Aruna Azkiana Amabell perempuan berusia dua puluh lima tahun mengungkapkan perasaannya pada rekan kerjanya dan berakhir penolakan.
Arshaka Zaidan Pradipta berusian dua puluh enam tahun adalah rekan kerja yang menolak pernyataan cinta Aruna, tanpa di sangka Arshaka adalah calon penerus perusahaan yang menyamar menjadi karyawan divisi keuangan.
Naura Hanafi yang tak lain mama Arshaka jengah dengan putranya yang selalu membatalkan pertunangan. Naura melancarkan aksinya begitu tahu ada seorang perempuan bernama Aruna menyatakan cinta pada putra sulungnya. Tanpa Naura sangka Aruna adalah putri dari sahabat dekatnya yang sudah meninggal.
Bagaimana cara Naura membuat Arshaka bersedia menikah dengan Aruna?
Bagaimana pula Arshaka akan meredam amarah mamanya, saat tahu dia menurunkan menantu kesayangannya di jalan beberapa jam setelah akad & berakhir menghilang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7. Mimom, kita seperti pengintai
“Danu kamu sudah melakukan yang aku minta?”
“Sudah tuan. Restoran hotel XX jam tujuh malam hari ini, reservasi atas nama Arshaka Zaidan Pradipta. Untuk dua puluh orang,” jawab Danu pada Arshaka.
“Kosongkan jadwalku di jam tersebut Danu. Aku tetap harus datang,”
“Baik tuan muda. Tuan?”
“Ada apa?”
“Nona Davina menunggu di luar,”
“Suruh masuk saja. Kamu tetap di sini, aku tidak mau nanti ada gosip. Lebih kalau tiba-tiba mama atau aunty Imel datang,”
Naura emang sering tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan, benar-benar tidak dapat diduga. Dia tidak ingin membuat masalah dengan mamanya, terleih jika melihat Davina ada di sana.
Naura akhir-akhir ini memang sedikit tidak suka dengan Davina, karena menurut Naura, gadis itu hanya memanfaatkan putranya.
“Silahkan masuk nona,” Danu mempersilahkan masuk Davina.
Davina masuk dan langsung duduk begitu saja di hadapan Arshaka, menurutnya itu sudag biasa karena mereka memang bersahabat dari kecil.
Davina adalah salah satu model papan atas, dia juga menjadi BA salah satu produk yang ada di perusahaan Pradipta Company. Semua tentu tidak lepas dari bantuan Arshaka selaku anak pemilik perusahaan.
“Ada apa Davina? Tumben,” ucap Arshaka santai.
“Ck ... masa tidak boleh mengunjungi sahabat.”
“Boleh. Tapi ini masih jam kerja, tumben kemari”
“Aku mau mengajakmu makan siang,”
Arshaka berdiri dan pindah duduk di sofa, mereka berbincang di sofa. Davina duduk di samping Arshaka dengan jarak yang lumayan dekat, hal itu membuat Danu justru risih melihatnya.
“Ehm, tu-,”
“Tok .. tok .., tok,”
Seseorang mengetuk pintu dari luar, Danu tidak jadi melanjutkan ucapannya. Dia membuka pintu untuk melihat siapa yang datang.
Ceklek
Entah kenapa kedatangan orang tersebut membuat Danu lega, setidaknya dia tidak akan melihat Davina yang menempel terus pada bosnya.
Apakah Arshaka tidak risih? Sebenarnya dia risih juga, namun karena Davina adalah sahabatnya dari kecil. Beberapa kali dia juga melamar Davina, namun di tolak. Karena hal itu Arshaka tidak terlalu perduli saat Davina menempel.
“Aku diminta bu Imel menyerahkan ini. Sepertinya kedatanganku tidak tepat, aku kembali lagi saja” ucap Aruna.
Aruna yang datang membawa beberapa berkas untuk di tanda tangani Arshaka, ada beberapa pengajuan yang harus segera di approve. Divisi periklanan membutuhkan segera biaya untuk proses produksi iklan.
“Kamu masuk saja Ar, tidak apa-apa. Lagi pula yang di dalam bukan klien, hanya teman. Teman tuan Arshaka,” ucap Danu penuh penekanan seoalah mengatakan pada Aruna untuk tidak perlu khawatir atau cemburu.
Aruna mengerutkan dahinya sambil menggeleng. “Kasihan Danu. Aku tidak bisa membayangkan setertekan apa dia menghadapi Arshaka,” batin Aruna.
Dia kemudian berjalan masuk mengekori Danu yang berjalan di depannya, kedua manik mata Arshaka dan Aruna saling bertemu. Aruna kemudian sedikit mengerutkan dahinya, dia melihat di samping Arshaka duduk seorang perempuan dengan jarak yang sangat dekat. Bahkan nyaris menempel, Aruna mengalihkan pandangannya.
“Kia please move on. Kenapa kamu harus merasa sakit hati. Toh dia menolakmu, mana bisa kamu di bandingkan dengan perempuan sexy yang duduk itu” ucapnya dalam hari.
Arshaka yang tahu mendapatkan tatapan aneh dari Aruna, dia seketika bangkit dan kembali duduk di kursinya.
“Bu Imel meminta saya untuk menyerahkan ini. Beberapa berkas yang harus anda approve karena divisi periklanan sudah harus melakukan proses produksi iklan,” ucap Aruna dengan mata menatap Arshaka, namun sebenarnya pandangannya melamun kedepan.
Arshaka membaca berkas-berkas tersebut. “Kita mau makan siang di mana?” ucap Arshaka tiba-tiba.
Aruna mengerutkan dahinya, dia bingung kenapa Arshaka bertanya seperti itu.
“Bukan kamu, tapi aku tanya dia” tunjuk Arshaka pada Davina.
Untungnya Aruna diam, pasti akan sangat malu kalau dia bicara dan mengira ucapan bosnya tadi untuknya.
“Saya sadar diri. Jadi tuan Arshaka tidak perlu menjelaskan, saya sudah paham” ucapan Aruna begitu tegas tanpa keraguan.
Deg
Ucapan yang mampu membuat Arshaka diam dengan tatapan dingin, Aruna kemudian pergi dari ruangan itu tanpa menatap Arshaka.
“Sepertinya kita tidak bisa makan siang. Aku harus ke lokasi pemotretan,” ucap Davina.
“Tidak apa-apa Davina. Bisa lain kali,” Arshak justru senang karena tidak jadi makan siang karena mood nya sudah cukup buruk.
*
*
*
Jam tujuh malam anak-anak divisi keuangan sudah mulai berdatangan, memenuhi undangan Arshaka yang pernah bekerja sebagai salah satu tim mereka selama beberapa bulan.
Makan malam dengan tujuan sebagai salam perpisahan dan rasa terimakasihnya terhadap divisi keuangan, selama beberapa bulan dia akui banyak belajar dari divisi tersebut.
Aruna awalnya tidak mau ikut, tapi karena Imelda sendiri yang membujuk. Mau tak mau dia ikut, dengan dalih makan malam kali ini sebagai bentuk perpisahan mereka. Karena Aruna juga tidak akan lagi bekerja sebagai divisi keuangan, namun Imel tetap minta dia harus tetap membantu saat tim delta 1 dalam masalah.
Aruna tidak keberatan dengan hal tersebut, karena secara struktur tim delta memang bukan milik perusahaan. Melainkan milik Imelda Pradipta sebagai pendiri tim delta 1.
“Apa kamu berniat pergi ke Austria Ar?” tanya Rika saat mereka dalam lift menuju lantai tempat restoran berada.
“Mungkin mbak, tapi belum pasti juga. Masih abu-abu,” jawabnya.
Tanpa mereka tahu di paling belakang tertutup kerumunan beberapa orang yang juga menggunakan lift yang sama, ada Arshaka bersama Danu.
“Dia mau ke Austria? Apa dia mau cuti,” batin Arshaka.
Tidak terasa pintu lift terbuka, Aruna dan Rika keluar lebih dahulu. Sedangkan Arshaka bersama Danu menyusul, dia tidak ingin ketahuan kalau mereka mendengar percakapan Aruna dan rekannya tadi.
"Mimom kita seperti pengintai, tahu! Kita ngapain sih nyamar kayak gini?” gerutu Hana yang harus menyamar dengan menampilan yang menurutnya aneh.
“Sssttt ... adek jangan berisik, nanti ketahuan” bisik Naura.
“Om Tama please deh. Gue yang tampan ini jadi kayak ondel-ondel,” giliran Arya yang protes.
Tama menahan tawanya melihat penampilan istri bosnya bersama dua anak mereka saat ini, Naura yang tahu putranya mengadakan makan malam dengan divisi keuangan tentu akan memanfaatkan situasi tersebut.
Dia sudah menyusun rencana, bak pengintai dia dan kedua anaknya melakukan penyamaran. Menggunakan kaca mata hitam, masker hitam juga tak lupa topi, hanya Tama yang berpakaian normal dari mereka berempat.
“Hmm. Apa aku tidak salah lihat?” gumam Danu karena seperti melihat istri bosnya bersama dengan dua anaknya, Danu kemudian berlalu karena tidak mungkin mereka dalah keluarga atasannya.
Mereka bertiga mengendap-endap seperti pengintai, sedangkan Tama berjalan seperti biasa. Dia hanya perlu memastikan bahwa Arshaka tidak melihatnya.
“Kalian ngapain di sini?” tanya Danu. Dia merasa dari tadi ada yang mengintai Arshaka, benar ternyata. Namun dia terkejut saat melihat mereka adalah ibu dan adik-adik Arshaka, terlebih di sana ada Tama.
Tama kemudian membisikkan sesuatu pada Danu, membuat pria itu membelalak tak percaya. “Haa? Apa aku tidak salah dengar?” ucapnya pada Tama yang merupakan senior Danu.
“Pilihanmu Cuma ada satu. Membantu nyonya,” ucap Tama tegas.
Danu hanya manggut-manggut, dari pada dia di pecat lebih baik dia membantu.
“Tama, kenapa Danu ada di sini?” Naura terkejut dengan kehadiran Danu, begitu juga dengan Arya dan Hana.
“Ck ... sudah gue bilang gak usah nyamar. Tetap saja bakal ketahuan mata-mata in mereka,” gerutu Arya.
“Danu ada di pihak kita nyonya. Nyonya tidak perlu khawatir,” ucapan Tama membuat mereka bertiga lega.
Danu akhirnya kembali menemui Arshaka di privat room yang sudah mereka pesan untuk makan malam, dia tidak habis pikir ternyata keluarga Pradipta unik. Setidaknya itulah menurut Danu, sepertinya dia akan menikmati kegilaan ibu dan dua adik Arshaka malam ini.
sia nnti aku mmpir
terima ksh sll mendukung