Perasaan cinta nggak bisa di tafsirkan oleh keadaan. Kemaren gue benci sama lo, Sekarang gue falling in love sama lo. Kemaren lo baik sama gue, Sekarang lo malah nyakitin gue.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BadBaby_grils, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAb 31
Pagi-pagi sekali, Zidan berjalan menuju rumah Zeva yang berjarak hanya beberapa meter saja dari rumahnya. Terhitung sudah tiga hari Zeva selalu berangkat lebih awal darinya. Jadi hari ini, Zidan berinisiatif untuk bangun lebih pagi agar sempat mengajak Zeva ke sekolah bersama.
" Bang " sapa Zidan kepada Lingga yang sedang memanaskan motornya di garasi.
" Apa? " Tanya tanpa memandang Zidan.
" Zeva sudah berangkat? Ucapnya.
" Belum. Masih sarapan mungkin. " Balas Lingga sambil sibuk memainkan gas motornya. Asapnya pun keluar banyak dari kenalpot,yang mana membuat Zidan yang melihatnya ngeri-ngeri sedap.
" Bagus deh." ujar Zidan yang ikut berdiri di samping motor lingga.
" Beberapa hari ini gue lihat, Zeva sering ke sekolah pagi-pagi. Nggak kaya biasanya." ucap Lingga pun berhenti narik gas dan menatap Zidan dengan tatapan seriusnya. " Ada sesuatu?" lanjutnya.
"Sesuai dengan rencana." Ucap Zidan dengan kedipan di sebelah matanya.
" Bagus jangan sampai kendor." Balas Lingga sambil mematikan mesin motornya. " Kayanya, lo harus ngelakuin lebih dari itu." lanjut Ucapan lingga memberi masukan Ke Zidan sambil menepuk bahu Zidan pelan.
Zidan mengangguk. " Tapi, gue nggak tahu caranya. Lo tau sendiri, kan bang, Gue orangnya rada kaku kalau masalah gituan."
" Belajar dari youtube, dong. Atau lihat dari twitter." saran Bang Lingga.
" Udah tapi yang gue dapet, semua nggak sesuai sama kebiasaannya Zeva." jawab Zidan, lalu menghela nafas panjang. Mudah bagi Lingga untuk mengatakan itu. Ia tidak tahu kalau Zidan hampir menyerahkan setengah nyawanya gara-gara rencana ini.
" Ya udah, ntar gue kasih link terpercaya buat---"
" Bang!!!1" Teriak Zeva dari dalam rumah. " Zeva pinjam sepatu abang yang warna hitam, ya!!"
" IYA!!!" Balas Lingga dengan berteriak juga.
Zeva keluar dari rumah sambil menenteng sepatu Lingga . Dua laki-laki itu pun saling berpandangan dalam diam. Tanpa sadar, mereka menghela nafas panjang karena hampir saja tertangkap basah.
" ZEV." panggil Zidan.
Zeva mendongak kala mendengar namanya di panggil. Dahi Zidan mengerut. " Lo habis nangis?" tanyanya ketika melihat mata Zeva yang bengkak.
Zeva gelagapan. Bukan karena terciduk matanya bengkak. Tapi, karena acara hindar-menghindarnya dari Zidan hari ini gagal. " L-lo ngapain disi-"
" Kamu habis nangis, Dek?" Tanya Lingga dengan wajah khawatir.
" Jangan di bahas!!! Zeva nggak mau galau, terus nangis lagi." Ucap Zeva lalu mengusap hidungnya.
Kaki Zidan spontan bergerak hendak menghampiri Zeva. Tapi, sudah di dahului oleh Lingga. " Siapa yang bikin kamu nangis?!" Tanya lingga sambil menatap wajah Zeva.
" Jangan di bahas bang. Zeva lagi berusaha ikhlas." mata Zeva mulai berkaca-kaca.
Ah, dua lelaki ini tidak suka melihat gadis itu sedih dan menangis. Biarpun Zeva lemot dan jail, tetap saja mereka sudah hidup bersama dalam cukup lama. Hati mereka tiba-tiba sakit satu tetes air mata Zeva mengalir di pipinya.
" Bilang sama abang, siapa yang berani nyakitin kamu?!" Ucap Lingga dan menarik Zeva kedalam dekapannya.
" Telkomsel......" ucap lirih Zeva namun masih bisa terdengar dengan jelas oleh kedua lelaki di hadapannya itu.
" Hah?" kedua lelaki itu mengerutkan dahi dan berucap bersamaan.
" HUAAA...... Zeva kan udah bilang, jangan di ingetin!!!!" ucap Zeva sambil menangis tersedu-sedu di pelukkan lingga. Dengan suara tergugu, ia bercerita. " S-semalem .... Zeva abis ngisi pulsa seratus ribu. Tapi gara-gara keasikan scroll tiktok, Zeva lupa, ternyata belum di daftarin paket kouta , mana data selulernya nyala, terus narik pulsa Zeva sampai habis."
Lingga mati-matian menahan kekesalannya. " Jadi mata Zeva bengkak cuma gara-gara pulsa? What the--." ujarnya dalam hati.
" Seharusnya gue ngambil jurusan psikologi, bukan hubungan internasional." gumam Lingga yang masih di dengar oleh keduanya.
" Kenapa Bang?" tanya Zeva sambil menatap wajah Lingga dengan tampang polosnya.
" Biar bisa lebih tahu gejala orang stress lebih dalam. " jawab lingga asal dengan wajah kesalnya.
Zeva menepuk pundak Lingga, berusaha menyalurkan kekuatan. " Sabar bang. Zeva tahu, stress di usia muda itu emang berat. Makanya, Abang harus rajin periksa kejiwaan. "
"ZEVA!!!!" geram lingga atas ucapan sang adik.
Zeva menahan tawa yang melihat kekesalan sang Abang. Sungguh membuat orang kesal di pagi hari adalah nikmat yang luar biasa bagi Zeva.
" Zidan lo bawa deh nih anak. Eneg gue lihat mukanya." pinta Lingga kepada Zidan yang berada di sampingnya.
Zidan mendelik, " Nggak deh, kayanya keputusan gue ngajak dia berangkat bareng salah. " balas Zidan lalu Zidan berjalan meninggalkan sepasang adik kakak tersebut. Dirinya lebih memprioritaskan kesehatan mental di pagi hari ketimbang memperjuangan cintanya.
" WOyyy tunggu!!!" Zeva berlari kencang, lalu melompat di atas punggung Zidan. Tanganya pun refleks melingkar di leher Zidan. " Karena lo sudah terlanjur berniat ngajak gue berangkat bareng, jadi mau nggak mau, lo harus nebengin gue."
Zidan menoleh sekilas. " Bukannya lo menghindar dari kemarin?" ujar Zidan.
Zeva mengerucutkan bibirnya. " nggak jadi." balasnya dengan singkat.
" Kenapa?" tanyanya.
Zeva pun turun dari punggung Zidan. Setelah itu, Zidan berbalik sehingga mereka berdiri berhadapan dalam diam. Terlalu lama di situasi canggung. Zidan membuka pembicaraan lebih dulu.
" Zev?" panggilnya.
" Zidan , bisa nggak jangan bahas apa pun yang menyangkut perasaan?" pinta Zeva.
" Kenapa?" Tanya Zidan yang tak paham akan keinginan Zeva.
" Gue nggak suka kalau kita saling canggung gini. Gue nggak nyaman, gue udah terbiasa berantem terus baikan lagi sama lo." semilir angun meniup rambut Zeva yang berwarna coklat itu.
" ZEV---"
" Status sahabat udah lebih dari cukup buat gue, Zidan. " ucap lirih Zeva. Lalu Zeva mengangkat pandangannya. " Lo nggak takut kalau kita pacaran ntar ada masalah yang ada kita jadi musuh kalau putus?"
" Zev gue nggak nembak lo buat jadi pacar gue deh perasaan." Ujar Zidan.
Mata Zeva membulat setelah mendengar ucapan Zidan. Bisa-bisanya Zidan berucap seperti itu di saat dirinya mulai serius." Anj----"
" Gue cuma mau lo tahu. kalau gue punya perasaan lebih ke lo. " potong Zidan.
" HEH!! Gue lagi se---"
" Tapi gue mau berusaha menyakini lo, kalau hubungan lebih dari sahabat itu lebih seru." Zidan kembali memotong, kali ini dengan nada yang lebih serius.
Zeva mengigit bibir bagian dalamnya. Terdengar pekikkan pelan sangat pelan daru mulutnya sehingga hanya ia yang bisa mendengar.
MAMA RENA!!!! ANAKMU BAFFFERRRRR!!!!!!!
" Apa , sih!!! Zidan anaknya Bunda Riska nggak kaya gini, nggak cocok ngomong kaya gitu. Lebih cocok ngajarin gue matematika." ujar Zeva dengan sedikit gelagapan dan wajah yang bersemu merah.
" Kalu bisa mengajarkanmu mencintaiku, kenapa harus ngajar matematika?" goda Zidan.
Mengatur ekpresi wajahnya agar tidak terlihat salting, Zeva berlari menuju gerbang rumahnya, meninggalkan Zidan.
" Gimana , Zev?!!" teriak Zidan dari belakang.
" Pantat lo masih biru!!! Nggak usah sok-sok'an jadi playboy!!!!" balas Zeva dengan berteriak.
Zidan terkekeh, ada sedikit rasa lega saat Zeva tidak menghindarinya lagi. Sepertinya, ia meralat perkataanya kepada bang Lingga tadi- bahwa menyesal datang untuk mengajak Zeva berangkat bersama. Nyatanya, senyum manis tercetak di bibirnya seiring langkahnya menyusul Zeva kedepan gerbang rumah.
author makin byk an up episodenya bakal makin cakep loh😁