NovelToon NovelToon
Office Girl Cantik Kesayangan CEO Tampan

Office Girl Cantik Kesayangan CEO Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: ijah hodijah

Fatharani Hasya Athalia, atau biasa disapa Hasya oleh teman-temannya itu harus terjebak dengan seorang pria di sebuah lift Mall yang tiba-tiba mati.
Hasya yang terlalu panik, mencari perlindungan dan dengan beraninya dia memeluk pria tersebut.

Namun, tanpa diketahuinya, ternyata pria tersebut adalah seorang CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Hasya sendiri bekerja subagai Office Girl di perusahaan tersebut.

Pada suatu hari, Hasya tidak sengaja melihat nenek tua yang dijambret oleh pemotor saat dirinya akan pergi bekerja. Karena dari perangai dan sifatnya itu, nenek tua tersebut menyukai Hasya sampai meminta Hasya untuk selalu datang ke rumahnya saat weekend tiba.

Dari sanalah, nenek tua tersebut ingin menjodohkan cucu laki-lakinya dengan Hasya.

Akankah Hasya menerima pinangan itu? Sedangkan, cucu dari nenek tua tersebut sedang menjalin kasih bahkan sebentar lagi mereka akan bertunangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ijah hodijah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

"Nenek pulang dulu, ya. Titip cucu tengil nenek, jangan sampai disentuh sama ular keket." Hasya mengerutkan keningnya, ular keket?

"Ba-baik, Nek." Hasya asal menjawab walaupun dia sedikit takut dengan Bara yang dari tadi mulai tidak ramah. "Saya antar, ya, Nek." lanjut Hasya.

"Gak usah, asisten nenek sudah nunggu di depan." jawab Belinda, dia bangun dari duduknya, lalu ia berdiri. Hasya pun ikut berdiri.

"Baik, kalau begitu, saya juga akan keluar." Hasya mengikuti Belinda dari belakang saat Belinda melangkahkan kakinya.

Tapi Bara memanggilnya. "Kamu jangan keluar dulu. Bersihkan dulu meja saya." Bara berdiri, dia meninggalkan meja kerjanya dan berpindah ke sofa.

"Malu-malu tapi mau." Sindir Belinda. "Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, nenek akan cari waktu yang tepat untuk pernikahan kalian." sambungnya.

"Tidak usah didengarkan, saya tidak akan menikahi kamu!" ucap Bara dengan tegas.

"Baik, Tuan. Saya juga belum ingin menikah." jawab Hasya.

Belinda yang sudah akan membuka pintu itu kembali berbalik, dia menatap Bara dan Hasya bergantian. "Kalau begitu, biarkan Hasya turun ke lantai lima." Entah apa yang diinginkan Belinda. Atau dia memang ingin cucunya itu menikah dengan Hasya.

"Iya, Nek. Aku mau." sahut Hasya.

"Gak ada!" dengan cepat, Bara menimpalinya.

"Jangan PHP-in anak orang!" tegas Belinda.

"Dia juga belum ingin menikah, Nek." jawab Bara santai.

"Tunggu saja!" Belinda menatap sinis ke arah Bara. Kemudian ia kembali menatap Hasya yang menundukan kepalanya. "Nanti, setiap libur kamu main ke rumah nenek, ya. Nenek kesepian soalnya." Belinda mengalihkan pembicaraan.

"Em... Tapi..." Hasya merasa ragu.

"Nanti sopir nenek yang akan jemput kamu." ucap Belinda.

"Tapi, sorenya saya kerja." jawab Hasya.

"Kerja?" Belinda mengerutkan dahinya. "Bukankah itu hari libur?" tanyanya di dalam hati.

"Nenek, ini sudah menyalahi aturan!" ucap Bara dengan tegas.

"Memangnya ini perusahaan siapa?" selalu kalah kalau berdebat dengan Belinda. Dia hanya bisa memijat pangkal hidung mancungnya.

"Takutnya ada yang iri sama dia," Bara mencoba mencari alasan.

"Mulai menjaga, nih!" tanggapan Belinda justru malah lain. Bara menyugar rambutnya prustasi.

"Aku hanya tidak ingin ada keributan." elaknya lagi.

"Ya, kamu sebagai pemimpin harusnya bisa membuat keadaan selalu kondusif." ingin sekali Bara menghilang, Belinda ini selalu tidak ingin kalah.

"Kamu kerja di mana?"

Bara membuang napasnya kasar, kapan pekerjaan Hasya selesai kalau diajak bicara terus."Nenek, katanya mau pulang?"

"Ada yang gak mau diganggu!" ledek Belinda.

"Nek..."

"Iya, cucuku yang masih maunya dipakaikan baju sama mamanya." sepertinya Belinda sengaja meledek Bara biar Bara kesal.

"Nenek!" Bara sedikit meninggikan suaranya. Dia tidak suka privasinya diumbar.

"Gak papa, dia calon istri kamu pilihan nenek. Nenek yakin, dia gadis yang baik." Pandangan Belinda kembali kepada Hasya yang dari tadi hanya bisa diam menyimak. "Kamu kerja di mana lagi?" Belinda tidak menghiraukan Bara lagi.

"A-aku kerja di restoran sahabatku, Nek. Di Mall Indah." jawab Hasya. "Aku ngambil setelah pulang kerja." sambungnya.

"Kenapa kamu bekerja sebanyak itu? Di mana keluargamu?" tanya Hasya.

Hasya menggeleng, lalu tersenyum. "Mereka ada , kok. Cuma aku ingin mandiri." Jawab Hasya.

"Boleh gak saya tahu di mana keluargamu?"

"Mohon maaf, saya belum bisa kasih tahu, Nek." jawab Hasya lagi. Dia masih tidak ingin ada yang tahu siapa kedua orang tuanya.

"Kenapa dia? Apa dia mempunyai masalah dengan keluarganya. Aku yakin kalau dia bukanlah anak orang biasa. Tapi kenapa dia bisa sampai bekerja banting tulang segala?" ucap Belinda di dalam hatinya. "Aku harus mencari tahu sendiri." ucapnya lagi.

"Baik, kalau begitu, saya akan pulang dulu. Hati-hati kalau dia kurang 4jar, tendang aja masa depannya."

 Hasya melotot."Masa depan?" gumamnya di dalam hati.

"Ha-hati-hati, Nek." ucap Hasya sedikit gugup.

"Iya, Nak. Eh ngomong-ngomong, kamu umur berapa tahun?"

"Nenek, Dila pegal nungguin nenek." Bara merasa gemas kepada Belinda yang tidak hentinya bertanya.

"Dia duduk kok, nungguinnya." jawab Belinda.

"Berapa tahun?" tanya Belinda lagi.

"Dua puluh tahun, Nek."

"Kamu sudah cukup untuk menikah, sih, menurut nenek. Tunggu nenek untuk mengurus segalanya."

"Nenek, jangan macam-macam!" Bara sedikit merasa takut kalau Belinda melakukan apa yang dia inginkan.

Blug!

Belinda langsung keluar ruangan dan menutup pintu ruangan itu dengan kencang. Hasya mengernyitkan dahinya, "bukannya pintu itu bergeser sendiri? Kenapa bisa?" Hasya bertanya-tanya di dalam hatinya.

"Silahkan lanjutkan pekerjaan kamu dan anggap apa yang nenek saya katakan itu hanya angin lalu." ucap Bara, membuyarkan lamunan Hasya.

"Ba-baik, Tuan." Hasya langsung mengambil kain lapnya dan mulai membereskan meja kerja Bara yang berantakan. Setelah itu dia pergi ke foto copy untuk memfoto copy dokumen yang Bara suruh.

***

Waktu istirahat tiba, Hasya pergi ke lantai lima untuk mengambil tas dan juga berpamitan dengan teman-temannya yang berada di lantai lima.

"Langsung direkrut sama Pak Bos, guys!" seru Emi.

"Hebat kamu, Hasya. Gak sia-sia kamu kesiangan juga." sahut Mala.

"Kalau begitu, gue juga mau, dong, kesiangan terus." Lara menimpali.

"Eh, kalian jangan mau ikutan, ya. Ini sangat berat buat gue." ucap Hasya.

"Gak usah pura-pura, Lo. Lo senang, kan?" tanya Lara.

Hasya menggeleng. Tidak, dia tidak senang. Kenapa? Ya, karena Hasya tidak mungkin harus menikah secepat itu. Dia sangat tidak nyaman dengan keinginan Belinda yang langsung menjodohkannya dengan cucunya yang semua orang juga mengetahui kalau Bara itu mempunyai pacar.

"Dia hanya tidak ingin menunjukan kebahagiaannya kepada kita guys!" ucap Lara. Lara ini memang sering merasa iri kepada Hasya yang sering dekat dengan atasan. Beberapa atasan menyukai Hasya, tapi Hasya selalu menganggap kalau mereka hanya sebatas rekan kerja.

Bukan tidak ingin berpacaran, tapi Hasya seperti trauma dengan laki-laki. Kedua laki-laki yang seharusnya melindunginya, justru mereka selalu melukai hatinya. Siapa lagi kalau bukan papa dan abangnya. Bukan takut, tapi dia tidak ingin orang yang dia cintai itu menyakiti hatinya seperti papa dan abangnya.

"Maaf, aku harus segera ke atas," Hasya angsung berpamitan kepada teman-temannya.

"Sesekali, Lo main ke sini, gak mungkin, kan, kalau gue yang ke atas."

"Gue gak janji, waktu istirahat gue sebentar." Hasya teringat dengan Bara yang melarangnya untuk jauh-jauh dari lantai dua puluh.

"Alasan!" Lara langsung meninggalkan mereka. Hasya hanya bisa membuang napasnya kasar.

***

"Dari mana kamu?"

Hasya terlonjak kaget saat dieinya ke pantry. Di sana Bara sedang meracik kopi.

"Em... Ma-maaf, Tuan. Saya habis mengambil tas saya." Hasya begitu gugup. Apalagi saat Bara mendekat kepadanya dengan gelas di tangannya.

"Saya sudah bilang, jangan jauh-jauh dari sini. Untuk makan siang sudah saya sediakan."

Deg!

Bara sampai menyiapkan makan siangnya? Hasya menggelengkan kepalanya. Ini sangat aneh menurutnya.

Bersambung

1
Yurniati
terus semangat update nya thorr
Yurniati
double update thorr
Yurniati
terus lanjut update nya thorr
Yurniati
kamu akan menyesal Haris,apa yang kamu lakukan terhadap Harsya,,,,,
tetap semangat terus thorr
Jar Waty
lanjut thor
Yurniati
terus lanjut update nya thorr
Yurniati
kasian Arsya nya udah menderita di culik lagi,siapa ya yang nyulik,,,,,,
tetap semangat terus thorr
Ijah Khadijah: Siap, Kak. Terimakasih
total 1 replies
lontongletoi
luka kaki Hasya ga di obatin dulu thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!