Pertemuan yang di sudah atur kedua orang tua dari seorang pria culas dengan seorang gadis ceria dan pemberani di kota Bandung.
Mereka sengaja dibiarkan oleh kedua orang tua masing-masing, jika sudah dekat mereka dijodohkan untuk membangun rumah tangga dan keluarga kecil yang diinginkan orang tua.
Sampai ada sebuah kebenaran yang sangat menyakitkan untuk menguji kisah cinta mereka.
Akankah mereka akan mampu melewati nya? dan siapa yang akan menjadi pemilik hati cowok beku itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PHB | 32. Pemilihan Gaun Pengantin.
Baru juga satu jam ngerjain tugas kelompok, kedua ibu dari calon pasutri itu tiba-tiba menjemput anak-anak nya yang sepele kan perintah nya.
Bahkan Bu Sisil dibuat rungkad sama Bu Erni, yang sedari tadi bolak-balik kerumah Novia dan rumah Disky untuk menjemput mereka.
Di dalam mobil, kini Nando dan Mona di satukan lagi setelah dipisahkan oleh Nurul.
"Dah mama pesan ya tadi pagi, habis pulang sekolah jangan keluyuran!" Bu Sisil semprot Mona. Hal serupa sama dengan Nando.
Bahkan Bu Erni menyembur kata-kata membuat nya malu di depan Mona.
"Do kamu itu bukan anak TK, masa gak tau perintah mana bukan?"
Nando gak ngelawan, dia fokus bermain Ludo pada ponsel nya.
"Kita mau kemana sih mah emang?"
"Butik" Jawab singkat Bu sisil
"Ngapain mah?"
"Beli gado-gado"
"Loh?"
"Mamah sudah pesan wedding dress untuk kalian nikah! Gitu aja gak paham sih Mona, Astaghfirullah" Dari raut wajah nya Bu Sisil, beliau mau banget getok kepala anak gadis nya itu.
Kemudian Mona terdiam sambil menopang pipi di balik sandaran pintu mobil. Tatapan nya mendelik ke arah Nando yang lagi senyum sendiri gak jelas.
Mona bergeser, mendekatkan diri ke Nando. Bahkan dia pun lupa kalau lagi marahan sama Nando gara-gara ucapan Nurul di kantin tadi.
Nando tiba-tiba terkejut saat pundak nya di tempel sama dagu nya gadis itu.
"Main apa sih A? serius amat"
"Main Ludo neng sayang" Nando senyum, tangannya latah memainkan pipi gadis itu.
Tak lama mobil sudah sampai di parkiran butik. Nando main nyelonong sambil bermain ponsel, sedangkan Mona di tuntun Ibu Sisil yang di ikuti oleh Bu Erni dari belakang.
JEDUG!
"Njir!"
Nando yang tatapan nya fokus pada layar ponsel, jidat nya langsung dicium tembok yang ada di depan nya.
Mona melihat itu langsung terbahak-bahak "Enak gak a, HAHAHA"
Sambil mengelus kening, netra Nando tak pernah berhenti melotot melihat kedua ibu-ibu komplek dan satu anak muda yang lagi tertawa.
"Selamat datang di netaly butik, ada yang bisa kami bantu kakak?" Kata karyawan itu yang bertanya kepada Nando yang masuk duluan.
Setelah Bu Sisil dan Bu Erni masuk, barulah karyawan butik itu mengarahkan ke ruangan yang sudah disiapkan.
Karyawan itu memperlihatkan satu set dress pernikahan untuk pria dan dress panjang wanita yang serasi berwarna putih dan emas pudar sesuai selera Bu Sisil.
"Mona gak begitu suka sama warna cream"
"Warna apa terus?" Tanya Bu Sisil.
"Kakak nya cream ada mbak?" Kata Mona ke karyawan butik.
"Warna apa tuh?"
"Mocca"
Nando tertawa tertahan "Emang ada ya neng silsilah keluarga warna-warna?"
Mona mendelik "Ada dong a"
"Oke tunggu ya kak, ada banyak kalau mocca"
Setelah berucap, karyawan butik itu langsung mengambil yang di inginkan oleh Mona.
Setelah karyawan itu datang lagi, Nando dan Mona langsung mencoba sepasang dress pernikahan yang sudah di bawa nya.
Butuh waktu hampir 20 menit Mona keluar dari ruangan, dan itu lebih cepat 15 menit dari Nando yang pakai nya terlalu simpel.
Kedua mata ibu-ibu yang lagi menghening itu dibuat terpana, bahkan Nando yang latah mendelik sampe tertegun.
"Cantik banget anak mama, masyaallah" Bu Sisil menghampiri, senang sekali rasanya kalau anak nya pakai gaun warna mocca ini.
"Yang cream ganti mocca aja ya mbak, maaf banget"
"Iya Bu tidak apa-apa" Kata karyawan.
"Do, lihat tuh calon istri kamu, kaya bidadari yang turun ke bumi" Celetuk Bu Erni yang tak henti menatap kagum.
"Biasa aja mah"
"Eh nando kamu sini dulu, coba kamu di samping Mona sekarang" Pinta Bu Sisil.
Nando menurut, dan saat di samping nya Bu Sisil dan Bu Erni tak pernah berhenti menahan rasa kagum nya.
"Yang satu ganteng, yang satu cantik, cocok kalian"
Mona tiba-tiba angkat tangan "Mah, sampai kapan aku pakai dress beginian? Gerah lah aku mah"
"Nanti nanti" Tahan Bu Sisil, beliau langsung mengambil ponsel untuk mengabadikan foto mereka berdua.
"Punya ibu rese ya A" bisik Mona.
"Ya, kamu itu ibarat Bu Sisil saat masih muda, rese nya sama, menurut ku neng"
"APA!" Mona reflek memiting leher Nando karena ucapan Nando sedikit menyinggung perasaan Mona, namun ibu-ibu yang didepan menganggap gerakan Mona itu sebuah keromantisan.
"Nah pertahankan posisi itu, Nando kamu juga rangkul pundak nya Mona"
"HAH" Mona menoleh ke ibunya, lalu menoleh ke Nando yang tiba-tiba merangkul pundak nya tanpa dosa.
"Lah A kamu ngapain?"
"Cuma nurutin kemauan mamah kamu aja"
"Mona hadap kamera, jangan diliatin terus Aa nya, gak sabar banget sih mau nikah"
Mona menghela nafas, dia menoleh ke depan kamera, dengan pose senyuman paksa.