Amber Kemala, janda yang memiliki trauma atas kegagalan pernikahannya itu bekerja sebagai seorang pelatih tari balet anak-anak. Namun ia mendapatkan tawaran khusus dari seorang duda tampan untuk menjadi pengasuh putri kecilnya, yang tidak lain adalah murid Amber sendiri.
Arion Maverick, duda dengan segudang pesona. Ia melakukan sebuah kesalahan pertama yang membuatnya semakin tergila-gila pada pengasuh sang anak. Laki-laki itu selalu merasakan hasrat yang memuncak dan keinginan yang menggebu-gebu setiap kali bersama Amber.
Sekali saja bibir Arion pernah mengecap hangat tubuh wanita bernama Amber, selamanya laki-laki itu tidak bisa melupakannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Lakukan!
Amber bernapas cepat, terlebih Arion terus melakukan gerakan-gerakan agresif hingga membuat gairahnya membumbung tinggi.
"Aku menginginkanmu," bisik Arion.
"Jangan lakukan, aku mohon," pinta Amber dengan napas tersengal. Arion terus menyerangnya dengan ciuman bibir yang panas tanpa jeda.
"Hmm." Arion menghela napas panjang. Ia mencium pipi Amber dengan lembut untuk mengakhiri kegiatan panas mereka.
Amber hampir saja ambruk, ia terduduk lemas di lantai setelah merapikan celana yang melekat di tubuhnya.
Arion pun melakukan hal yang sama, ia duduk di samping Amber dan menatap lekat wanita itu.
"Maaf," gumam Arion pelan.
Amber terdiam, enggan menanggapi ucapan laki-laki di sampingnya. Ia hampir kehabisan napas dan tenaga. Seluruh tubuhnya menjadi lemah tak berdaya.
Arion tidak tahu, mengapa kali ini ia benar-benar melewati batas. Ia sering datang ke club', bahkan secara terang-terangan di goda dan di suguhi oleh beberapa wanita sekaligus. Namun ia sama sekali tidak berminat dan tertarik.
Selama lebih dari satu tahun, ia melewati malam tanpa menyentuh wanita manapun. Ia bercerai dari Claire dan memutuskan untuk fokus pada Aara. Namun kini, ia justru terjerat oleh pesona seorang guru tari balet putrinya sendiri.
Arion menyandarkan kepalanya di dinding, menyesali hasrat sesaat yang tiba-tiba menyerangnya. Laki-laki itu menyesal karena tidak bisa menahan diri, ia merasa malu pada wanita di sampingnya.
Sementara Amber, ia melamun di samping Arion. Ada apa dengan dirinya? Mengapa membiarkan laki-laki itu menjamah tubuhnya begitu saja? Amber merutuki kebodohannya.
Namun bagaimanapun, Amber adalah wanita dewasa. Serangan tiba-tiba dari Arion membangkitkan hal terdalam yang ada dalam dirinya. Ia menyadari, ia yang awalnya menolak, telah menerima dengan rela setiap sentuhan Arion pada tubuhnya.
"Maafkan aku," ucap Arion lagi. Laki-laki itu bangkit, lalu membantu Amber berdiri.
"Ada perlu apa? Di hari biasa, kelas balet libur," ujar Amber mengalihkan pembicaraan.
"Ada yang ingin aku bicarakan. Bisakah kau meluangkan waktu sejenak?" tanya Arion.
"Keluarlah, aku akan berganti pakaian," pinta Amber. Arion pun menuruti wanita itu. Ia keluar dan menunggu.
Hanya berselang sepuluh menit, Amber sudah keluar dengan pakaian yang lebih sopan. Ia mengajak Arion masuk ke dalam ruangan kecil yang berfungsi sebagai kantor rumah balet.
Arion duduk di sofa panjang, dan Amber memberikan sebotol air mineral dingin untuk laki-laki itu. Arion meneguk air dengan rakus hingga botol langsung kosong dalam hitungan detik.
"Terima kasih," ucapnya.
"Jadi, ada perlu apa?" Amber bertanya.
"Aku tidak memiliki maksud apapun, tapi aku ingin menawarkan pekerjaan untukmu. Aku tahu kau bekerja di salon kecantikan di hari libur mengajar tari. Apa kau bersedia jika menjadi pengasuh untuk Aara, putriku?" tawar Arion. Ia menatap Amber penuh harap.
"Aku tidak berpengalaman dalam mengasuh anak."
"Itu tidak penting. Aku sudah berusaha mencari pengasuh ke beberapa tempat penyedia jasa. Namun semua di tolak oleh Aara. Dia hanya mau denganmu."
"Tidak ada pekerjaan berat, hanya menemani Aara bermain, belajar, juga mengantar jemput Aara sekolah," lanjutnya.
"Aku akan memikirkannya," jawab Amber.
"Aku akan memberikan gaji yang besar jika kau bersedia, Nona Amber."
"Akan aku pikirkan terlebih dahulu."
"Baik. Semoga kau bersedia mempertimbangkan tawaranku."
Arion bangkit dari sofa, ia pamit untuk pulang dan meninggalkan Amber sendirian di ruangan itu.
Setelah Arion menghilang dari balik pintu, Amber bernapas dengan lega. Wanita itu menyandarkan punggungnya di sandaran sofa sambil memejamkan mata.
Samar-samar, ia masih bisa merasakan lembut tangan Arion menyentuh kulitnya. Wanita itu mengusap wajahnya dengan kasar. Bagaimana bisa ini terjadi?
Beruntung sekali, perbuatan mereka tidak berlanjut lebih jauh. Jika berlanjut, maka rasanya akan sangat memalukan tidur bersama ayah dari muridnya sendiri. Terlebih, Amber baru beberapa kali bertemu dengan Arion dan mereka tidak saling mengenal sama sekali.
...🖤🖤🖤...