Ni Komang Ratri, yang akrab disapa Komang itu begitu terpuruk saat penginapannya hampir bangkrut, bahkan nyaris ia kehilangan penginapan yang juga tempat tinggalnya itu.
Namun tanpa diduga Edgar Marvelo yang saat itu menjadi tamu tak terduga di penginapannya itu tertarik pada kecantikan Komang, taipan bisnis kaya raya itu bahkan berjanji akan melunasi semua hutangnya, jika ia mau menjadi wanita pendamping bagi Edgar selama sebulan di Yach.
Akankah Komang mampu menghindar dari pesona Edgar yang dikenal sebagai Casanova itu??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dita feryza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#21 Jangan Sampai Kau Menyesal
Lima hari berlalu, semua tamu berada di dek atas, dek yang terdapat kolam renang raksasa, Edgar nampak sedang minum koktail bersama Louis Antonie di sebuah tempat duduk santai yang lengkap dengan payung besar.
Tamu-tamu Edgar nampak sedang berjemur dengan pakaian mini mereka. Edgar begitu terbiasa melihat para wanita setengah tel*njang sehingga nyaris tidak melirik tubuh-tubuh yang terpampang itu.
Namun Edgar memberikan perhatian pada seorang wanita ramping yang sedang bersantai sambil melihat lautan lepas, rambut hitamnya yang lurus seakan menari-nari tertiup angin laut.
Komang begitu nampak anggun dengan kaki jenjangnya yang seperti rusa betina serta kulitnya yang halus cerah berwarna kuning Langsat membuatnya lebih menonjol di antara wanita-wanita lain dengan kulit putih pucat.
Selama lima hari ini Edgar berusaha untuk menghindari Komang, karena ia berfikir ia tak ingin menjadi pengganggu bagi Komang. Saat rapat pun Edgar hanya berbicara seperlunya dengan Komang, ia hanya berusaha menjadi apa yang Komang inginkan.
"Komang wanita hebat," kata Louis hati-hati sambil mengamati Komang yang tengah bersantai diujung sana.
Edgar hanya diam, walau sebenarnya ia memang mengakui Komang memang wanita hebat bahkan wanita yang mampu membuat pertahanan dirinya terkoyak, hingga hancur berkeping.
"Tapi mengapa aku tak pernah melihat kalian bersama? " lanjut Louis, masih dengan nada hati-hati. "Kau sepertinya tidak terlalu memperhatikan nya.."
"Komang lebih senang diabaikan." Edgar memberitahu sambil menggertakkan gigi.
Dalam hati Edgar ia bertanya-tanya mengapa ia bernasib sial bertemu satu-satunya wanita di dunia yang tidak bereaksi terhadap pendekatan semacam pendekatan intim.
Edgar yang lebih terbiasa dengan para wanita yang mengerumuni nya dan bergayut kepadanya, ingin membuatnya senang dan menghiburnya, kini ia malah berada dalam situasi langka dengan satu wanita yang memilih menjaga jarak.
"Kau salah, tidak ada satu wanita pun di dunia yang suka diabaikan oleh pasangannya." ujar Louis.
"Tapi Komang adalah wanita berbeda." sungut Edgar dengan frustasi.
"Kalau begitu, aku ingin tahu, bagaimana cara kau mendekatinya?" tanya Louis dengan penasaran.
Edgar terdiam sejenak, pikirannya menerawang, selama ini apa yang belum ia berikan pada Komang selain materi dan kemewahan, bahkan pendekatan pun sudah Edgar lakukan.
"Aku selalu memberikan fasilitas terbaik untuknya walau ia tak pernah memintanya," jawab Edgar ragu-ragu.
"Bukan itu maksudku." tukas Louis.
"Lantas?"
"Apakah kau pernah memberikan perhatian lebih padanya? Selain materi, ataupun pendekatan intim?"
"Memangnya apa lagi yang wanita mau? Kenapa wanita selalu merasa kurang dengan apa yang kita berikan?" jawab Edgar frustasi.
"Ini bukan soal materi ataupun kebutuhan fisik. Jika kau ingin membuatnya nyaman berada di dekatmu, sentuh hatinya, beri dia perhatian untuk nya, tidak harus sesuatu yang besar, walau sebuah perhatian kecil namun jika kau sering memberikannya, itu sudah membuatnya nyaman." terang Louis.
"Aku tidak suka hal-hal kecil, jika aku bisa memberikan nya sesuatu yang besar mengapa tidak?" ucap Edgar, masih merasa angkuh untuk mengakui bahwa apa yang diucapkan Louis itu memang benar.
Louis tertawa mendengar ucapan Edgar, "Kau terbiasa dengan wanita bertopeng yang hanya berniat mengambil keuntungan darimu, asal kau tahu, tidak semua wanita selalu menginginkan uangmu."
"Jangan bicara omong, semua wanita suka uang,"
"Tidak, Fiona tidak seperti itu."
"Lantas mengapa kalian putus?"
"Aku lupa memberikannya waktu untuknya, kuakui aku memang bersalah atas berakhirnya hubungan kami. Karena aku selalu menjaga citraku yang selalu profesional dalam pekerjaanku membuat aku gila dalam bisnisku, akhirnya aku lupa memberikannya perhatian." ucap Louis, menceritakan hubungannya yang kini telah kandas.
Edgar menarik nafas panjang, masih tidak percaya ada wanita yang hanya meminta hal sepele seperti itu. "Itu terlalu sepele, namun para wanita selalu mempermasalahkan bahkan terlalu mendramatisir, ck..." keluh Edgar.
"Memang sepele, tapi jarang ada pria yang mengerti akan hal itu, mereka terlalu sibuk dengan dunianya hingga lupa bahkan abai dengan perasaan wanitanya, lupa memberi mereka perhatian dan waktu."
Itulah mengapa Edgar selama ini enggan untuk membuat komitmen yang serius dengan wanita, mereka akan meminta lebih dari waktu kekasihnya, bahkan uang pun akan mereka keruk hingga tak tersisa, dan setelah hal itu terjadi maka para wanita akan meninggalkan prianya. Edgar bergidik ngeri, rasa trauma akan sesuatu yang pernah menimpa sang ayah membuatnya selalu merasa waspada terhadap para wanita.
"Kita lihat saja nanti, aku ingin menguji Komang, dan akan ku sinkronkan dengan kata-kata mu itu."
"Ku harap kau tak mengulur waktumu terlalu lama, karena waktu tak akan pernah bisa mengulang kembali, cepat atau lambat dia akan pergi darimu, jangan sampai kau menyesal karena terlambat menyadari." ucap Louis lalu meneguk koktail nya yang tinggal separuh gelas.
Edgar terdiam, hatinya yang keras bagaikan batu, serasa melebur hingga kepingan terkecil, selama ini Edgar memang hanya mengacu dari apa yang di alami oleh sang ayah, ia terlalui percaya bahwa semua wanita itu materialistis yang selalu mendewakan uang, mereka akan melakukan apapun demi menguras uang-uang pria.
Selama Edgar bersama Komang, nyaris wanita itu tak pernah meminta apapun darinya, kecuali meminta Edgar untuk selalu menjauh dan pergi, hal itu membuat Edgar merasa frustasi bahkan hal itu membuatnya tak bergairah pada wanita lain karena pikirannya selalu mengacu pada Komang.
🌊
🌊
🌊
"Apa kau tak ingin berenang?" tanya Katrin yang saat ini hanya memakai bikini, rambutnya yang pirang terlihat berantakan karena basah.
"Aku sedang malas." ucap Komang.
"Kau takut tatanan rambutmu rusak? tenang saja di kapal ini dilengkapi salon kecantikan kau tak perlu khawatir." ujar Katrin sambil mengusap-usap lengannya yang basah.
"Bukan itu maksudku, aku hanya malas berenang,"
"Oh iya, nanti malam ada acara di kelab Nocturne, kau akan mengenakan pakaian apa?" tanya Katrin dengan semangat.
"Ke kelab? Aku tak tahu ada acara seperti itu, Edgar tak memberi tahuku. Mungkin aku hanya akan memakai baju kebaya, karena hanya itu yang ada di lemari ku." ujar Komang, ragu-ragu.
"Ku harap kau tak keberatan, tapi ku pikir kau ingin meminjam sesuatu dari ku. Karena jika memakai kebaya itu tidak cocok untuk dipakai ke kelab." ujar Katrin.
Beberapa hari terakhir ini, Komang belajar lebih santai dengan wanita pirang itu, yang sungguh-sungguh memberinya saran-saran berguna. Perlahan terpikir oleh Komang bahwa Katrin lah yang biasa menjamu tamu-tamu Edgar dan mungkin membuat wanita itu marah karena perannya digantikan olehnya.
Namun perlahan juga kini Katrin menunjukkan sifat baiknya terhadap Komang, bahkan wanita itu selalu menemani Komang.
"Kau pasti ingin menyesuaikan diri saat di kelab nanti malam kan?"
"Baiklah," ujar Komang kemudian.
"Oke, aku akan ke kamarmu nanti malam untuk meminjamkan baju kelab." Ucapan Katrin begitu semangat dan senang.
Bersambung....