bijak dalam memilih bacaan!
"Kamu... siapa?" bisik Zeya lirih, tangan kirinya memegangi kepala yang berdenyut hebat.
Pria itu tersenyum lembut, menatapnya seolah ia adalah hal paling berharga di dunia ini.
"Aku suamimu, sayang. Kau mungkin lupa... tapi tenang saja. Aku akan membuatmu jatuh cinta lagi...seperti dulu."
*****
Zeya, seorang mahasiswi kedokteran, tiba-tiba terbangun di dunia asing. Ia masih dirinya yang sama,nama, wajah, usia..tak ada yang berubah.
Kecuali satu hal, kini ia punya suami.
Ares Mahendra. Dosen dingin yang terlalu lembut saat bicara, terlalu cepat muncul saat dibutuhkan… dan terlalu mengikat untuk disebut sebagai “suami biasa.”
Zeya tidak mengingat apa pun. Tapi dokumen, cincin, dan tatapan Ares terlalu nyata untuk disangkal. Ia pun mulai percaya...
Hingga satu rahasia terkuak,zeya bukan istri nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azida21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33:Bukan Cinta, Hanya Strategi.
Shh..ugh.."racau Zeya ketika kecupan Ares berubah menjadi ciuman.pria itu juga melumat bibir zeya agar ia merasa puas.
"Buka mulutmu sayang"pinta Ares di sela sela ciuman mereka.
Zeya sempat merasa bingung, namun akhirnya ia menuruti permintaan Ares,membuka mulutnya sedikit,membiarkan Ares mengecupnya lebih dalam lagi.
"Ughh.."Zeya melenguh tertahan ketika Ares menghisap lidahnya dengan kuat.
Lidah mereka saling bertaut dan membelit, sesekali saling menghisap dengan ritme yang pelan. keduanya nyaris kehabisan pasokan udara.Menyadari itu, Ares perlahan melepaskan ciumannya dan sedikit menjauh, memberi ruang bagi Zeya untuk bernapas.
Mereka saling menatap dengan napas masih terengah-engah, Ares tersenyum tipis, matanya menatap Zeya dengan sorot penuh gairah.
Jujur saja, Zeya terpesona melihat ketampanan Ares. Ia tidak bisa mengalihkan pandangan dari wajah suaminya yang begitu memikat. Di dalam hatinya, ia merasa beruntung telah menikahi pria setampan Ares. Apalagi saat sorot mata itu dipenuhi gairah, menambah kesan seksi dan membuat sosok Ares terlihat begitu sexy dan hot secara bersamaan.
"Sayang...jangan melamun"tegur Ares ketika melihat zeya menatapnya kagum sampai lupa berkedip.
Zeya kembali tersadar saat Ares mendorong tubuhnya perlahan ke atas ranjang, mengurungnya di bawah kendali penuh sang suami.
Ares mengecup leher Zeya pelan,meninggalkan bekas kissmark nya disana.
"ahh.."racau Zeya lagi ketika ia merasa kegelian.
Ares menundukkan tubuhnya, lalu dengan perlahan menyusupkan tangannya ke dalam baju Zeya. Jemarinya meremas lembut dada Zeya,membuat tubuh wanita itu merasakan gelanyar asing namun nikmat.
"buka pakaianmu sayang"perintah Ares sambil menatap istrinya sayu dan penuh gairah.
Saat itu Zeya baru menyadari bahwa Ares telah bertelanjang dada, memperlihatkan otot-otot tubuhnya yang terbentuk sempurna. Ia buru-buru mengalihkan pandangan, wajahnya memerah karena malu.
"Tapi... aku malu," ucap Zeya pelan, tak berani menatap mata Ares.
Ares tersenyum memahami kegugupan istrinya. Ia mendekat perlahan.
"Kamu nggak perlu malu, sayang... Aku suamimu," bisiknya lembut. "Anggap saja ini caraku untuk membuatmu merasa bahagia."bujuk Ares menenangkan.
Zeya mengangguk paham,ragu ragu ia mulai melepaskan pakaian yang melekat di tubuhnya,menyisakan dalamannya saja.Ares menatap tubuh zeya penuh hasrat,ia berusaha untuk tenang,padahal nafsu di tubuhnya sudah memberontak minta di puaskan.
"so sexy baby"puji Ares membuat pipi Zeya memerah.
Ares kembali mencium bibir pink istrinya, menikmati setiap lumatan penuh rasa bersama Zeya.
"Aku sudah nggak tahan lagi, sayang," bisiknya pelan di telinga Zeya, suaranya terdengar berat dan menggetarkan.
Ia kemudian menindih tubuh Zeya dengan tubuhnya yang hangat. Kini, tak ada lagi jarak di antara mereka.
"Sentuh aku, sayang," ucap Ares penuh hasrat, lalu menggenggam tangan Zeya dan menuntunnya menelusuri punggungnya dari atas hingga ke bawah, seolah ingin menyatu lebih dalam lagi.
"Ah..." d3sah Ares, suara rendahnya membuat dada Zeya bergetar.
Itulah pertama kalinya Zeya tahu bahwa seorang pria juga bisa mend3sah seperti itu,layaknya perempuan saat dilanda kenikmatan.
Namun saat gerakan tangan Zeya berhenti karena gugup, Ares menatapnya dalam, pandangannya intens,nyaris garang,seolah bertanya kenapa ia berhenti.
"Kenapa berhenti, sayang?" tanya Ares dengan suara dalam
"Aku... tadi gugup aja. Baru pertama kali dengar pria mend3sah seperti itu," jawab Zeya jujur, wajahnya masih bersemu merah.
Ares tertawa pelan, terdengar lembut dan menghangatkan suasana.
"Pria dan wanita itu sama sayang, keduanya bisa m3nd3sah nikmat saat mendapatkan sentuhan pasangan" jelasnya sambil menatap Zeya dengan senyum menggoda.
"Mau dengar lebih banyak lagi desahan dariku?" godanya, makin mendekat.
Zeya menatapnya bingung. "Caranya?"
Ares berbisik pelan di telinganya, "Puaskan milikku... dengan tanganmu, sayang."
Zeya mengerutkan kening, belum sepenuhnya mengerti. "Maksudnya...?"
Ares tersenyum penuh arti. "Mau aku tunjukkan caranya?"
Zeya terdiam, tak menjawab. Tapi sorot matanya menunjukkan rasa penasaran yang mulai tumbuh, meski masih diliputi rasa malu.
Ares terkekeh pelan melihat kepolosan istrinya yang terlihat menggemaskan di matanya.
"Kali ini tidak perlu memuaskan ku,aku memberi mu waktu untuk belajar dulu" ucapnya lembut namun penuh godaan.
Tanpa menunggu balasan Zeya, Ares kembali mencium Zeya cepat dan dalam.ares juga melumat bibir sang istri, bahkan lidahnya menari dan membelit rakus, seakan tidak ingin berpisah sedetik pun.
Tangannya pun mulai menjelajah, menyentuh dan bermain dengan bagian tubuh Zeya yang sejak tadi seolah menunggu untuk dimainkan olehnya dalam kehangatan.
Zeya, yang tak tahu harus melampiaskan perasaan asing dalam tubuhnya ke mana, hanya bisa meremas rambut Ares sebagai bentuk pelarian dari rasa nikmat yang ia rasakan.
"Ah..." d3sahnya lagi, kali ini lebih berat dan dalam.
Ares menatap istrinya, lalu perlahan mulai mengeksekusi zeya dengan penuh kelembutan dan gairah.
Malam itu, sekali lagi, ia berhasil merasakan indahnya bersatu dengan sang istri,dalam keintiman yang hanya mereka berdua yang mengerti.
****
"Akhirnya kamu tidur juga, sayang..." bisik Ares pelan, menatap Zeya yang terlelap usai tenggelam dalam kehangatan cinta mereka.
Ia menunggu beberapa detik, memastikan napas istrinya benar-benar teratur dan dalam. Begitu yakin, ia bangkit perlahan dari ranjang, bergerak hati-hati agar tidak membangunkannya.
Dengan santai, Ares mengenakan kembali piyama tidurnya, lalu menatap Zeya satu kali lagi.
"Aku akan temukan... apa yang membuatmu berubah tadi. Apa yang sempat membuatmu ragu padaku." Suaranya dingin, tapi mengandung rasa kepemilikan yang tidak wajar.
Ares melangkah perlahan menuju ke arah meja belajar, kemudian beralih ke tas Zeya. Ia membuka resletingnya perlahan dan mengobrak-abrik isi tasnya dengan cekatan.
"Hanya lipstik dan pulpen," gumamnya lirih, nada kecewa terdengar jelas. "Tidak ada apa pun di sini."ucapnya lagi.
Tidak menyerah sampai di situ, Ares meraih ponsel Zeya yang tergeletak di meja. Ia membukanya, menggunakan pola sandi yang telah ia hafal sejak lama. Namun setelah menelusuri galeri, perpesanan, bahkan catatan, ia tidak menemukan apa pun.
"Tidak ada apa pun di sini"ujarnya lagi.
Mata Ares kemudian beralih pada laci kecil di dekat meja,ia belum memeriksa nya sama sekali.Perlahan ia mulai menarik salah satu laci.Dan di sanalah ia menemukan Sepucuk surat. Terselip rapi di bawah tumpukan buku. Kertasnya sedikit kusut, namun cukup jelas terbaca.
Ares mengambilnya, lalu membacanya dengan alis yang perlahan berkerut
"Jangan percaya apa pun yang dia katakan. Dia pria manipulatif. Dia hanya ingin membuatmu tetap bersamanya... selamanya."gumam Ares membaca perlahan.
Rahang Ares mengeras karena emosi. Matanya di penuhi oleh emosi,ia mengeratkan pegangannya pada surat itu,hingga surat itu sedikit kusut.
"Pantas saja Zeya bersikap aneh tadi ..."desisnya penuh amarah
Tangannya gemetar menahan emosi. Ia berdiri, meninggalkan kamar dengan korek api di genggaman. Suaranya nyaris tidak terdengar, tapi aura dingin menguar dari tubuhnya.
Di halaman belakang, ia menyalakan api. Surat itu dibakar perlahan, lembaran surat itu telah berubah menjadi abu, menghilang bersama peringatan yang sempat mengusik ketenangan rumah tangganya.
"Jangan pernah berpikir akan ada seseorang yang bisa memisahkan aku dari Zeya," ucap Ares lirih, menatap api dengan mata gelap.
"Aku akan cari siapa yang mengirim surat ini… dan kalau ketemu, dia tidak akan bisa hidup tenang. Bahkan mungkin... tidak akan hidup sama sekali."
Senyum kecil muncul di wajahnya. Senyum yang lebih mirip ancaman daripada kehangatan.
Malam itu, saat Zeya tertidur dalam damai, Ares memulai langkah diam-diamnya. Seseorang telah mengusik miliknya dan ia tidak akan tinggal diam.
*
Bab hari ini sampai di sini dulu, ya!
Terima kasih banyak untuk kamu yang udah baca sampai akhir.Jangan lupa tinggalkan jejak, entah itu like, komentar, atau bintang...semuanya sangat berarti untuk author.
Jangan lupa juga untuk follow akun author supaya nggak ketinggalan update bab terbaru.
Sampai jumpa di bab selanjutnya! 💖👋