Awalnya Elodie adalah ibu rumah tangga biasa. Istri yang penurut dan ibu yang penuh kasih. Namun sebuah kecelakaan mengubah segalanya.
Sikap dan Perilaku wanita itu berubah 180 derajat. Melupakan segala cinta untuk sang suami dan putra semata wayangnya. Mulai membangkang, berperilaku sesuka hati seingatnya di saat 19 tahun. Namun justru itu memberi warna baru, membuat Grayson menyadari betapa penting istri yang diremehkannya selama ini.
"Mommy."
"Nak, aku bukan mommy kamu."
"Elodie Estelle."
"Grayson Grassel, ayo kita bercerai!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joy Jasmine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Apa keuntungan yang aku dapat, kalau melakukan apa yang kau katakan?" Seorang gadis cantik dengan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya itu berkata dengan angkuh. Ia bersedekap dada, memandang wanita di depannya lurus-lurus.
"Kau tenang saja, aku akan membayarmu mahal." Freya berkata sembari menggeser sebuah cek.
Gadis bernama Cassandra Angela itu mengambil cek dengan tidak niat. Namun melihat jumlah yang tertera membuatnya refleks menurunkan kacamata.
"Seratus juta? Dia sedang buang-buang uang?" batin gadis yang kerap disapa Cassie itu. Pasalnya Freya hanya memintanya untuk mereview sebuah restoran yang bahkan bukan miliknya. Tidak ada hal jahat yang harus diperbuatnya.
Freya tertawa miring. "Itu baru uang muka. Nanti setelah selesai akan ku tambahkan lagi."
Kedua mata Cassie melebar. Baru uang muka? Ini benar-benar jackpot! Wanita ini benar-benar sedang menghamburkan uang.
"Bagaimana? Kau terima tawaranku?"
Cassie yang masih shock itu segera menetralkan ekspresi wajah. Ia berdehem, melepas kacamatanya dan memandang Freya yang juga menatapnya.
"Ini sulit. Aku dengar restoran itu baru dibuka tidak lama ini dan memiliki banyak pelanggan tetap yang memuja. Kalau aku memberikan review buruk, sama saja aku mencari masalah."
"Kau tidak perlu mereview buruk. Kau hanya perlu mereview sesuai dengan apa yang terjadi."
Semakin dalam saja alis Cassie mengkerut. Ia kira wanita itu saingan bisnisnya. Tapi ia hanya perlu mereview apa adanya? Dengan bayaran sebesar itu? Entah kenapa Cassie merasa ada hal besar di balik semua ini. Gadis itu ingin menolak, namun melihat jumlah di atas kertas ia urung. Matanya seakan tidak mau lepas dari angka yang tertera di sana.
"Baiklah!"
"Baiklah?"
"Aku terima, siang ini juga aku akan ke sana. Ku harap kau menepati janjimu untuk menambahkan ini!" Cassie mengetuk cek di atas meja dengan kedua mata yang tertuju pada Freya.
Wanita di depannya itu tertawa kecil. "Tentu, aku akan menambahkan seharga itu lagi jika kau berhasil."
Cassie mengangguk, ia tersenyum penuh arti.
.
.
.
Siang itu juga Cassie bersambang ke DieCla Fried Chicken. Gadis itu turun dari mobil dengan sebuah tongsis di tangannya. "Halo, Guys. Coba tebak hari ini aku lagi di mana! Ya, salah satu restoran yang baru dibuka sudah sangat menjanjikan. DieCla Fried Chicken!"
Cassie menyorot plang nama di atas restoran. "Menyajikan desain yang begitu indah! Wah, aku enggak sabar nih mau cepat-cepat masuk ke dalam. Yuk ikuti perjalanan aku hari ini!"
Cassie berjalan masuk ke restoran, ia terhenti saat menyorot seorang pria tampan. "Guys, gila! Penyambut tamunya ganteng banget." Ia berbisik, namun dengan suara gemas. Para penonton livenya bahkan ikut tertawa-tawa melihat tingkah lucu sang idola.
"Selamat datang di DieCla Fried Chicken," sambut Philo saat Cassie mendekat.
"Suaranya dalam banget, Guys. Jantungku tidak aman sekarang."
Philo yang mendengar perkataan gadis itu tersenyum sopan. Pria itu mempersilakan Cassie masuk dengan tangan kanan bersilang di dada.
"Akh, meleleh deh aku," bisiknya dan tersenyum manis pada Philo. Gadis itu berjalan masuk sembari membaca sekilas beragam komentar yang mengatakan ingin berkunjung ke restoran itu.
"Gila, gila. Desainnya cantik banget! Kalian lihat, deh! Aku berasa kembali ke masa lalu." Cassie menyorot seisi ruangan yang berdominan warna coklat, hitam dan putih, lalu meja dan kursi pelanggan yang terbuat dari kayu.
Tiang-tiang besar yang terpasang lampu cahaya kuning, dan di bawah lampu tergantung foto tokoh-tokoh penting Merleens. Di sebuah sudut juga terdapat kotak telepon berwarna merah maroon yang dijadikan spot foto utama.
Lalu di samping kiri juga ada tiga ruangan VIP yang diberi sekat kaca. Sedangkan di samping kanan adalah dapur di mana makanan yang mereka makan akan dibuat. Cassie benar-benar tidak merasa rugi, sudah dibayar mahal dan kini menikmati pemandangan luar biasa.
"Looks nya keren parah sih ini! Pantas saja baru dibuka sudah seramai ini!" Gadis itu turut menyorot para pelanggan yang tengah mengantri juga yang sudah duduk di meja.
Yang mengenalnya tentu memandang takjub, tetapi tidak ada yang mengganggu karena tahu sang influencer sedang bekerja. Mereka hanya melambai saat kamera Cassie menyorot padanya.
"Cassie!" pekik mereka yang dibalas tawa renyah sang empu.
"Mereka kenal aku, Guys," ujar gadis itu masih dengan tawanya.
"Aduh, mau pesan makanan juga masih ramai banget nih. Kita ke dapurnya dulu, yuk. Semoga mereka bolehin aku masuk, secara ini mereka sibuk banget."
"Halo, Chef. Boleh izin video, gak?" Cassie tidak langsung menyorot kegiatan para chef yang memasak. Gadis itu meminta persetujuan dulu hingga chef utama mempersilakan.
"Silakan!" ujar pria berumur 50an itu dengan senyum ramah. Awalnya ada dua chef yang diperkerjakan Elodie. Namun karena restoran yang ramai dan keduanya kewalahan, Elodie menambah dua lagi chef yang lebih muda.
Semuanya memiliki job desk masing-masing. Chef yang menyahut memegang pekerjaan yang paling berat, seperti memasak hidangan spesial terutama yang mengambil ruangan VIP.
Lalu Chef kedua mengambil bagian pelanggan umum. Pada dasarnya dia yang paling sibuk karena jelas jumlah pelanggan umum yang paling banyak. Kadang juga chef pertama yang membantunya.
Chef ketiga bagian hidangan penutup. Dan yang keempat lebih ke asisten chef, gadis itu mengambil bagian mencuci sayur, memotong, hingga menyiapkan bumbu-bumbu.
"Halo, maaf ya kalau aku mengganggu. Aku bentar aja, kok. Cuma lihatin bagaimana proses memasak makanan di restoran ini." Cassie berucap dengan sopan. Membuat para chef itu tersenyum namun tidak banyak menanggapi karena mereka sibuk.
"Aku enggak enak, Guys. Tapi penasaran juga!" Gadis itu meliput proses memasak dengan antusias.
Sementara chef ke-4 berinisiatif membantu menggoreng ayam. Ia memperhatikan sekitar dan tersenyum saat melihat sang influencer sudah mendekat padanya. Lalu ia berjalan pergi dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Nah, ini dia hidangan paling best seller. Menu utama ayam goreng crispy yang paling banyak disukai, terutama oleh anak-anak." Cassie menyorot proses penggorengan hingga ia melototkan kedua matanya sendiri.
"Oh my God, kalian pakai ini untuk menggoreng ayam?" pekik gadis itu menyita atensi para chef. Mereka pergi melihat dan malah terkejut sendiri.
"Tidak, kami tidak pernah menggunakan ini!" tegas chef tertua yang berbicara lebih dulu.
Sementara di luar dapur, pelanggan yang menonton siaran langsung Cassie juga terkejut bukan main. Mereka langsung berusaha memuntahkan isi perut mereka namun tidak bisa.
"Sialan! Ini benar-benar merusak kesehatan!" pekik seorang wanita dan langsung berdiri.
"Mereka goreng ayam pakai lilin dan plastik! Kalau tidak percaya kita lihat ke dapur sekarang!" teriak gadis itu menyita perhatian semua orang.
Dalam sekejap keributan terjadi. Para chef langsung mematikan kompor saat para pelanggan masuk dengan paksa.
"Guys, ini udah enggak kondusif. Aku sudahi dulu, bye." Siaran langsung itu langsung dimatikan dengan meninggalkan ribuan komentar.
Cassie langsung menerobos orang-orang dan keluar dari sana. "Sialan! Sudah kuduga, pekerjaan ini tidak semudah yang dia katakan."
.
.
.
Mulai Bab depan, akan lebih fokus pada perkembangan Elodie. Lalu di akhir bab akan diselingi epilog masa lalu mereka. Tetap Stay di karya sederhana ini, ya. Terima kasih^^