Setelah kepergian Dean, sahabatnya, Nando dihadapkan pada permintaan terakhir yang tidak pernah ia bayangkan, menikahi Alea, istri Dean. Dengan berat hati, Nando menerima permintaan itu, berharap bisa menjalani perannya sebagai suami dengan baik.
Namun, bayangan masa lalu terus menghantuinya. Arin, wanita yang pernah mengisi hatinya, masih terlalu nyata dalam ingatannya. Semakin ia mencoba melupakan, semakin kuat perasaan itu mencengkeramnya.
Di antara pernikahan yang terjalin karena janji dan hati yang masih terjebak di masa lalu, Nando harus menghadapi dilema terbesar dalam hidupnya. Akankah ia benar-benar mampu mencintai Alea, atau justru tetap terjebak dalam bayang-bayang Arin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. pil kontrasepsi
Arin tersenyum puas. Jemarinya mengusap rambut Nando yang tertidur di pelukannya, seolah laki-laki itu miliknya sepenuhnya.
"Alea tahu soal ini?" tanya Arin pelan namun tajam, menatap wajah Nando dengan serius.
Arin tertawa kecil, mencibir. "Lucu aja, gak sih, Nan? Kamu itu udah nikah sama Alea. Tapi tiap kali kamu punya masalah, yang kamu cari tetap aku."
"Tapi aku gak masalah sama itu. Aku malah seneng... karena kamu ketergantungan sama aku." lanjutnya.
"Dari awal juga udah kelihatan, kalau cinta kamu ke aku jauh lebih besar daripada cinta kamu ke Alea."
"Kemarin malam kamu kenapa? Sampai mabuk, lepas kendali. Kamu gak sadar, tapi aku bener-bener gak bisa kuasai kamu semalam."
"Dia bahas soal kamu di depan dia. Aku rasa dia udah ada feeling soal hubungan kita lebih dari sekadar fan service," ucap Nando.
"Aku gak bisa, Rin, lampiasin semuanya ke Alea kayak aku lampiasin semuanya ke kamu. Aku lihat Alea, aku selalu mikir kalau dia cuma punya Dean, bukan punya aku."
"Jadi, intinya, kamu nikahin dia karena kasian? " Arin menaikkan alisnya, menatap Nando serius.
"Gak tau, aku juga bingung. " ucap Nando, yang mendapat kekeham tawa tipis dari Arin.
"Aku gak bakalan bisa dapetin ketenangan apa pun meskipun sama Alea. Hubungan pernikahan aku sama alea cuma sekadar status. Aku jauh lebih nyaman sama kamu," ucap Nando.
"Kamu nyaman sama aku, tapi kita gak ada hubungan apa-apa. Dari awal aku udah nawarin buat jadi selingkuhan kamu, tapi kamu selalu mikirin Alea. Sebenarnya kamu sayang atau apa sama Alea sampai kamu harus mikirin perasaan dia?" ucap Arin.
"Kamu pacar aku dari pertama, sebelum aku kenal Alea. Jadi, kamu bukan selingkuhan aku," ucap Nando.
"Tapi Alea yang jadi orang ketiga di hubungan kita," lanjut Arin, tersenyum puas.
"Rin..." Nando membalikkan badannya, menatap mata Arin. "Semalam... aku nyakitin kamu?"
Arin mengangguk pelan. "You hurt me," ucapnya lirih. "Tapi aku suka sama kelakuan kamu kemarin malam."
Nando menarik napas panjang. "Setelah ini, kita ke rumah sakit. Aku mau kamu minum pil kontrasepsi. Kita juga konsultasi ke dokter kandungan. Aku gak mau kamu hamil anak aku."
"Gak akan," balas Arin cepat.
"Gak akan gimana, sayang? Aku lepas kendali semalam. Aku keluar di dalam. Aku gak mau kamu hamil. Badan kamu bakal berubah total. Kamu masih ada kontrak jadi model, kamu tahu risikonya."
"Aku gak mau ngancurin karir kamu karena kelalaian aku kemarin malam. " ucap Nando.
"Tapi kalau aku hamil gapapa, nan. Aku siap kok kalau jadi istri kedua kamu dan jadi ibu dari anak kamu," ucap Arin.
"Jadi ibu itu butuh banyak pengorbanan. badan, wajah, waktu. Aku gak mau kalau kamu harus repot soal itu. Karier kamu... karier aku... jauh lebih penting sekarang."
"I agree. Aku bakal pakai pil kontrasepsi," jawab Arin tenang.
"Ngomong-ngomong, Tante Kinta ada di rumah?" tanya Nando. "Tante kinta tau aku ada disini? "
Arin menggelengkan kepalanya. "Mama ada urusan seharian ini. Jadi... kita berdua aja di rumah. Sepi. Tenang. Waktu yang pas banget kamu datang, Nan."
"Kamu gak perlu merasa gak enak gitu deh. Lagian, kalau ada mama juga gapapa kok, kamu kan tau mama gimana, dia pasti selalu ngizinin kamu masuk ke rumah ini,"
"Kamu itu udah dinggap menantu sama mama,"