerja jagain anak anak lah, To. Emang menurutmu apaan?" balas A moy dengan senyum yang lebar dan sedikit nakal.
Tito pun langsung gelagapan. "Oh, em, menyenangkan, Miss. Mereka anak anak yang lucu dan aktif."
"Anak anak juga sepertinya menyukai kalian. Padahal, Zoe itu agak susah kalau ketemu orang baru. Tapi saat bersama kamu, dia malah kayak nggak mau lepas."
Tito pun tersenyum tipis. "Mungkin karena mereka nyaman, Miss. Lagian aku juga sangat menyukai anak anak, jadi mungkin itu sebabnya kami mudah akrab."
"Syukurlah," balas A moy merasa senang. "Nanti siang, kamu temenin aku ya?"
"Kemana, Miss?"
"Ke rumah orangtuaku."
"Baik, Miss."
Dua orang dewasa itu mendadak terdiam. Tito fokus menyuapai Zoe dan Binbin, sedangkan A moy membersihkan bibir anak anak dengan tisu.
"To," panggil A moy lagi.
"Iya, Miss?" balas Tito sambil memasukkan sesendok makanan ke mulut Binbin.
"Gimana rasanya semalam melihat tubuhku?"
Waduh
...@@@@@...
semangat
author bikin cerita nya nalar dikit
canda aja thoor