Orang tua yang bercerai, keluarga yang berantakan, cinta yang menyakitkan di masa lalu sampai meninggalkan trauma yang mendalam, membuatnya tumbuh menjadi gadis yang nakal, suka membangkang, sering mabuk-mabukan, dan mengikuti balap liar. Sering kali dia ingin menyerah atas hidupnya, tetapi dia tidak senekat itu untuk mengakhiri nyawanya sendiri.
Marsya hanya sering menyakiti dirinya sendiri seperti menyayat lengannya, hanya untuk menyamarkan rasa sakit di hatinya.
Setelah lelah hidup di lingkungan yang menurutnya berantakan, ia memutuskan untuk pulang ke kota kelahirannya, menempati rumah mendiang neneknya,
akankah setelah merantau kehidupan Marsya akan membaik dan bisa melupakan traumanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rainy_day, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah sakit
Marsya tersadar dari pingsannya, ia menajamkan pandangannya yang buram, di lihatnya langit-langit kamar yang berwarna putih. Marsya meringis merasakan kepalanya berdenyut hebat, tetapi ia tidak berbicara apapun.
"kamu udah sadar?" ucap Elios yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"kamu di rumah sakit" ucap Elios lagi, saat ia melihat Marsya sedang memperhatikan tangan kirinya yang terpasang infus dan tangan kanannya yang di balut perban.
Marsya meraba kepalanya yang juga terdapat perban disana, lalu ia memijat pelipisnya karena merasa kepalanya sangat pening dan nyeri, Elios menekan nurse call di samping bed Marsya, tak lama dokter serta suster datang untuk memeriksa Marsya.
"tidak ada kendala yang serius, tinggal pemulihan saja, untuk kepalanya yang nyeri itu efek luka dari benturan yang di alami pasien, untuk benturannya sendiri tidak terlalu fatal, lalu rasa pening nya karena efek alkohol" ucap dokter setelah menjelaskan keadaan Marsya dokter serta suster pun pergi meninggalkan ruangan.
"Elios, terima kasih" Marsya menatap datar Elios yang duduk di samping ranjang rumah sakit.
"kamu ini, kenapa setiap kali ketemu, kamu selalu dalam keadaan babak belur?" ucap Elios.
"entahlah, kamu kenapa bisa ada di area apartemen tadi?" ucap Marsya.
"tadi? Kejadiannya tadi malam Marsya sekarang udah hampir sore" ucap Elios membuat Marsya membelalakkan matanya,
Marsya mendudukkan dirinya di bantu oleh Elios, ia lalu mencari ponselnya, ia harus mengabari Adrian karena ia tidak masuk kerja.
"kamu cari ponsel?" ucap Elios memberikan ponsel milik Marsya yang sudah ia charge karena pagi tadi ponsel milik Marsya kehabisan daya.
"makasih ya" ucap Marsya, lalu ia menghidupkan ponselnya, banyak pesan masuk ke ponselnya, dari Adrian, Rayhan, serta Mona, dan Riana. Marsya tidak memperdulikan semua pesan masuk itu, ia menghubungi Adrian melalui panggilan.
Tuuttt tuuttt tuuttt
"hallo Marsya, kamu kemana aja? Astagaa kenapa kamu susah banget di hubungin sih" ucap Adrian di sebrang sana, sebenarnya ia tak masalah jika Marsya tidak masuk kerja karena Marsya sendiri hanya bekerja paruh waktu, yang jadi masalah adalah ketika nomor ponsel Marsya tidak aktif sedari semalam, ia takut terjadi apa-apa pada Marsya.
"maaf Adrian, aku gak bisa masuk kerja hari ini, aku di rumah sakit" ucap Marsya.
"di rumah sakit? kamu sakit? Rumah sakit mana?" ucap Adrian beruntun, ia sangat khawatir saat mendengar Marsya berada di rumah sakit. Marsya menatap Elios menanyakan di rumah sakit mana ia saat ini.
"Rumah sakit Mitra Kasih, lantai 2, ruang Vip" ucap Elios singkat, lalu Marsya memberitahukannya kepada Adrian. Setelah memberi tahu alamat rumah sakit dimana ia di rawat, Marsya pun memutuskan sambungan teleponnya.
"Elios kenapa harus Vip?" ucap Marsya, seumur hidupnya, ia tidak pernah ke rumah sakit, apalagi sampai di rawat di ruang Vip, pergi ke dokter pun hanya jika ia benar-benar merasa tubuhnya sakit saja seperti saat penyakit maag kronisnya kambuh, selain itu ia tidak pernah ke dokter, makanya ia sedikit terkejut saat dirinya di rawat di ruang Vip, ia takut biaya nya mahal, dan tidak mampu untuk membayarnya.
"kenapa?" ucap Elios, ia mendudukkan dirinya di ranjang pasien, di dekat kaki Marsya.
"Biaya pengobatannya berapa ya kira-kira? Bisa di pindah ke ruangan yang biasa aja ngga? Aku takut uang aku gak cukup" Marsya memikirkan biaya pengobatannya, ia takut uang nya tidak cukup, di tambah lagi ia belum menerima gaji.
"gak usah di pikirin Marsya, kamu hanya harus fokus sama diri kamu, kamu harus cepet pulih" ucap Elios.
'ck gak mikirin gimana, gua takut uang gua gak cukup, mana belom gajian lagi, duit dari mana gua buat bayar biaya rumah sakit, lagian kenapa harus di bawa ke rumah sakit coba' Marsya memanyunkan bibirnya, ia menggerutu dalam hati.
Elios mengulum senyum melihat Marsya yang cemberut, walaupun wajahnya babak belur dan di hiasi perban, tetapi tetap tidak menutupi wajah cantiknya, sebenarnya Elios tau apa yang Marsya pikirkan, karena ia tak sengaja melihat isi dompet Marsya saat dia mencari identitas diri Marsya untuk mengisi formulir pendaftaran di rumah sakit itu.
"gak usah di pikirkan Marsya, biayanya udah di bayar" ucap Elios.
"Eh jadi biayanya berapa? Kalo mahal nanti aku cicil yaa" ucap Marsya ia merasa tidak enak jika ia harus di bantu lagi oleh Elios, sungguh ia sudah banyak sekali merepotkannya.
"boleh, sebisa kamu aja" ucap Elios, ia tidak mengharapkan biaya ganti dari Marsya, tetapi ia tidak ingin menyinggung gadis itu.
Ddrrtttt drrttt drrttt Marsya meraih ponselnya, melihat ada panggilan masuk dari Rayhan membuat raut wajah Marsya berubah jadi dingin, dan datar.
"kamu dimana?" ucap Rayhan.
"kenapa?" ucap Marsya dengan raut wajah datarnya, ia merasa kesal karena Rayhan masih saja mau ikut dengan Mona, dan Riana, meskipun sebelumnya ia tahu Marsya babak belur karena mereka berdua meninggalkannya di kost milik Yosi, padahal Rayhan sendiri pernah menyuruhnya untuk menjauhi Mona, dan Riana. Marsya juga kesal saat Rayhan tak sadarkan diri, padahal Marsya dan Zaky bertengkar hebat malam itu.
"aku dari semalam nyariin kamu Sya, kamu gak ada di mana pun, gaada di apartemen, kamu kemana?" ucap Rayhan.
"aku pulang" ucap Marsya singkat.
"serius kamu pulang sendiri? Kamu ga bangunin aku?" ucap Rayhan.
Marsya menghela nafas kasar meredakan emosi yang memuncak di dadanya, ia memutuskan sambungan teleponnya.
Tok tok tok
ceklekkk
Marsya dan Elios mengalihkan pandangannya melihat pintu yang terbuka dari luar.
Adrian datang membawa 2 kantong kresek berwarna putih berisi makanan, dan minuman.
"ya ampun Marsyaaaa, muka lu babak belur lagi, lu kenapa sih hah? Kan udah gua bilang kalo terjadi sesuatu hubungin gua, batu banget sih lu, ini pasti gara-gara dua temen lu itu kan? Udah gua bilang kan buat jauhin mereka, trus mana pacar lu? Bukannya kmarin dia ikut?" Ucap Adrian sambil menangkup kedua pipi Marsya dan memeriksa lukanya, ia merasa sangat kesal pada teman-teman Marsya yang lagi-lagi membuat Marsya terluka.
"hhhh udah lah kmaren gua ikut karna ada Rayhan, taunya tetep aja gak bisa di andelin" ucap Marsya.
"eh, lu siapa?" Adrian terkejut saat Elios mendekat ke arahnya.
"ahh dia Elios, dia yang nolongin gua tadi malam Dri, dia juga yang nolongin gua waktu itu" ucap Marsya memperkenalkan Adrian dan Elios.
"makasih banyak ya bro udah nolongin adik gua, Marsya ini batu banget orangnya, udah gua suruh jauhin temen-temennya dan putusin pacarnya itu, tetep aja dia ga nurut, pacar apaan coba yang tetep berteman sama orang yang udah celakain pacarnya sendiri" ucap Adrian menggerutu, ia mengajak Elios duduk di sofa, dan mengajaknya mengobrol, ia menceritakan betapa kesalnya ia pada Marsya yang keras kepala.
jika berkenan mampir juga dikarya baruku trimakasih😊