Seseorang itu akan terasa berhaga, manakala dia sudah tak lagi ada.
Jika itu terjadi, hanya sesal yang kau punya.
Karena roda kehidupan akan terus berputar kedepan.
Masa lalu bagai mimpi yang tak bisa terulang.
Menggilas seluruh kenangan, menjadi rindu yang tak berkesudahan.
Jika ketulusan dan keluasan perasaanku tak cukup untuk mengubah perasaanmu, maka biarlah ku mengalah demi mewujudkan kebahagiaanmu bersamanya, kebahagiaan yang telah lama kau impikan. -Stella Marisa William-
Sungguh terlambat bagiku, menyadari betapa berharganya kehadiran mu, mengisi setiap kekosongan perasaanku, mengubah setiap sedihku menjadi tawa bahagia, maaf kan aku yang bodoh, maafkan aku yang telah menyia nyiakan perasaan tulusmu -Alexander Geraldy-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5
Jam 3 dini hari, mobil Alex memasuki gerbang rumah yang ia tinggali bersama Stella dan kedua buah hati mereka.
Alex sengaja tidur di ruang kerjanya, permintaan Stella kemarin pagi cukup mengguncang hatinya, sesuatu di dalam sana seperti terkoyak karenanya, dia belum siap pulang ke rumah, dan bertemu Stella, apalagi jika Stella kembali mengatakan ingin berpisah, karena itulah dia memilih tidur di ruang kerjanya dari pada pulang kerumah.
Pagi hari berjalan lagi seperti biasa, Alex bersiap kerja dengan setelan yang sudah disiapkan istrinya, tak ada sapaan apalagi senyuman dari wajah cantik istrinya, Alex tak lagi mendengar rasa penasaran Stella tentang apa yang kemarin ia kerjakan, atau bagaimana kuliahnya, bahkan setiap pagi Stella selalu bertanya ingin sarapan buah apa? karena stok buah di lemari pendingin selalu melimpah, Alex tahu betul Stella selalu mengingat kan ART nya untuk membeli buah ketika berbelanja mingguan, karena dirinya tidak bisa sarapan yang lain selain buah buahan, bahkan sering kali mama nya yang membelikan bermacam macam buah, ketika datang dan ingin bermain bersama kedua cucunya.
Tiba tiba Alex merasakan sepi, hidupnya bersama Stella selalu membuatnya nyaman, kini tiba tiba sunyi setelah Stella ingin berpisah darinya.
Setelah rapi dengan setelan kerjanya, Alex menghampiri kamar kedua putranya, Stella tampak kerepotan ketika memakaikan baju pada si kembar, namun wanita dengan suaranya yang khas ibu ibu begitu sabar dan telaten mengurus si kembar seorang diri.
Melihat hal itu Alex pun ikut bersimpuh dan membantu meringankan tugas istrinya, dengan cekatan Alex mengambil alih Andre dan mulailah ia memakaikan baju pada bayi menggemaskan tersebut, mereka terlihat seperti pasangan yang kompak mengurus kedua buah hati nya, celotehan lucu terdengar dari mulut nya, membuat Alex sungguh gemas dan menghujani Andre dengan ciuman diseluruh wajahnya, tak disangka Kevin yang penampilannya sudah rapi merangkak menghampirinya, dan kini kedua bayi tampan itu asik bersenda gurau dengan papi nya tak lagi menghiraukan sang mommy yang memang sedang merapikan kembali kamar si kembar.
Setelah puas bermain dengan kedua putranya, Alex pun kembali pergi bekerja, walaupun menurutnya itu pekerjaan membosankan, bertemu dengan kertas dan berdiskusi dengan beberapa orang kepercayaan nya, rapat mingguan, koordinasi dengan para manager agar susana kerja tetap kondusif, demi kepuasan para tamu twenty five hotel.
Begitu terus, sungguh itu adalah hal yang luar biasa berat bagi seorang Alex yang terpaksa menjalankan ini semua demi kelangsungan bisnis keluarganya, terlebih ribuan karyawan berada di bawah tanggung jawabnya.
Setiap hari berlalu seperti itu, hubungannya dengan Stella tak juga ada perubahan, justru wanita itu semakin menutup diri darinya, Alex sungguh dibuat kesal karenanya, Alex tak tahu menahu apa gerangan kesalahan yang telah ia perbuat, hingga istrinya tiba tiba ingin berpisah.
Malam itu Alex begitu lelah, sepanjang hari dia rapat dengan dewan direksi, tak main main, rapat selama 8 jam itu sungguh membuat isi kepalanya seakan ingin meledak seketika, Alex pun memutuskan pulang kerumah, ia ingin kembali merasakan ketenangan rumahnya seperti dulu, dia rindu istrinya, dia rindu pelukan wanita itu, begitu pula senyum dan tawa Stella yang kini menghilang.
Tuhan seakan menjawab doa doanya, setibanya di kamar, dia mendapati Stella tengah terlelap di ranjang mereka, rambut pajang nan indah berserakan diatas bantal, wajahnya nampak sembab itu terlihat begitu menggoda, apakah istrinya menangis? oh Alex merasa sungguh jahat karena membiarkan istrinya menangis seorang diri.
Insting nya sebagai lelaki mendadak bangkit, entah kapan terakhir kali dia menyentuh istrinya, belum lingerie yang kini melekat di tubuh Stella terlihat begitu menggoda, padahal itu lingerie biasa yang bahkan tidak transparan, hanya saja kini lingerie itu tersingkap dan menampakkan paha mulus milik Stella.
Tanpa banyak berpikir lagi, Alex melepaskan jas, dasi dan kemeja nya, yang tersisa hanya celana panjang, Alex tak ingin waktunya terbuang sia sia, karen jika Stella terbangun, wanita itu akan memilih pindah kekamar si kembar dari pada menemaninya tidur.
Alex mulai menciumi Bibir Stella, pelan namun penuh rasa rindu, Alex tak tahu mengapa ia begitu merindukan Stella, padahal mereka bertemu setiap hari, 'hahaha' dalam benaknya ia tertawa begitu bahagia, malam ini dia bisa menikmati istrinya kembali.
kedua tangan Alex bahkan sudah menyelinap ke balik baju istrinya, namun dia terkejut, dia merasa tubuh Stella tak lagi seperti sebelumnya, kini tubuh wanita itu menegang, bahkan urat urat di lehernya pun ikut terlihat, Alex mendongak dan melihat Air mata Stella mengalir deras.
"Berhentilah ku mohon," ujarnya di sela sela tangis. "Aku tak bisa lagi melayanimu seperti dulu,"
"Apa maksud perkataan mu," Alex begitu kesal, dirinya yang semula berhasrat penuh pada istrinya, kini hasratnya berubah menjadi amarah.
"Besok, pengacara keluargaku akan kemari dan mengirimkan berkas perceraian kita," Stella berucap dengan berani.
"Hah begitu rupanya, jadi karena itu kamu menolakku malam ini?" Alex mulai tersulut.
"Aku ingin segera mengakhiri pernikahan menyakitkan ini," Stella bangkit, namun sebelum ia sempat berdiri, Alex menyambar tangannya hingga Stella kembali berbaring.
Dengan sigap Alex kembali memposisikan tubuhnya diatas tubuh istrinya, "Aku tak peduli, bahkan jika ada ribuan berkas dan dokumen sekalipun, aku tak akan menandatangani berkas berkas yang berkaitan dengan perceraian, kamu istriku, milikku, wanitaku, selamanya aku tak akan melepaskan mu," usai mengatakannya Alex kembali melanjutkan apa yang semula ingin ia lakukan.
Sementara Stella hanya bisa pasrah berurai airmata, bagaimanapun Alex masih suaminya, masih memiliki hak atas tubuhnya, dan Stella masih tetap berkewajiban memberikan nya dengan sukarela.
Malam panjang mereka baru saja dimulai.
...✨✨✨...
Sesudahnya Stella meringkuk membelakangi Alex, suara tangisnya terdengar lirih, dan suara nafas Alex mulai terdengar naik turun dengan nada yang seirama, Stella yakin Alex Kini sudah terlelap, ketika Stella hendak bangkit kembali, lagi lagi cekalan tangan Alex menahannya.
"Katakan apa alasanmu ingin berpisah dariku, aku tak pernah kasar padamu, aku memperlakukan mu dengan baik, aku bahkan memberikan semua yang terbaik untukmu, dan anak kita, aku selalu berusaha agar rumah tangga kita bahagia, apa kamu tak bisa melihatnya"
Airmata Stella kembali berurai, "apa aku terlihat seperti wanita penghibur kak?" Stella memberanikan diri bertanya.
Alex sungguh marah, "Sejak kapan tidur dengan suamimu di katakan sebagai wanita penghibur?" tanya Alex tak terima.
"Karena secara fisik kakak menyentuhku, tapi hati dan pikiranmu memikirkan wanita lain," Terdengar getir memang, tapi itulah kenyataannya. "Bahkan setelah 2 tahun menikah, kakak belum juga sanggup melepasnya, maka biarkan aku yang melepasmu kak, tak ada lagi alasan kita bersama,"
Kenyataan yang saat ini membuat Stella merasakan sakit luar biasa, walaupun bukan sakit yang berdarah.
Tubuh Alex menegang, ia sungguh tak menyangka Stella bisa mengetahui apa yang selama ini ia pendam dan simpan rapat rapat.
Alex terdiam, tak mampu lagi berkata kata, semua yang dikatakan Stella sungguh terdengar menyakitkan, bahkan dirinya sendiri ikut merasakan kesakitan yang diderita Stella.