MOHON BACA CERITA SEBELUMNYA ( Cerita dibalik seragam SMA) agar kalian tahu alurnya.
Sebuah tragedi 10 tahun yang lalu sangat meninggalkan luka yang mendalam. Kehilangan istri tercinta dengan sangat tiba-tiba membuat Elvin Zayyan Pradipta kehilangan semangat hidupnya.
Keinginan untuk mengakhiri hidup selalu berada di benaknya, namun ia harus bangkit demi sang putra, Jun Seo.
Kematian sang istri telah menjadi misteri. Tidak ada yang tahu seperti apa hingga istrinya bisa jatuh ke jurang.
*
Ketika Elvin tengah mencari tahu sebuah kasus yang terjadi bersama para bawahan grandma, saat itu pula ia harus kehilangan sang putra angkatnya, Jun Seo. Untuk kedua kalinya ia harus hancur kembali.
Namun sebuah hal mencengangkan terjadi, ia menemukan seseorang menjadi bahan percobaan ekstrim oleh pria yang ia kenal sebagai orang tua dari temannya.
Hal gila itu tidak mempunyai membuatnya berkata-kata melihat keadaannya yang sungguh membuat tubuhnya hancur berkeping-keping.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yaya haswa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CRDT 32
Dor...
"Sial" umpat pria ke 2 yang menjaga di depan pintu.
"Tembakan yang bagus" puji Jasper seraya menepuk-nepuk bahu Elvin. Elvin menembak pria ke 3 yang menjaga pintu.
Elvin dan Jasper langsung menyerang bersama pada pria yang tersisa. Pria itu terus menembak ke arah Elvin dan Jasper, namun mereka berhasil menghindar. Sampai Jasper melumpuhkan pria tersebut dengan tendangan melayang pada tangan pria itu, sehingga pistolnya terlepas.
Sudah tidak memiliki senjata, Jasper mendang perut bagian samping hingga pria itu terduduk. Mengunci kedua tangannya di belakang sembari menjatuhkannya ke lantai samping tengkurap.
Elvin menembak kaki kanan dan tangan kanan pria tersebut agar susah untuk bergerak.
"Katakan!! Di mana kuncinya ?" tanya Elvin dengan pistol menempelkan tepat di belakang kepala pria tersebut.
"Tidak akan!!" pria itu menolak keras untuk mengatakannya.
"Katakan BED****BAH!!!" teriak Jasper dengan mendang bokong pria itu dengan sangat keras hingga membuatnya berteriak kesakitan. Bagaimana tidak jika tepat di bagian tulang ekornya yang terkena tendang.
Bersamaan dengan tendangan Jasper, keluar kunci dari balik celana pria itu. Ternyata ia menyimpannya di dalam celana dalamnya.
"Heh....pasti ini bau amis" ucap Elvin dengan jijik seraya mengambil kunci itu.
Elvin membuka gemboknya, sementara Jasper mengikat pria itu menggunakan celana pria itu sendiri hingga menyisakan celana dalam saja. Setelah aman barulah Jasper mendekati Elvin yang sedang membuka gembok pintu.
Setelah pintu berhasil dibuka Mereka melihat pintu yang dijelaskan Jun sebelumnya. Elvin mencoba menempelkan telapak tangannya pada screen, tapi hasilnya tentu gagal.
"Kita harus meretas sistemnya. Kita butuh bantuan Hunter" ucap Jasper.
"Aku akan mengabari Hunter. Kalian cobalah mencari cara untuk merusak sistemnya!" ucap Duo'jin . Ia menghubungi Hunter melalui alat komunikasi.
####
Sementara di sisi Hunter bersama Sarah, mereka masih serius menghadapi para musuh yang tersisa. Sudah banyak musuh yang tumbang, namun teman mereka pun banyak juga yang tumbang walaupun tidak sebanyak pihak musuh.
"Hunter, ada tiga musuh di belakangmu! satu bersembunyi dibalik pohon, 2 bersembunyi di balik batu besar tak jauh dari rumah Wibhawa " ucap Sarah.
Dengan sigap Hunter merubah posisi menghadap ke arah pohon dan menembak, lalu berbalik kembali ke arah batu besar.
Tepat sasaran, itulah yang ada di pikiran Hunter. Bersamaan dengan itu, panggilan Duo'jin tersambung.
"Aku akan ke sana, tapi gantikan posisiku di sini" ucap Hunter.
Mendengar Duo'jin setuju, Hunter berlari ke arah rumah yang dijadikan tempat tinggal para bawahan Wibhawa. Duo'jin juga berlari ke ke depan menggantikan Hunter.
####
Di sisi Owen, ia dalam keadaan tersudut. Peluru yang ada di dalam pistolnya hanya tersisa 1. Sementara ia dihadapkan oleh dua orang untuk musuh. Satu adalah Wibhawa dan satunya adalah anggota Wibhawa.
Yang mana pistol di bawah tepat mengarah di kepalanya yang hanya berjarak 48 cm. Anggota Wibhawa mengarahkan pistolnya pada punggungnya dengan jarak 1,50 cm.
Jika Owen menembak Wibhawa, ia juga pasti akan mati. Sementara ada Jun di tangan Wibhawa . Ia bisa melihat raut ketakutan Jun yang sedang menatapnya.
Ia berbalik menatapnya berharap tetap tenang dan tidak merasa takut. " Kakek Owen " ucap Jun lirih.
"Dia bukan kakek mu, Haneul" ucap Wibhawa .
"Ckk....kau terlalu merasa tinggi, Owen . Haneul adalah putraku, begitu pun dengan Gama. Kau dan para sekutumu tidak berhak menahan ku di bawah naungan kalian" ucap Wibhawa.
"Kau menyalah gunakan kemampuan mu. Dan asal kau tahu, laboratorium rahasia mu di negara K telah kami temukan dan itu bisa kami jadikan bukti untuk menyerahkan mu kepada aparat yang berwenang"
"Aku tak takut dengan itu" ucap Wibhawa dengan senyuman miringnya.
Owen dan Wibhawa saling tatap. Jun terlihat semakin takut, rasanya ia ingin menarik Owen pergi untuk bersembunyi, tapi tangannya tergenggam erat oleh sang Appa.
Samar-samar Owen mendengar tarikan pelatuk di belakangnya, ia juga melihat kode dari Wibhawa melalui gerakan matanya dan dia perintahkan pada bawahannya.
Bersamaan dengan pelatuk itu tertarik, Owen menunduk seraya memutar tubuhnya dan menembak tepat di alat vital anggota Wibhawa . Bersamaan dengan itu pula, Wibhawa menembak Owen di punggungnya dan tembus mengenai dadanya.
"Arkhhh...." Owen sampai terduduk di lantai.
"KAKEK OWEN!!" teriak Jun . Ia ingin berlari menghampirinya, namun Wibhawa menahannya.
"Lepas Appa!! Kakek berdarah, dia bisa mati" Jun memberontak berusaha melepaskan cengkraman sang Appa.
Namun Wibhawa tidak bergeming, ia hanya diam menatap Owen yang kesakitan. Owen akan bangkit kembali, namun Wibhawa kembali menembak lengan kanannya yang akan menembak juga.
Darah semakin deras mengalir di tubuh Owen. Wibhawa tak gentar untuk terus menembak.
"Riwayat mu telah berakhir Owen. Kau salah melawanku" ucap Wibhawa dengan mengangkat pistolnya dan akan menembak kepala Owen.
"Appa, Jun mohon berhenti! Kakek Owen susah terluka parah dan gak sanggup untuk melawan Appa lagi. Sudah cukup Appa. Jun janji akan ikut sama Appa sama Amma, tapi Jun mohon jangan tembak kakek Owen lagi" Jun memohon di depan sang Appa dengan air mata yang mengalir deras di pipinya.
"Sudah Appa bilang, nama mu bukan Jun , tapi Haneul" Wibhawa sangat tidak suka dengan nama itu.
"Iya Appa, aku Haneul. Haneul gak akan pakai nama itu lagi, tapi jangan tembak kakek lagi"
Owen dengan sisa tenaganya berusaha untuk tetap sadar. Darah yang terus membasahi bajunya, membuat tatapannya kabur.
"Semuanya harus tetap di bayar Haneul" ucap Wibhawa dengan menarik pelatuknya.
Dor
Arkhhh......
KAKEK OWEN.....
OWEN!!!!!
.
.
.
NEXT
Maaf guys, banyak typo, makanya aku perbaiki.