Membaca novel ini mampu meningkatkan imun, iman dan Imron? Waduh!
Menikah bukan tujuan hidup Allan Hadikusuma. Ia tampan, banyak uang dan digilai banyak wanita.
Hatinya telah tertutup untuk hal bodoh bernama cinta, hingga terjadi pertemuan antara dirinya dengan Giany. Seorang wanita muda korban kekerasan fisik dan psikis oleh suaminya sendiri.
Diam-diam Allan mulai tertarik kepada Giany, hingga timbul keinginan dalam hatinya untuk merebut Giany dari suaminya yang dinilai kejam.
Bagaimana perjuangan Allan dalam merebut istri orang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BSMI 23
Allan tiba di rumah sakit dan segera masuk ke dalam ruangannya. Kebetulan ia sengaja datang lebih awal sehingga belum ada antrian pasien di depan pintu ruangan. Hari ini perjuangan merebut istri orang akan dimulai. Sebuah perbuatan tercela yang tidak pernah dibayangkan akan dilakukan olehnya.
Mengingat perpisahan dengan Ayra beberapa tahun lalu membuat Allan menutup rapat-rapat pintu hatinya untuk cinta.
Tetapi nasib memang tak bisa ditebak. Takdir mempertemukannya dengan Giany, yang akhirnya dapat mengisi kekosongan di hati Allan.
Tok Tok Tok
Terdengar suara ketukan pintu membuat Allan menoleh ke depan sana. Raut wajahnya pun berubah datar saat menyadari siapa yang sedang berdiri di ambang pintu dengan posisi cukup menantang.
“Oh, kamu. Ada apa?” tanya Allan.
Desta yang tidak terima dengan tindakan Allan yang membawa istrinya pergi langsung memasuki ruangan itu.
“Saya tahu istri saya ada di rumah kamu. Saya bisa laporkan kamu kalau kamu tidak kembalikan dia kepada saya.” Tanpa basa-basi Desta mengutarakan tujuannya menyambangi Allan.
Allan terkekeh, kemudian berdiri tepat di hadapan Desta. “Mau lapor polisi, yakin?”
Walaupun ucapan Allan benar-benar telah membakar emosi Desta, akan tetapi ia mencoba menahannya.
“Ingat satu hal, Giany masih istri saya. Jadi orang yang paling berhak atas dia adalah saya. Secara hukum, kamu bersalah karena menyembunyikan istri orang.”
“Kamu mengerti hukum juga, ya …” ujar Allan santai. “Kalau begitu saya tidak perlu jelaskan apa hukum yang berlaku untuk kekerasan dalam rumah tangga yang kamu lakukan kepada Giany, sampai menyebabkan hilangnya nyawa anak kamu sendiri.”
“Itu hanya sebuah kecelakaan!”
“Bagaimana dengan lebam di tubuh Giany? Itu juga kecelakaan?”
Tidak terima dengan tindakan Allan yang baginya terlalu ikut campur dalam urusan rumah tangganya, Desta pun mulai menebak dalam benaknya, mengapa sang dokter begitu membela Giany. Ia menarik kerah kemeja Allan setelahnya.
“Apa yang kamu inginkan sebenarnya?” tanya Desta.
Allan tersenyum penuh makna. Ia melepas tangan Desta yang masih berada di leher kemejanya. “Membebaskan Giany dari suami seperti kamu. Silakan kamu lakukan apapun sesuka kamu, tapi saya tidak akan melepaskan Giany.”
Tangan Desta mengepal geram. Allan baru saja menabuhkan genderang peperangan secara terang-terangan. Melalui ucapan Allan, Desta dapat mengambil kesimpulan bahwa sang dokter ingin merebut Giany darinya.
“Kamu mau rebut Giany dari saya? Tidak akan bisa, karena saya tidak akan pernah menceraikan dia! Ingat, saya masih suami sah nya Giany.”
“Calon mantan!” ujar Allan menekan. “Saya akan rebut Giany dari kamu dengan cara apapun.”
“Brengssekk!” Tak dapat menahan amarahnya, Desta melayangkan tinjunya ke wajah Allan. Namun anehnya, Allan sama sekali tidak menghindar. Ia membiarkan Desta melabuhkan rasa sakit di tulang pelipisnya.
Hingga beberapa petugas keamanan datang dan melerai, menahan Desta yang ingin menyerang membabi buta.
Desta mendengus, ia mendorong beberapa pria berseragam biru navy itu.
"Jangan sentuh saya!" Kemudian beranjak keluar dari ruangan. Saat tengah berada di ambang pintu, ia berbalik dan menunjuk Allan.
“Urusan kita belum selesai!” Desta pun segera melangkah keluar setelah mengucapkan kalimat ancaman andalannya.
Seorang petugas keamanan kemudian menghampiri Allan dan meneliti tubuh sang dokter, seperti khawatir ada luka serius.
“Dokter tidak apa-apa?"
"Tidak apa-apa."
"Apa tidak sebaiknya laki-laki tadi dilaporkan saja ke polisi?”
Allan menggeleng sambil tersenyum ramah. “Tidak usah, Pak! Biarkan saja. Lagi pula hanya lebam sedikit.”
Allan duduk kembali di kursi setelah petugas keamanan itu keluar. Ia termenung memikirkan Giany. Dalam benaknya bertanya, adakah cinta yang dimiliki Giany untuk Desta? Jika Desta tidak mau menceraikan Giany dan pihak pengadilan berhasil menjadi mediasi antara Giany dan Desta untuk rujuk, Allan pasti akan patah hati.
Laki-laki itu masih ingat, ucapan Giany yang tidak ingin melaporkan Desta kepada polisi atas kekerasan yang ia alami. Yang Giany inginkan hanya lah berpisah dari Desta saja.
Kini, di tangan Allan ada sebuah map berwarna putih yang sudah beberapa hari belakangan tersimpan di dalam laci mejanya. Hasil visum Giany mungkin akan menjadi kartu as bagi Desta jika tidak mau melepas istrinya.
Beberapa saat berlalu, ketukan pintu kembali terdengar. Seorang pria dengan jas putih yang merupakan rekan seprofesi Allan tampak berdiri di ambang pintu dengan senyum menyebalkan.
Allan memasukkan kembali map di dalam laci.
“Apa?” tanyanya bernada ketus, tanpa sikap sopan kepada sosok pria yang merupakan pimpinan rumah sakit tempatnya bekerja. Tanpa permisi, laki-laki itu masuk dan menarik kursi untuk duduk.
“Aku dengar dari petugas keamanan tadi ada keributan, ya?” tanya pria itu.
“Keributan apa?” balas Allan pura-pura tak mengerti.
“Ah, pakai pura-pura lagi … Apa jangan-jangan yang datang adalah …” Ia mengatupkan bibirnya saat menatap lebam di wajah Allan. “Apa ini ada hubungannya dengan misi besarmu dalam merebut istri orang?”
Allan membuang napasnya kasar. Ide merebut istri orang terdengar begitu mengerikan di telinganya. Tetapi mau bagaimana lagi, ia sudah terlanjur jatuh cinta kepada Giany dan demi apapun, laki-laki itu tidak akan rela jika Giany disakiti apalagi kembali kepada Desta.
“Wil, selanjutnya aku harus apa?” tanya Allan.
“Yakin mau saran?” Pria itu seolah ragu, membuat Allan menatapnya kesal.
Dokter Willy, seorang Dokter ahli kandungan yang selalu menjadi pakar cinta bagi siapapun. Entah kali ini ia akan berhasil meracuni otak polos Allan atau tidak. Yang pasti, kegilaan Allan selama mendekati Giany adalah ide darinya.
“Sini aku bisikkan langkah selanjutnya.”
🌻
🌻
🌻
🌻
Sudah pukul tujuh malam ketika Allan baru saja pulang. Begitu masuk ke dalam rumah, pandangannya menyapu ruang keluarga. Biasanya Maysha akan menyambutnya sepulang kerja, tetapi kali ini, gadis kecil itu seolah lupa menyambut kedatangan sang ayah.
Giany terlihat sedang mengajari Maysha cara mewarnai gambar. Allan terdiam, ia begitu terpaku memandangi wajah teduh Giany. Seorang wanita yang lemah lembut dan penuh kasih sayang.
“Dokter …” Suara Giany membuyarkan lamunan Allan.
Maysha yang baru menyadari kedatangan sang ayah langsung berlari ke pelukan ayahnya.
“Maysha sedang belajar bersama Kakak Giany, ya?” tanya Allan.
Dengan penuh semangat, Maysha menganggukkan kepalanya. Gadis kecil itu sepertinya sangat bahagia dengan keberadaan Giany di rumah.
“Dokter, itu wajahnya kenapa?” Raut wajah Giany berubah khawatir saat menatap wajah lebam Allan.
“Oh, ini … Tadi terbentur,” jawabnya sambil pura-pura meringis kesakitan. Padahal lebam di wajahnya sama sekali bukan sesuatu yang berarti baginya.
“Saya ambilkan air es, ya? Untuk mengurangi bengkaknya.”
“Boleh, sih … Tapi kamu tidak apa-apa? Kamu kan masih sakit juga.”
“Tidak apa-apa, Dokter.”
Panggil Mas saja apa susahnya sih, Giany? Gerutu Allan dalam batin.
Berjalan setengah pincang, Giany segera beranjak menuju dapur untuk mengambil air es dan handuk kecil untuk mengompres lebam di wajah Allan agar tidak bengkak. Allan tersenyum senang. Kali ini modus mendekati Giany akan berjalan mulus.
"Allan, itu wajah kamu lebam kenapa?" tanya Bu Dini yang langsung menghampiri Allan ketika melihat lebam di wajahnya.
"Tidak sengaja terbentur, Bu."
"Terbentur dimana?"
"Tadi di rumah sakit, ada insiden sedikit."
Bu Dini mengusap wajah lebam Allan, dan memastikan lebamnya tidak begitu parah. Tak lama berselang, Giany datang dengan wadah di tangannya. Sontak Allan kembali meringis seolah kesakitan.
"Aduh, jangan ditekan, Bu. Ini sakit?"
"Orang tidak ditekan," ujar Bu Dini heran.
Ah Ibu, tidak bisa diajak main kode. Ini modus Bu biar diperhatikan Giany.
Allan kemudian duduk di kursi, berharap Giany akan mengompres lebam di wajahnya. Tetapi wanita itu malah meletakkan wadah di meja dan menggeser ke hadapan Allan.
"Ini, Dokter ... Gunakan untuk mengompres lebam nya."
Allan menghela napas panjang, tiba-tiba terlihat lemas. Tadi ia sengaja membiarkan dirinya dipukul Desta hanya karena ingin mendapatkan perhatian lebih dari Giany.
Kalau begini percuma saja tadi pasrah dipukul Desta. Kamu tidak peka nya keterlaluan, Giany!
🌻
🌻