XL (Extra Love)

“Akhirnya nikah juga lu, Bro.” Aldi memasuki kamar Kevin yang tengah bersiap merapikan tatanan pakaian serta penampilan sebagai raja sehari.

“Lagi deg-degan dia Al,” celetuk Sean yang sedari tadi sudah duduk di sana menemani sahabatnya.

Aldi tertawa. “Kevin ... Kevin ... sering nolakin cewek sih lu, jadi dapetnya yang hmm ...” Aldi menggelembungkan pipinya.

“Si*l, lu.” Kevin melempar bantal kecil yang ada di sofa ke arah Aldi dan Aldi langsung emnangkapnya sambil tertawa mengejek.

Sean pun ikut tertawa. “Tapi Ayesha cantik kok, Al. Cuma karena body nya yang XL jadi ketutup cantiknya.”

“Terserah ya lu pada mau ngeledekin gue apa? Tapi paling ngga masalah gue sama bokap selesai,” jawab Kevin yang lega karena akhirnya terbebas dari tuntutan sang ayah.

“Oh, jadi lu terima perjodohan ini hanya karena memeuhi syarat buat gantiin Om Kenan? Gila, kasihan dong tuh cewek,” kata Aldi.

“Ya, deritanya dia kenapa ada di deket gue,” ujar Kevin.

Sean menggelengkan kepalanya. “Awas lu bucin beneran, Kev.”

“Ngga akan,” jawab kevin tegas.

Setelah Kevin selesai dengan dandanan dan pakaian pengantinnya. Pria gagah itu keluar ditemani dua sahabatnya itu.

Hanin tersenyum melihat putranya yang tampak gagah. Ia teringat percakapan antara dirinya dan Rea dua puluh tahun lalu.

“Re, bagaimana kalau Ayesha besar nanti, aku jodohkan dengan Kevin,” ujar Hanin yang hanya ditanggapi seyuman oleh Rea.

“Ah, Mbak. Aku ga berani anakku jadi menantu keluarga Adhitama,” jawab Rea yang merasa keluarganya tidak sepadan dengan keluarga kaya dan terpandang itu.

“Ya ampun, Re. Memangnya aku juga dari keluarga kaya apa? Justru aku ingin nantinya putraku-putraku memilih istri dari orang biasa saja, yang penting baik. Dari pada kaya tapi tidak tulus,” ucap Hanin yang kerap ikut ke dalam pergaulan glamour sang suami.

Ia melihat banyak sekali mereka di sana yang hidup seperti kamuflase. Bahagia bersama istri dan anaknya tapi diluar mereka memliki kehangatan lain. bukan hanya lelakinya saja, yang wanitanya pun seperti itu.

Kevin berjalan mendekati kursi yang di sediakan. Ia duduk di depan bapak penghulu, Vicky, Kenan, dan di dampingi Gunawan juga Vinza di sebelahnya sebagai saksi.

“Re, kamu masih ingat dulu aku pernah memintamu untuk menjodohkan Kevin dan Ayesha?” tanya Hanin pada Rea yang duduk berdampingan.

Rea tersenyum dan mengangguk. “Ya, Mbak. Aku masih ingat.”

“Alhamdulillah, akhirnya terwujud juga.”

“Semoga mereka bahagia ya, Mbak,” kata Rea.

Hari ini adalah hari yang ditunggu Hanin dan Kenan karena akhirnya, putra sulung mereka menikah dengan wanita yang mereka inginkan. Kenan dan Hanin tak menyangka bahwa Kevin akan menyetujui perjodohan ini tanpa drama.

Sejak awal, sebagai orang tua, Hanin dan Kenan tidak ingin ikut campur dalam urusan cinta putra-putranya. Tapi, saat keadaan genting, ia bertemu dengan Ayesha tanpa sengaja, membuat ide dua puluh tahun itu muncul ketika melihat Ayesha yang tumbuh dewasa dengan perangai yang sopan.

Tak lama kemudian, Ayesha datang dengan menggunakan gaun yang mereka coba sebelumnya. Ayesha tampak sangat cantik dengan make up natural tapi tetap elegan. Walau ia tidak memiliki tubuh idola bak gitar spanyol, tetapi wajahnya memancarkan aura kecantikan yang tidak kalah memesona.

“Ayesha, cantik Re,” kata Kiara yang juga duduk di samping Rea.

“Alhamdulillah.”

Lalu, Kiara menoleh ke arah Hanin. “Kamu malah lebih dulu punya mantu, Han.”

Hanin tersenyum. "Lagi, kamu ga ngerestuin Aldi sama Kayla. Kasihan mereka pacaran mulu.”

“Mas Gun yang ngga setuju. Kalau aku mah terserah anak-anak aja.”

Kiara dan Hanin berbincang pelan.

Gunawan memang sangat protek pada kedua anaknya yang dua-duanya berjenis kelamin perempuan. Ia merasa takut kalau putrinya akan tersakiti seperti apa yang ia lakukan dulu terhadap Kiara. Oleh karena itu, ia sangat selektif memilih pasangan untuk kedua putrinya. Sedangkan ia tahu bagaimana kelakuan Aldi diluar. Ia juga tahu bahwa sebelumnya, Aldi juga seorang player.

Ayesha duduk di samping Kevin dan Kevin melirik sekilas ke arah Ayesha saat wanita itu duduk.

“Tenang Nak Kevin, sebentar lagi wanita disebelah Nak Kevin bisa dilihat terus sampai puas,” celetuk bapak penghulu yang melihat Kevin hanya menatap sekils calon istrinya dengan malu-malu.

Sontak semua orang yang mendengar celetukan itu pun tertawa, pasalnya pak penghulu itu berbicara menggunakan microfon.

Kenan dan Vicky ikut tertawa. Tapi Kevin hanya tertunduk malu. Ia hanya ingin melihat secantik apa Ayesha, karena saat wanita itu menghampirinya, ia mendengar ucapan orang-orang yang hadir bahwa pengantin wanitanya cantik.

“Baiklah, semua sudah hadir. Acara kita mulai sekarang,” ucap bapak penghulu yang sudah memiliki cucu itu.

Kenan dan Vicky mengangguk.

“Ayo, Pak Vicky jabat tangan mempelai prianya!” Bapak penghulu itu mengeratkan tangan kanan Vicky dan Kevin yang menyatu.

Kemudian, pria paruh baya itu melantunkan doa sebelum ijab qobul di mulai, hingga ia meminta Vicky untuk melanjutkannya.

“Saya nikahkan dan kawinkan ananda Kevin Putra Adhitama Bin Kenan Adhitama dengan putri saya yang bernama Ayesha Putri Prayoga Binti Vicky Prayoga dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas murni lima ratus gram dibayar tunai.”

Vicky menghentakkan kepalan tangannya agar Kevin melanjutkan apa yang ia ucapkan.

“Saya terima nikah dan kawinnya adinda Ayesha Putri Prayoga Binti Vicky Prayoga dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.”

“Sah ... Sah ... Sah ...” Bapak penghulu itu menoleh ke arah saksi dan para saksi pun mengangguk.

“Sah ...” Bapak penghulu itu kemudian melantunkan doa setelah ijab qobul.

Semua orang menengadahkan tangannya, begitu pun dengan Kevin. Ia tak menyangka bahwa dirinya akan se lancar itu mengucapkan ijab qabul. Tidak terendat dan tidak ada kata-kata yang slaah hanya dengan satu kali ucap. Entah mengapa ia bisa se lancar ini, padahal tiga hari sebelumnya ia selalu salah mengucapkan kalimat ini di depan cermin.

“Ayesha sudah menikah?” tanya Pak penghulu hendak menggoda mempelai wanita yang sedari tadi hanya diam menunduk.

Pikiran Ayesha memang sedang melanglang buana. Ia masih tak menyangka bahwa hari ini ia duduk di samping pria menyebalkan yang telah menyelamatkan nyawanya waktu itu. Hari ini ia akan menjadi Nyonya Kevin. Ah, mengingat perjanjian yang diucap Kevin waktu itu saja sudah emmbuatnya kesal. Tapi Ayesha tidak menganggap perjanjian itu, ia akan berusaha untuk menjadi istri yang baik bagi Kevin. Itu saja.

Ayesha pun mengangkat wajahnya ke arah pria paruh baya yang bertanya tadi. “Belum.”

“Lah, ijab qobul tadi apa?” tanya Pak penghulu itu lagi, membuat semua yang hadir tertawa.

Ayesha yang polos tertunduk malu dan Kevin pun melirik lagi ke arah wanita yang sekarang menjadi istrinya. Pipi Ayesha semakin merona ditambah hiasannya yang memang sudah merona.

“Dasar polos!" gumam Kevin dalam hati sambil menyugging senyum.