Erina, gadis pekerja keras yang selalu mengedepankan gaya. Dia dijodohkan dengan seorang pengusaha sukses. Namun, apa jadinya jika sang pengusaha mempunyai pujaan hati lainnya?
Mampu kah, Erina menjalin rumah tangga dengan tantangan meluluhkan hati suaminya, agar hanya melihat dirinya seorang?
Yuk ikuti kisahnya!
Terimakasih ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gagal
Clara mengejar langkah Alex yang berjalan dengan begitu cepat. Saat dia mendekati Alex, Clara langsung menarik pergelangan tangan Alex.
"Bukan kah, kita sama-sama mendapatkan keuntungan? Kenapa kamu harus menolak kerja sama?" tanya Clara sedikit heran.
"Karena aku tahu, jika itu sesuatu yang mustahil. Dan aku bukan kamu, yang tega merebut sesuatu yang bukan hak ku." tegas Alex melepaskan tangan Clara, dari pergelangan tangannya.
"Oya, satu lagi. Aku memang menyukai Erina. Tapi aku akan menjaganya dari orang-orang sepertimu." tekan Alex dengan raut wajah yang sulit di mengerti.
Clara mengepalkan tangannya, sesaat setelah Alex meninggalkannya. Dia merasa geram juga kecewa. Pasalnya, sudah lama dia bersama dengan Alex. Namun, tak sekalipun Alex menunjukkan sikap kepeduliannya sebesar ini padanya.
Padahal, selama ini jelas-jelas dia sudah berselingkuh dengan Ervin.
"Kenapa harus Erina? Kenapa harus dia yang mendapatkan segalanya? Sedangkan aku yang datang lebih dulu." gumam Clara dengan mata memendam amarah.
Rasa dendam dan benci semakin tumbuh di hati Clara. Dia berjanji dan bersumpah, akan membuat Erina menderita. Ataupun, kehilangan segala-galanya.
...🍁🍁🍁...
"Rasanya, aku ingin bekerja lebih giat lagi, untuk terus mengikatmu di sampingku." bisik Ervin dengan napas tersengal, akibat kelelahan setelah berhubungan, yang membuatnya ketagihan.
Erina hanya tersenyum simpul mendengar penuturan dari Ervin, dia kehilangan tenaga hanya untuk sekedar menjawabnya.
"Kamu tahu? Entah kapan rasa itu mulai muncul di hatiku, dan sekarang aku harus berterimakasih pada mama, karena telah memilihmu menjadi istriku. Aku tidak peduli dengan, cintamu. Karena yang pasti, sekarang kamu adalah wanitaku. Dan aku juga yakin, kamu tidak akan pernah berani macam-macam dengan hubungan ini." papar Ervin, melirik ke arah Erina.
Namun sayang, wanita di sampingnya telah terbuai ke alam bawah sadar. Dan senyum di bibir Ervin langsung terbit. Karena menyadari, jika wanitanya sungguh luar biasa.
"Aku mencintaimu, gadis nakal ku." bisik Ervin pada Erina yang tidur di atas lengannya.
Hari ini, Ervin kembali masuk ke kantor seperti biasa. Dia mulai menerima banyak laporan dan juga beberapa berkas yang membutuhkan tanda tangannya.
Sedangkan Erina, dia memilih untuk tetap tinggal di rumah Belinda. Karena hari ini, keduanya berencana untuk melakukan spa, di salon langganan Belinda.
"Kamu bahagia nak?" pertanyaan yang simpel, tapi membuat hati Erina merasakan kehangatan yang luar biasa.
Sekarang, keduanya berada dimobil yang nyaman. Di temani oleh sopir dan juga Kiara di dalam kendaraan yang sama.
Sedangkan dua pengawal lainnya, berada dimobil satunya, yang tepat di belakang mereka.
"Bisakah kamu bertahan sedikit lebih lama untuk tetap bersama Ervin?" pinta Belinda menatap lekat wajah menantunya.
"Karena sekarang, mama mulai melihat benih cinta tumbuh di matanya." lanjutnya, karena tidak mendapatkan jawaban dari Erina.
"Ma, jujur aku ingin selamanya seperti ini. Bukan karena Ervin, tapi karena mama. Mama pengganti sosok ibuku yang telah lama berpulang. Bertemu dan berkenalan dengan mama adalah salah satu hal yang sangat aku syukuri di hidup ini. Dan aku, akan terus disini, bersama mama." balas Erina dengan mata berkaca-kaca.
Belinda terharu mendengar jawaban dari Erina. Dia berjanji akan menyayangi Erina sebagai putrinya, bukan menantunya.
Setelah menghabiskan beberapa jam di salon, keduanya memutuskan untuk berkunjung ke kantor. Dan ini, pertama kalinya bagi Erina kesana. Rasa gugup menjalar di hatinya. Dan Belinda dengan setia menggandeng lengan Erina, seolah mempertegas kan, jika Erina adalah menantunya.
"Mama, akan ke ruangan papa. Dan kamu, lurus saja. Disana, tertulis ruangan Ervin sebagai ceo." seru Belinda dan Erina mengangguk patuh.
Dengan langkah tegap juga pasti, Erina berjalan bagaikan model. Sesekali, dia tersenyum ramah pada beberapa orang yang menyapanya.
Tentu saja semua yang ada disana mengenali siapa Erina. Karena semua orang turut hadir, merayakan acara resepsinya tempo hari.
Andin yang melihat kedatangan Erina langsung tersenyum ramah, seraya mengantarkan Erina untuk ke ruangan Ervin.
"Anda mau minum apa? Biar saya siapkan?" tanya Andin dengan suara yang lembut.
"Jus alpukat saja, tapi tolong jangan berikan banyak es ya." pinta Erina dan Andin mengangguk paham.
Andin mengetuk pintu ruangan Ervin, setelah mendengar seruan masuk. Barulah, Andin membuka kan, pintu untuk Erina.
Dan senyum di wajah Ervin langsung berbinar, sesaat, Andin pun terpukau dengan wajah tampan Ervin. Namun, buru-buru dia menundukkan kepalanya, karena sadar akan kecerobohannya.
Setelah Erina masuk, Andin langsung menutup pintunya kembali.
"Dasar bodoh, bisa-bisanya kamu terpukau." guma Andin menepuk kepalanya sendiri. "Sadar diri, selain kalah cantik, kamu juga kalah dalam segala hal." lanjut Andin, menyesali.
Ervin menyambut kedatangan Erina dengan merentangkan kedua tangannya. Dan Erina langsung mendekat, menerima uluran tangan dari suaminya itu.
"Kenapa tidak mengabari ku, jika mau kesini hem?" tanya Ervin menarik tubuh Erina dan menahannya di bagian pinggang.
"Ini kantor," lirih Erina sedikit risih.
"Dan jangan lupa, jika ini punya keluarga kita." balas Ervin. "Disini, diruangan ini, aku yang berkuasa." lanjut Ervin semakin menekan tubuh Erina agar merapat padanya.
"Kami baru dari spa, kemudian mama mengajak aku kesini, dengan alasan memberikan vitamin untuk suami." sahut Erina dengan wajah memerah.
Karena vitamin, yang dalam pikirannya sungguh berbeda.
"Wah benarkah? Terus mana vitaminnya?" goda Ervin.
"Disini? Di ruangan ini?" tanya Erina, bersemu.
Ervin mengulum senyum, kemudian merenggangkan pelukannya, dan menarik Erina ke sudut ruangan untuk duduk di sofa.
"Vitamin yang mama maksud adalah, semangat untuk suaminya. Mama sering kesini, hanya untuk memberikan papa semangat. Misalnya, dengan duduk di pangkuan papa." jelas Ervin membuat Erina menutup wajah akibat salah persepsi.
"Kemari lah," ujar Ervin menepuk-nepuk pahanya.
Dan Erina langsung duduk di pangkuan Ervin, dengan mengalunkan tangannya di leher Ervin.
Ervin hendak mendekatkan wajahnya, namun gagal akibat suara ketukan dari pintu.
"Masuk ..." seru Erina hendak bangkit.
Akan tetapi, Ervin menahannya.
Andin masuk dengan nampan berisi jus alpukat juga sedikit cemilan lainnya. Tak lupa, segelas kopi untuk Ervin.
"Maaf, ini pesanan bu Erina." lirih Andin sedikit merasa gugup.
Bagaimana tidak, dia melihat wajah tidak bersahabat dari Ervin. Namun, dia pun gak salah. Karena tadi sudah mendapatkan izin dari Erina.
"Terimakasih Andin." balas Erina dengan menahan malu.
Andin buru-buru keluar, dan menutup pintu. Barulah, dia bisa bernapas lega. Karena telah menghilang dari tatapan dingin Ervin.
"Apa aku datang di waktu yang tidak tepat?" Andin membatin.
ya ampun..
msih bgusan istrimu ke'mana2.... jgn nyesel ya... klo setelah ini km makin trsiksa dgn pnampilan aduhai istrimu.... tpi km g bisa mnyentuhnya... krn pasti erina jga males km jdikan cadangan di saat km trhianati😎😎
apa gunanya kekuasaanmu ervin....😅😅
kotoran upil ,ervin saja tidak punya
kekuasaan atasmu.