"Aku hamil."
Savanna yang mendengar sahabatnya hamil pun terkejut, dia menatap sahabatnya dengan tatapan tak percaya.
"Dengan Darren , maaf Savanna."
"Nadia, kalian ...." Savanna membekap mulutnya sendiri, rasanya dunianya runtuh saat itu juga. Dimana Darren merupakan kekasihnya sekaligus calon suaminya telah menghamili sahabatnya.
***
"Pergi, nikahi dia. Anggap saja kita gak pernah kenal, aku ... anggap aku gak pernah ada di hidup kalian."
Sejak saat itu, Savanna memilih pergi keluar kota. Hingga, 6 tahun kemudian Savanna kembali lagi ke kota kelahirannya dan dia bertemu dengan seorang bocah yang duduk di pinggir jalan sedang menangis sambil mengoceh.
"Daddy lupa maca cama dedek hiks ... dedek di tindal, nda betul itu hiks ..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Punya pacar 2, gue setiain dua-duanya!
Netra Dania terbelalak kaget, dia menoleh menatap Aurel yang tengah menundukkan kepalanya sambil meremas tangannya.
"Dia abang lo?" Tanya Dania dengan nada tak percaya.
"Iya! gue abangnya dia! satu tahun dia pergi dari rumah, bilangnya liburan tau-taunya pindah sekolah!" Balas Sinis pemuda itu menatap adiknya.
"He! adik durhaka! gara-gara lo, papi sampe beli nih sekolah tau gak!" Seru kakak Aurel yang lain, yang memiliki rambut berwarna coklat kemerahan.
Dania tak bisa lagi berkata-kata, dia memegangi d4d4nya sambil mencengkram bahu Aurel. Aurel pun panik, dia mengira temannya memiliki sakit jantung.
"Eh jantungan kamu Dan? ya jangan dong, entar aku lagi yang jadi tersangkanya." Panik Aurel.
Plak!
"Asem lo!" Kesal Dania memukul bahu Aurel.
"Gue itu lagi merasa terkejut, bisa-bisanya bapak lo beli nih sekolah. Sedangkan bapak gue, beliin gue gerobak cilok aja gak mau." Sedih Dania membuat Aurel menekuk wajahnya kesal.
Ke empat pemuda itu menatap mereka dengan raut wajah bingung, bahkan semua siswi yang histeris melihat mereka seketika mendekati Aurel.
"Pulang sekolah lo harus pulang sama Satria!" Titah pemuda awal.
Kenzi Setiawan, Reza setiawan, Satria setiawan dan sepupu Aurel Chandra Fernandez. Kakak Aurel merupakan anak kembar tiga, dan Aurel adalah satu-satunya anak perempuan di keluarga Setiawan.
"Oohh namanya bang Sat." Gumam Dania.
"Apa lo bilang?"
Dania mengangkat kepalanya, netranya bertubrukan dengan manik mata legam kakak dari Aurel. Dania terpana, dia memegangi d4d4nya yang berdebar kuat.
"Daddy! calon mantumu nyasar di mari." Batin Dania dengan pipi bersemu merah.
"Woy! lo manggil gue apa tadi hah?!" Seru Satria dengan nada marah.
Dania yang gelagapan segera menjawab dengan tak sadar. "Eh apa bang sat?"
Aurel membekap mulutnya, begitu pun dengan yang lain. Satria menahan kekesalannya dan segera menarik tangan Dania hingga wanita itu menubruk tubuhnya.
"Gue Satria bukan bang Sat. Ngerti?"
Tatapan keduanya terkunci, Aurel sedikit menjauh. Kakak dan sepupu Aurel. melongo melihat adegan di depannya.
"Ekhem!"
Satria mendorong Dania menjauh, dia berdehem untuk menetralkan rasa gugupnya. Aurel mencolek tangan Dania sambil meledek temannya itu.
"Gue tunggu lo pulang sekolah!" Seru Satria dan pergi dari sana dengan degupan jantung yang tak biasa.
Ketiga saudara Aurel pun mengikuti Satria, bersama dengan para siswi yang masih mengejar-ngejar mereka.
"Gak mau di panggil anang, apa maunya di panggil sayang yah." Gumam Dania menatap kepergian abang Aurel itu.
"Yah sayang banget tapi Dan." ujar Aurel sambil meletakkan tangannya di bahu Dania.
"Kenapa?" Tanya Dania.
"Abang gue udah punya calon," ujar Aurel.
"Yaah ... telat dong gue. Tapi, gak papa deh, masih ada stock 3 saudara lo!" Seru Dania membuat Aurel menggelengkan kepalanya.
"Lo gak bakal bisa peranin keahlian lo pada mereka," ujar Aurel dengan nada meyakinkan.
"Ya kali ini gue mau serius, bener deh. Mau serius! gue tuh sebenernya cewek yang setia, kalau pun punya pacar dua gue setiain dua-duanya!" Seru Dania dengan wajah yakin.
Aurel memutar bola katanya malas, sifat Dania yang satu itu dirinya tidak suka. Banyak anak orang yang telah di baperin oleh teman sekaligus sahabatnya ini.
"Terserah deh yah, jangan masuk jebakan sendiri intinya," ujar Aurel meninggalkan Dania yang masih membayangkan wajah tampan Satria.
"Haaa ... akhirnya, sekian lama berkelana ... dapet juga suami idaman."
***
Esok pagi, Savanna masuk kelas lebih pagi. Dia berniat akan membuat sebuah karya yang nantinya akan di tampilkan. Seperti saat ini, dia sedang duduk di mejanya dengan memegang sebuah origami.
"Ini di tempel, terus ...,"
Tok!
Tok!
Tok!
"Permisi mba,"
"Ya?" Sahut Savanna melihat ke arah pintu.
Petugas kebersihan datang tergopoh-gopoh ke meja Savanna, dia memasukkan tangannya ke dalam saku bajunya untuk mengambil sesuatu.
"Ini mba, kemarin saya bersih-bersih. Terus nemu memori, siapa tau punya mba nya." Ujar petugas itu sambil memberikan memori yang dia temukan pada Savanna.
"Oh ya, terima kasih pak," ujar Savanna setelah menerimanya.
Lalu petugas kebersihan itu pergi, Savanna menatap memori yang ada di tangannya dengan kening mengerut.
"Nanti aku kasihkan ke si kembar saja kalau masuk." Gumam Savanna.
Savanna kembali meletakkan memori itu, dia kemudian mengeluarkan ponselnya untuk mencari data pelajaran muridnya di galeri miliknya.
"Gak ada, aku simpan di sini apa di memori yah. Coba aku cari dulu." Gumam Savanna.
Savanna membuka tasnya, dia mengeluarkan memori miliknya dan berniat akan di masukkan ke dalam ponselnya.
Tok!
Tok!
Tok??
"Permisi bu, bisa ikut saya sebentar?"
Savanna mengurungkan niatnya saat kepala sekolah menghampirinya, dia kembali meletakkan memori ponselnya tepat di sebelah memori milik Gibran.
"Oh ya bu, bisa. Mari." Ujar Savanna.
Selang setengah jam, Savanna kembali. Dia kembali duduk di kursinya, beberapa murid sudah datang dan menyapanya.
"Celamat pagi bu gulu, hali na indah cepelti bu gulu tantik."
Savanna terkekeh, dia mencubit gemas pipi gembil Gibran yang datang memberi gombal padanya.
"Hei, kamu kasih kecil. Kenapa pandai sekali menggombal?"
Gibran terkekeh, dia bergeser memberi Gabriel ruang untuk menyapa Savanna.
"Oh iya, ini kemarin terjatuh. Jangan sampai terjatuh lagi yah, siapa tahu ini data penting daddy," ujar Savanna sambil memberikan memori milik Gibran.
Namun, bukannya mengambil yang di sebelah kanan. Savanna malah mengambil memori yang di sebelah kiri, dan yang dia berikan pada Gibran adalah memori milik Savanna.
"Oh iya, dedek celoboh." Gumam Gibran sambil memasukkan dengan benar memori itu ke dalam saku celananya.
Savanna tersenyum, lalu dia memperhatikan Gabriel yang menatapnya dengan tatapan tak dapat di baca.
"Ada apa? apa Gabriel butuh sesuatu?" Tanya Savanna dengan lembut.
Gabriel menggeleng, dia kembali mengingat percakapan Savanna dengan daddy nya saat di mobil. Sebetulnya saat itu Gabriel sudah terbangun, dia hanya memejamkan matanya saja.
"Gab ...,"
TRING!!!
"Oh, sudah bel masuk. Gabriel, Gibran duduk di tempat kalian masing- masing yah!" Pinta Savanna.
Setelah semua muridnya duduk, Savanna membahas tentang materinya. Selang beberapa jam, Savanna mengakhiri pembelajarannya.
Semua murid pun pulang, termasuk si kembar karena supir pribadi Darren sudah menunggu kedua bocah itu di parkiran.
"Hah, tugasku masih banyak." Gumam Savanna.
"Eh, mana memori ponselku yah?" Savanna pun mencarinya, tak butuh waktu lama dia menemukannya.
"Nah ini dia! mari kita selesai kan, habis itu pu ... loh, ini bukan memoriku."
Savanna panik, setelah dia memasukkan memori itu ke dalam ponselnya. DIrinya hanya menemukan beberapa video saja.
"Hais, ketuker sama Gibran. Bagaimana aku melakukan tugasku kalau begini." Lirih Savanna.
Savanna lemas, dia menscroll data memori itu. Entah mengapa, tangannya memencet sebuah Video. Netra Savanna terbelalak kaget saat melihatnya.
"Loh, Nadia? ini Nadia kan?" Pekik Savanna.
_____
Jangan lupa dukungannya yah, besok kita triple up oke. Mungkin besok mulai panas nih konflik nya🤗🤭🤭