MONSTER KEJAM itulah yang Rahayu pikirkan tentang Andika, suaminya yang tampan namun red flag habis-habisan, tukang pukul kasar, dan ahli sandiwara. Ketika maut hampir saja merenggut nyawa Rahayu di sebuah puncak, Rahayu diselamatkan oleh seseorang yang akan membantunya membalas orang-orang yang selama ini menginjak-injak dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BI STORY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Api Dendam Rahayu
BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
Harapan Rahayu hancur berkeping-keping saat pintu belakang ruang kerjanya ditendang paksa hingga engselnya berderit memilukan. Ia sempat mengira itu adalah tim keamanan Pak Baskoro, namun aroma tembakau murah dan alkohol yang menyengat segera membuyarkan angan itu.
Lima pasang langkah kaki berat memasuki ruangan. Rahayu, yang indra pendengarannya kini menjadi satu-satunya kompas, bisa merasakan aura ancaman yang pekat.
"Kalian siapa?" suara Rahayu serak, tangannya yang gemetar masih menggenggam ponsel darurat.
"Sayang sekali, Nyonya Besar. Tidak akan ada yang datang menyelamatkanmu," sebuah suara berat dan serak menyahut. Itu adalah Joni, pemimpin gerombolan tersebut.
Tubuhnya yang besar dipenuhi tato naga yang melilit hingga ke leher. Di belakangnya, Rico, Martin, Evan, dan Jojo berdiri mengepung, wajah-wajah mereka tampak haus akan kekejaman.
Rahayu tidak tahu bahwa pada detik yang sama, beberapa puluh kilometer dari mansion itu, mobil sedan hitam milik Pak Baskoro telah berubah menjadi rongsokan besi yang terbakar setelah dihantam truk kontainer di sebuah persimpangan sepi.
Pak Baskoro, sang mantan kolonel yang menjadi tumpuan harapan terakhirnya, tewas seketika sebelum sempat memberikan koordinat terakhir kepada tim medis.
Tak lama kemudian, sebuah ambulans dan dua mobil keamanan pribadi tiba di gerbang depan mansion. Cahaya lampu dari kendaraan itu memantul di jendela-jendela besar, namun keadaan di dalam rumah tampak tenang secara menipu.
Bu Citra, ibu mertua Rahayu yang berhati dingin, keluar menemui mereka dengan daster sutra yang rapi, seolah-olah ia baru saja terbangun dari tidur yang nyenyak.
Wajahnya menunjukkan ekspresi kebingungan yang sangat meyakinkan.
"Ada apa ini? Mengapa ada ambulans di rumah saya malam-malam begini?" tanya Bu Citra dengan nada lembut namun penuh wibawa.
"Kami menerima panggilan darurat dari Pak Baskoro atas nama Ibu Rahayu, Nyonya," jawab salah satu petugas medis dengan ragu.
Bu Citra tertawa kecil, suara yang terdengar seperti gesekan logam.
"Pak Baskoro? Oh, pengacara tua itu memang sudah mulai pikun belakangan ini. Mungkin dia salah sambung. Seperti yang Anda lihat, rumah ini tenang. Rahayu dan Andika sedang beristirahat di kamar mereka. Tidak ada keadaan darurat di sini. Silakan pergi sebelum saya menuntut kalian atas dasar gangguan ketenangan."
Petugas medis itu saling berpandangan. Tanpa konfirmasi langsung dari Rahayu, atau Pak Baskoro yang kini sudah tak bernyawa, mereka tidak memiliki wewenang hukum untuk masuk paksa. Dengan berat hati, iring-iringan penyelamat itu berbalik arah, meninggalkan Rahayu dalam cengkeraman monster yang sebenarnya.
Di ruang kerja, Rahayu mencoba melawan, namun Joni dengan mudah merebut ponsel dan gunting kecil dari tangannya. Ia dilemparkan kembali ke sofa kulit, luka bakar di lengannya tergesek sandaran kursi, membuatnya menjerit tertahan.
"Jangan kasar-kasar, Joni. Ingat pesan Nyonya Citra," Rico memperingatkan sambil menyeringai, memperlihatkan gigi-giginya yang kuning se kuning jagung hibrida.
Pintu terbuka, dan Bu Citra masuk dengan senyum kemenangan. Di tangannya, ia membawa sepotong roti tawar yang sudah kering dan segelas air yang terlihat keruh. Ia meletakkannya di atas meja di depan Rahayu yang tak berdaya.
"Makanlah, Rahayu. Aku tidak ingin kamu pingsan terlalu cepat. Malam ini akan menjadi malam yang sangat panjang untukmu," bisik Bu Citra. Ia mengelus rambut Rahayu dengan gestur ibu yang penuh kasih, namun kuku-kukunya yang tajam sengaja menekan kulit kepala Rahayu.
"Kenapa, Bu? Kenapa Ibu melakukan ini padaku?" bisik Rahayu dengan air mata yang mulai mengering.
"Karena kamu terlalu kuat, Rahayu. Karena harta ayahmu seharusnya menjadi milik Andika sepenuhnya, tanpa syarat, tanpa istrimu yang sok pintar ini ikut campur. Dan karena kamu sudah melihat apa yang tidak seharusnya kamu lihat di kamar tadi, maka aku harus memastikan kamu benar-benar hancur secara mental sehingga tidak ada satu orang pun yang akan mempercayai kata-katamu selamanya."
Bu Citra berbalik menghadap lima pria itu.
"Dia milik kalian malam ini. Lakukan apa saja, tapi jangan sampai dia mati sebelum fajar. Saya ingin dia masih bernapas saat menandatangani surat pengalihan saham itu besok pagi dengan sisa-sisa kewarasannya yang hilang."
Malam jahanam dimulai. Setelah Bu Citra keluar dan mengunci pintu ruang kerja dari luar, suasana menjadi hening yang mencekam. Hanya suara detak jam dinding yang terdengar, beradu dengan napas berat kelima pria itu.
"Siapa yang duluan?" tanya Jojo sambil mulai membuka kancing kemejanya yang ketat.
"Aku ketuanya, jadi aku yang buka segelnya," Joni melangkah maju. Ia mendekati Rahayu yang meringkuk di sudut sofa.
Rahayu meraba sekelilingnya dengan putus asa. Tangannya menyentuh roti tawar yang diberikan Bu Citra. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa ini adalah akhir dari segalanya jika ia tidak bertindak. Rasa lapar yang tadinya menyiksa kini menghilang, digantikan oleh adrenalin murni yang membakar pembuluh darahnya.
"Jangan mendekat..." suara Rahayu bergetar, namun matanya yang buta menatap lurus ke depan seolah-olah ia bisa melihat kegelapan di jiwa Joni.
"Kamu cantik juga kalau sedang ketakutan begini, Rahayu," Evan menimpali sambil tertawa mengejek.
"Tuan Andika benar-benar bodoh menyia-nyiakan wanita sepertimu."
Joni mencengkeram pergelangan kaki Rahayu dan menyeretnya ke tengah ruangan. Rahayu meronta, menendang dengan kaki yang terluka, namun kekuatannya tidak sebanding. Martin dan Rio memegangi tangannya, menekan luka bakarnya hingga Rahayu hampir kehilangan kesadaran karena rasa sakit yang luar biasa.
"Dengar," bisik Joni di telinga Rahayu, napasnya berbau busuk.
"Ini bukan hanya tentang uang. Ini tentang menghancurkan kesombongan keluarga Rio yang terhormat itu."
Di luar, hujan mulai turun dengan deras, seolah-olah langit ikut menangisi nasib tragis yang menimpa putri kandung tunggal Pak Rio itu. Di dalam kamar atas, Andika dan Santi masih terlelap, sama sekali tidak peduli bahwa di lantai bawah, "istri sah" rumah ini sedang dijatuhkan ke dalam lubang neraka yang paling dalam.
Rahayu merasakan tangan-tangan kasar mulai merobek daster basahnya. Ia berteriak sekencang mungkin, namun suara musik yang dibunyikan Bu Citra dan dinding ruang kerja yang kedap suara menelan habis jeritannya.
Dalam kegelapan total indranya, ia bersumpah. Jika ia berhasil melewati malam jahanam ini, ia tidak akan hanya menjadi pemburu. Ia akan menjadi kematian itu sendiri bagi mereka semua.
Fajar menyingsing dengan dingin, membawa cahaya yang tak diinginkan ke dalam ruang kerja yang kini berantakan. Rahayu meringkuk di sudut lantai yang lembap, daster sutranya telah berubah menjadi kain perca yang hina.
Ia menangis tanpa suara, air matanya bukan lagi bentuk kesedihan, melainkan lelehan luka yang membakar jiwa. Tubuhnya remuk, namun di balik kelopak matanya yang bengkak, api dendam menyala lebih hebat dari kebakaran yang hampir merenggut nyawanya.
Pintu terbuka sedikit. Bi Nina, satu-satunya orang di rumah itu yang masih memiliki nurani, menyelinap masuk dengan wajah pucat pasi. Ia meletakkan sepiring nasi hangat, daging dan segelas air di depan Rahayu.
"Makanlah, Non... Biar ada tenaga," bisik Bi Nina terisak, tak tega melihat pemandangan tragis di depannya.
Tanpa sepatah kata, Rahayu meraba piring itu. Meski tangannya gemetar hebat, ia mulai menyuapkan nasi ke mulutnya dengan rakus.
Setiap kunyahan adalah janji kematian bagi semua iblis yang menyiksanya. Ia tidak lagi makan untuk mengenyangkan perut, melainkan untuk memberi makan monster dendam yang kini lahir di dalam dirinya.
Ia harus bertahan hidup, bukan untuk kembali menjadi wanita yang tertindas, melainkan untuk menjadi malaikat maut yang akan mencabut nyawa mereka satu per satu.
BERSAMBUNG
jangan lupa mampir juga keceritaku PENJELAJAH WAKTU HIDUP DIZAMAN AJAIB🙏