NovelToon NovelToon
JATUH UNTUK BANGKIT

JATUH UNTUK BANGKIT

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Cinta Terlarang / Pengganti / Crazy Rich/Konglomerat / Identitas Tersembunyi / Romansa
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Dri Andri

Elang Alghifari, CEO termuda yang sukses, dijebak oleh sahabat dan calon istrinya sendiri. Dalam semalam, ia kehilangan segalanya—perusahaan, reputasi, kebebasan. Tiga tahun di penjara mengubahnya dari pemimpin visioner menjadi pria yang hidup untuk satu tujuan: pembalasan.
Namun di balik jeruji besi, ia bertemu Farrel—mentor yang mengajarkan bahwa dendam adalah seni, bukan emosi. Setelah bebas, Elang kabur ke Pangalengan dan bertemu Anya Gabrielle, gadis sederhana yang mengajarkan arti cinta tulus dan iman yang telah lama ia lupakan.
Dengan identitas baru, Elang kembali ke Jakarta untuk merebut kembali segalanya. Tapi semakin dalam ia tenggelam dalam dendam, semakin jauh ia dari kemanusiaannya. Di antara rencana pembalasan yang sempurna dan cinta yang menyelamatkan, Elang harus memilih: menjadi monster yang mengalahkan musuh, atau manusia yang memenangkan hidupnya kembali.
Jatuh untuk Bangkit adalah kisah epik tentang pengkhianatan, dendam, cinta,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dri Andri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23: ELANG HARUS PERGI

#

Malam itu udara Pangalengan lebih dingin dari biasa—atau mungkin cuma perasaan Elang aja yang bikin segalanya terasa lebih mencekam. Warung Bu Marni udah tutup sejak maghrib, pelanggan terakhir udah pulang, dan sekarang cuma ada mereka berempat di ruang makan kecil yang diterangi lampu kuning redup: Elang, Anya, Bu Marni, dan Stella yang dateng terburu-buru setelah dapat telepon darurat dari Elang.

Elang berdiri di depan mereka—tiga perempuan yang dalam beberapa bulan terakhir udah jadi sesuatu yang mirip keluarga, sesuatu yang dia pikir gak akan pernah dia punya lagi setelah kehilangan semua di Jakarta. Tapi sekarang dia harus bilang sesuatu yang bakal ngancurin ketenangan kecil yang mereka bangun bersama.

"Aku harus pergi dari sini," katanya langsung—gak ada basa-basi, gak ada cara lembut buat bilang ini. Suaranya keluar lebih serak dari yang dia mau, tenggorokan terasa kering meskipun dia baru minum teh hangat.

Keheningan.

Bu Marni yang duduk di kursi dengan tangan dilipat di pangkuan menatapnya dengan mata yang mulai berkaca. Stella yang berdiri di pojok dengan laptop bag masih di bahu mengangguk pelan—dia udah duga ini bakal terjadi cepat atau lambat. Tapi Anya—Anya yang duduk paling deket dengan Elang—wajahnya langsung berubah dari bingung jadi shock jadi gak percaya.

"Pergi?" suaranya keluar kecil, gemetar. "Pergi kemana? Kenapa tiba-tiba?"

"Detektif Brian udah deket," Elang jelasin sambil duduk di kursi di depan Anya—gak kuat berdiri lagi, kaki rasanya lemes. "Dia udah dateng ke sini, udah liat aku, udah foto aku. Mungkin sekarang dia lagi bandingkan foto itu dengan foto lama aku. Dan kalau dia yakin—kalau Brian yakin—mereka bakal dateng lagi. Dengan lebih banyak orang. Dengan lebih banyak bahaya."

"Terus?" Anya bertanya dengan nada yang mulai naik, emosi yang dia coba tahan mulai bocor. "Terus mas kabur gitu aja? Ninggalin kita? Ninggalin..."

"Nya," Elang potong dengan lembut, tangannya mau raih tangan Anya tapi dia tarik lagi—takut sentuhan bakal bikin dia gak kuat buat bilang yang harus dia bilang. "Ini demi kebaikan kita semua. Kalau aku tetap di sini, kalian semua dalam bahaya. Brian bukan tipe orang yang main-main. Dia udah ngirim detektif, next dia bisa kirim... gak tau, preman, orang bayaran, apapun. Dan aku gak mau—" Suaranya patah sebentar, "—aku gak mau kalian terlibat dalam bahaya gara-gara aku. Udah cukup aku yang hancur. Gak perlu nambah korban lagi."

"Tapi mas—" Anya mencoba lagi, air mata udah mulai keluar meskipun dia lap cepat dengan punggung tangan.

"Anying," Bu Marni tiba-tiba bicara—suaranya lembut tapi ada ketegasan di sana, ketegasan ibu yang udah hidup cukup lama buat ngerti ada hal-hal yang gak bisa dilawan. "Kang Galang bener. Kalo Akang tetep di dieu, bahaya teh bakal dateng ka urang kabeh. Emak teu hayang Anya atanapi Kang Galang kenapa-napa."

Stella yang dari tadi diam akhirnya bicara dengan suara yang professional meskipun matanya juga berkaca. "Pak Elang harus pergi. Tapi bukan berarti kita kalah. Ini cuma... mundur sebentar buat susun strategi baru. Kita masih punya bukti. Kita masih punya rencana."

"Kemana mas mau pergi?" Anya bertanya dengan suara yang hampir bisikan, kayak takut jawaban bakal bikin semuanya jadi lebih nyata.

"Jakarta," Elang jawab—keputusan yang dia buat sejak sore tadi setelah detektif itu pergi. "Aku balik ke Jakarta. Bukan buat kabur, tapi buat... buat fase selanjutnya. Harris udah siapin semuanya. Identitas Galang Saputra udah legal, udah sempurna. Aku bisa masuk ke dunia Brian lagi, tapi kali ini sebagai orang lain. Sebagai konsultan yang dia gak tau adalah aku."

"Itu bahaya banget," Stella berkomentar dengan nada khawatir. "Kalau mas ketahuan—"

"Kalau aku ketahuan, setidaknya kalian aman di sini," Elang memotong dengan tegas. "Setidaknya kalian gak kena dampaknya. Itu yang penting."

Anya tiba-tiba berdiri, kursinya jatuh ke belakang dengan bunyi keras yang bikin semua orang tersentak. Air mata mengalir deras sekarang, dia gak peduli lagi buat sembunyiin. "Mas mau kemana?! Jangan tinggalin aku! Aku gak peduli bahaya atau gak, aku cuma... aku cuma gak mau mas pergi!"

Elang berdiri juga, langkah maju, kali ini dia gak tahan lagi—dia peluk Anya erat, tangan di belakang kepala yang berkerudung, menekan wajah gadis itu ke dadanya yang naik turun cepat karena napas yang gak teratur.

"Nya, dengerin aku," bisiknya dengan suara yang gemetar hebat. "Ini demi kebaikan kita. Aku gak mau kamu terlibat dalam bahaya. Aku gak mau suatu hari ada orang dateng ke sini nyakitin kamu gara-gara kamu dekat sama aku. Aku gak akan tahan kalau itu terjadi. Aku lebih baik mati daripada liat kamu kenapa-kenapa."

Anya nangis lebih keras—tangisan yang keluar dengan suara, dengan isakan yang bikin bahu gemetar. Tangan kecilnya mencengkeram kaos Elang di belakang dengan grip yang desperate, kayak kalau dia lepas, Elang bakal menguap jadi asap.

"Tapi aku... aku cuma baru dapet mas," katanya dengan suara yang teredam di dada Elang. "Baru beberapa bulan. Belum cukup. Aku belum cukup lama sama mas. Aku belum..."

Elang gak bisa jawab karena tenggorokannya tersumbat oleh sesuatu yang panas dan keras. Dia cuma peluk lebih erat, mata menatap langit-langit warung yang udah dia kenal setiap retaknya, berusaha keras jangan sampe dia ikut nangis di depan mereka.

Bu Marni berdiri dengan susah payah—lututnya udah gak sekuat dulu—jalan mendekat, tangan gemetar menyentuh punggung Elang dengan kelembutan yang bikin pertahanan Elang hampir runtuh total.

"Kang Galang," suaranya bergetar, "Kang udah kayak anak emak sendiri. Udah kayak... kayak pengganti anak cowok sing emak gak pernah punya. Hati-hati ya, Kang. Jaga diri. Jangan sampe... jangan sampe emak kehilangan Akang kayak kehilangan bapa Anya dulu."

Sekarang air mata Elang jatuh—gak bisa ditahan lagi. Dua tiga tetes yang panas dan menyakitkan, jatuh ke kerudok Anya yang basah karena air matanya sendiri.

"Emak," dia bisik dengan suara yang hampir gak keluar, "maafin aku. Maafin aku udah bawa masalah ke sini. Maafin aku—"

"Ssshhh," Bu Marni mengelus punggungnya kayak ngelus anak kecil yang takut. "Gak ada sing kudu dimaafin. Akang udah kasih kebahagiaan ka emak sama Anya. Udah kasih kehangatan di rumah sing udah lama dingin. Itu cukup. Itu lebih dari cukup."

Mereka berdiri kayak gitu—tiga orang yang dipeluk dalam kesedihan dan kepergian yang gak ada yang mau tapi harus terjadi. Stella di pojok lap matanya diam-diam dengan punggung tangan, jaga laptopnya biar gak keliatan nangis meskipun jelas dia juga terharu.

Akhirnya Elang lepas pelukan, mundur sedikit, lap air mata Anya dengan ibu jari dengan gerakan yang lembut. "Aku janji balik," katanya dengan suara yang berusaha yakin meskipun dia sendiri gak tau bisa janji itu ditepatin atau gak. "Aku janji begitu semua ini selesai, aku balik ke sini. Balik ke kalian."

"Kapan mas pergi?" Anya bertanya dengan suara yang masih serak.

"Subuh. Bus pertama jam lima pagi."

"Sebentar lagi dong," Anya bisik dengan putus asa. "Gak cukup. Waktu kita gak cukup."

"Gak akan pernah cukup," Elang akuin dengan jujur yang menyakitkan. "Meskipun aku punya setahun, dua tahun, sepuluh tahun—gak akan pernah cukup buat bilang selamat tinggal ke kalian."

Malam itu Elang gak tidur. Dia duduk di kamar kecilnya, packing barang-barang yang sedikit—beberapa potong baju, kartu identitas Galang Saputra, flashdisk berisi semua bukti, foto ibunya yang udah menguning. Dan bunga edelweiss kering dari Anya yang dia bungkus hati-hati dengan tisu, simpen di kantong paling dalam tas.

Jam empat pagi, adzan subuh berkumandang. Elang sholat di kamar—sholat terakhir di tempat ini, mungkin. Sujudnya lama, dahi di sajadah dengan air mata yang basahin kain, berbisik doa yang dia sendiri gak yakin didenger atau gak.

Jam setengah lima, dia turun dengan tas di punggung. Anya udah nunggu di teras dengan mata bengkak—jelas dia gak tidur semalam. Bu Marni juga ada, bawa bungkusan kecil dengan nasi bungkus dan lauk.

"Buat perjalanan," katanya sambil maksa masukin ke tas Elang meskipun udah penuh. "Jangan lupa makan, Kang."

"Makasih, Mak," Elang bisik—kata 'Mak' keluar natural, kayak dia emang anaknya.

Anya melangkah maju dengan tangan di belakang, kayak sembunyin sesuatu. Lalu dia keluarin—tasbih kayu sederhana dengan butiran yang udah lusuh dari sering dipakai.

"Mas," katanya dengan suara yang berusaha gak gemetar, "ini tasbih almarhum bapak. Bapak dulu selalu bawa kemana-mana. Bilang ini... ini pengingat buat selalu inget Allah di tengah dunia yang keras. Aku mau mas bawa. Biar mas selalu inget Allah di tengah dendam yang mas punya."

Elang terima tasbih itu dengan tangan yang gemetar. Kayu udah mulus dari sentuhan bertahun-tahun, ada kehangatan di sana yang gak bisa dijelasin—kehangatan dari doa-doa yang dibisikkan sambil butiran digerakkan satu per satu.

"Anya," suaranya pecah total sekarang, gak bisa disembunyiin lagi. "Aku... aku gak pantas nerima ini."

"Mas pantas," Anya bilang dengan mata berkaca tapi senyum yang berusaha tulus. "Mas pantas dapet semua kebaikan. Dan aku... aku cuma bisa kasih ini. Biar mas gak lupa jalan pulang. Bukan cuma pulang ke Pangalengan, tapi pulang ke... ke jalan yang bener."

Elang gak tahan lagi. Dia tarik Anya ke pelukan, tangan bebas ngelus rambut yang berkerudok dengan desparate, bibir menyentuh jidat gadis itu dengan lembut—bukan ciuman romantis, tapi ciuman sayang, ciuman janji, ciuman perpisahan yang gak tau kapan ketemu lagi.

"Tunggu aku, Nya," bisiknya dengan suara yang nyaris gak kedengeran. "Aku janji balik. Aku janji gak akan ninggalin kamu selamanya. Tunggu aku."

"Aku tunggu," Anya bisik balik dengan suara yang patah-patah. "Berapa lama pun. Aku tunggu."

Bus dateng dengan bunyi klakson yang memecah moment. Elang lepas pelukan, mundur dengan susah payah—setiap langkah mundur rasanya kayak dicabut paksa. Naik tangga bus, duduk di kursi belakang, menatap keluar jendela.

Anya berdiri di pinggir jalan dengan Bu Marni, tangan melambaikan pelan meskipun air mata mengalir deras. Bus mulai jalan, perlahan menjauh, dan Elang menatap mereka sampai jadi titik kecil, sampai tikungan jalan bikin mereka hilang dari pandangan.

Cuma setelah itu dia biarkan dirinya benar-benar nangis—nangis dengan suara yang ditahan biar penumpang lain gak denger, tangan mencengkeram tasbih kayu sampai buku-buku jari memutih, kepala bersandar di kaca jendela yang dingin.

Dia ninggalin sesuatu yang berharga di Pangalengan. Dan dia gak tau—beneran gak tau—apakah dia bakal bisa balik buat ambil itu lagi, atau ini perpisahan terakhir.

---

**[Bersambung ke Bab 24]**

1
Dessy Lisberita
aku kok suka nya elang sama. stella ya thoor
Dri Andri: sayangnya elang udah jatuh cinta sama anya
total 1 replies
Dessy Lisberita
lanjut
Dri Andri: oke simak terus yaa
total 1 replies
Rizky Fathur
hancurkan Brian Thor sehancur hancur Thor bongkar semua kebusukannya Brian Thor jangan bikin elang naif memaafkan Brian pas Brian memohon ampunan jangan libatkan keluarganya bikin elang tidak perduli bikin elang berbisik kepada Brian Brian keluargamu bagiamana bikin di sini Brian sampai memohon jangan libatkan keluarganya bikin elang tidak perduli Dan tertawa jahat Thor hahahaha
Dri Andri: perlahan aja ya😁k
total 2 replies
Rizky Fathur
Thor cepat bongkar kebusukan Brian Thor bikin elang kejam kepada musuhnya musuhnya bantai Sampai ke akar akarnya bersihkan nama baiknya elang Thor bikin di sini sifatnya jangan naif Thor
Rizky Fathur
cepat bantai Brian dengan kejam Thor bongkar semua kebusukannya ke media Thor bikin elang bersihkan namanya Dan Ambil lagi semua hartanya bikin elang tuntut balik orang yang melaporkannya dulu Dan yang memfitnahnya dulu dengan tuntutan puluhan milyar bikin elang kejam kepada musuhnya Thor kalau perlu tertawa jahat dan kejam berbicara akan membantai keluarganya Brian bikin Brian memohon ampunan jangan libatkan keluarganya kepada elang bikin elang tertawa jahat hahahaha Brian aku tidak perduli habis itu pukulin Brian sampai pingsan
Dessy Lisberita
lanjut
Dri Andri: gaskeun
total 1 replies
Rizky Fathur
lanjut update thor ceritanya seru cepat buat elang Ambil kembali asetnya bongkar kebusukan Brian bikin elang kejam Thor sama Brian bilang akan bantai keluarganya Brian bikin Brian memohon ampunan jangan libatkan keluarganya bikin elang tidak perduli bikin elang tertawa jahat Thor
Rizky Fathur: bikin elang kejam Thor bongkar kebusukan Brian ke media bersihkan nama baiknya elang Thor bikin elang tuntut balik yang memfitnahnya Dan menjebaknya itu dengan tuntutan berapa ratus Milyar Thor
total 2 replies
Dessy Lisberita
bangkit lah elang
Dessy Lisberita
jngan terlalu percaya sama saudara ap lagi sama orang asing itu fakta
Rizky Fathur
lanjut update thor ceritanya bikin elang menang bikin Jefri kalah Thor kalau perlu Hajar Jefri sampai luka parah
Dri Andri: gas bro siap lah perlahan aja ya makasih udah hadir
total 1 replies
Kisaragi Chika
bentar, cepat banget tau2 20 chapter. apa datanya disimpan dulu lalu up bersamaan
Dri Andri: hehehe iyaa
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!