Joi, siswa SMA kelas 2 yang cuek dan pendiam, memiliki kemampuan indigo sejak kecil. Kemampuannya melihat hantu membuatnya terbiasa dengan dunia gaib, hingga ia bersikap acuh tak acuh terhadap makhluk halus. Namun, pertemuan tak terduga dengan Anya, hantu cantik yang dikejar hantu lain, mengubah kehidupannya. Anya yang ceria dan usil, terus mengikuti Arka meskipun diusir. Pertikaian dan pertengkaran mereka yang sering terjadi, perlahan-lahan mencairkan sikap cuek Joi dan menciptakan ikatan persahabatan yang tak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joi momo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mie instan dan rasa syukur
Joi menikmati mie instan di kantin, waktu luang setelah peristiwa besar itu. Tiba-tiba, seorang wanita cantik menghampirinya. Bella, putri pemilik sekolah, mengucapkan terima kasih atas keberanian Joi mengungkap kejahatan para pelaku perundungan. Dimas yang menceritakan semuanya. Joi meminta Bella merahasiakan perannya. Ia tak ingin dipuji, tujuannya hanya mengungkapkan kebenaran dan menegakkan keadilan. Bukan untuk membalas dendam atau mencari pujian, Joi percaya siapapun yang bersalah harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Ia hanya ingin sekolah menjadi tempat yang lebih aman dan nyaman bagi semua siswa. Secangkir teh hangat terasa lebih nikmat setelah semua beban terangkat.
Gilang mengajak Joi bernostalgia, mengingat masa SMP mereka. Bella ikut nimbrung, menceritakan bagaimana Joi dulu mengejar-ngejarnya, sambil tertawa lepas. Joi hanya menatapnya dengan dingin, kenangan pahit itu kembali menghantui. Bagi Bella, itu hanya kenangan biasa, tapi bagi Joi, itu adalah masa lalu yang menyakitkan. Ia mengingat perjuangannya, kesendiriannya, dan bagaimana ia harus berjuang sendiri melewati masa-masa sulit itu. Namun, di balik kenangan pahit itu, tersimpan sebuah kekuatan yang mendorongnya untuk menjadi lebih baik dan berani melawan ketidakadilan. Sebuah kekuatan yang membawanya hingga ke titik ini.
Ke esokan hari nya Joi masih duduk di tempat yang sama.
Bella, dengan senyum ramahnya, mendekati Joi yang tengah duduk termenung di kantin. "Hai Joi, bagaimana kabarmu hari ini?" sapa Bella ramah, suaranya lembut memecah kesunyian. Joi mendongak, tatapannya masih menyimpan sedikit bayangan peristiwa beberapa hari lalu. "Ah, hidupku biasa saja," jawabnya singkat, nada suaranya datar, "Membosankan."
Bella mengamati raut wajah Joi, melihat sedikit kelelahan terpancar dari sorot matanya. Ia mengerti, peristiwa pengungkapan kasus perundungan beberapa hari lalu pasti telah menguras banyak energi dan pikiran Joi. "Kalau membosankan," ujar Bella, suaranya sedikit menggoda, "Bagaimana kalau nanti malam kita kencan?"
Pertanyaan Bella membuat Joi terkesiap. Ia tidak menyangka Bella akan mengajaknya kencan. Selama ini, hubungan mereka hanya sebatas teman, dan Joi sendiri masih merasa belum pulih sepenuhnya dari peristiwa yang baru saja dialaminya. Namun, ada sesuatu dalam tawaran Bella yang menarik perhatiannya. Mungkin, kencan ini bisa menjadi kesempatan untuk melupakan sejenak beban yang selama ini dipikulnya.
"Kencan?" tanya Joi, suaranya sedikit ragu. Ia masih mencerna tawaran Bella, menimbang-nimbang pro dan kontranya. Di satu sisi, ia merasa perlu untuk bersantai dan melupakan sejenak beban pikirannya. Di sisi lain, ia masih merasa belum siap untuk terlibat dalam hubungan yang lebih serius.
Bella mengangguk, senyumnya semakin mengembang. "Ya, kencan. Kita bisa makan malam di restoran favoritmu, atau mungkin menonton film terbaru yang sedang ramai dibicarakan. Terserah kamu, aku akan mengikuti keinginanmu."
Joi terdiam sejenak, merenungkan tawaran Bella. Ia menyadari bahwa Bella benar-benar tulus dalam ajakannya. Bella tidak hanya ingin mengajaknya kencan, tetapi juga ingin memberikan dukungan dan semangat kepadanya setelah melewati masa-masa sulit. Joi merasa terharu dengan perhatian Bella.
"Baiklah," jawab Joi akhirnya, suaranya terdengar lebih ceria dari sebelumnya. "Aku setuju. Tapi, aku ingin memilih tempatnya. Bagaimana kalau kita makan malam di warung makan sederhana di pinggir kota? Aku ingin merasakan suasana yang tenang dan damai."
Bella tersenyum senang mendengar jawaban Joi. "Tentu saja, aku akan mengikuti keinginanmu. Nanti malam pukul tujuh, aku akan menjemputmu."
Joi mengangguk, sebuah senyum tipis terukir di bibirnya. Ia merasa lega karena akhirnya memiliki teman yang bisa diajak berbagi cerita dan melupakan sejenak beban pikirannya. Kencan ini bukan hanya sekedar kencan biasa, tetapi juga sebuah kesempatan untuk memperbaiki hubungannya dengan Bella dan memulai lembaran baru dalam hidupnya. Malam itu, Joi merasa ada secercah harapan baru dalam hidupnya. Ia merasa tidak sendiri dalam menghadapi segala permasalahan yang ada. Bella, dengan segala kebaikan dan perhatiannya, telah memberikan dukungan dan semangat baru baginya. Joi yakin, dengan dukungan Bella dan teman-temannya, ia akan mampu melewati segala rintangan dan tantangan yang ada di depannya. Malam itu, Joi merasa hatinya sedikit lebih tenang dan damai. Ia siap untuk memulai lembaran baru dalam hidupnya, lembaran baru yang penuh dengan harapan dan kebahagiaan. Malam kencan dengan Bella menjadi titik awal bagi Joi untuk melupakan masa lalunya yang kelam dan menatap masa depannya dengan penuh optimisme.