sebuah notifikasi pesan masuk dari reno "sayang, kamu tolong bayarin dulu apartment aku bulan ini ya!"
lalu pesan lainnya muncul "sekalian transfer juga buat aku, nanti aku mau main sama teman teman, aku lagi gak ada duit"
jangan dibawa serius plies 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dhyni0_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 32
Malam itu, suasana bar penuh dengan lampu neon yang berkelap-kelip dan musik yang menggelegar. Di sudut bar, Reno terlihat asyik bersenang-senang. Ia menari dengan penuh energi sambil merokok, sesekali tertawa lepas sembari merangkul beberapa wanita penghibur yang menempel padanya. Aroma alkohol, asap rokok, dan parfum wanita memenuhi udara, menciptakan atmosfer liar yang membuat Reno semakin tenggelam
Namun, momen kesenangan itu terhenti tiba-tiba ketika dua sosok wanita mendekatinya. Mereka adalah Luna dan Shinta, dua teman Keira yang sangat mengenalnya. Mereka datang dengan wajah marah, memancarkan amarah yang tak tertahankan.
Tanpa aba-aba, Luna melayangkan tamparan keras ke wajah Reno, membuat suara yang cukup lantang untuk menghentikan musik dan menarik perhatian orang-orang di bar. Seketika, suasana berubah menjadi hening, semua mata tertuju pada mereka.
“Dasar cowok sialan!” seru Luna penuh emosi.
Reno, yang tampak sedikit terkejut, hanya tersenyum sinis sambil memegang pipinya yang perih akibat tamparan Luna. Alih-alih merasa bersalah, ia justru terlihat menikmati perhatian yang diberikan kepadanya.
“Lo ngebuat Keira jauh dari kita!” lanjut Luna dengan nada suara yang penuh kemarahan.
Reno tertawa kecil, seolah tak terganggu sama sekali. Tatapannya tetap tajam dan arogan, memperlihatkan ekspresi yang sama sekali tidak peduli dengan tuduhan Luna.
Sementara itu, Shinta, yang berdiri di samping Luna, menatap Reno dengan penuh kebencian. “Lo emang gak ada kapok-kapoknya, ya! Gila!” serunya. “Dasar cowok mokondo!” tambahnya, menggunakan kata kasar yang membuat beberapa orang di bar berbisik-bisik.
Reno hanya menyeringai, menatap kedua wanita itu dengan pandangan yang meremehkan. “Gue udah bilang sama kalian,” ucapnya santai, “kalian itu gak bakal bisa ngelepasin gue dari Keira. Gue yang ngendaliin dia.”
Reno meneguk minumannya, seolah sedang menunjukkan bahwa ia memiliki kendali penuh atas hidup Keira, dan tak seorang pun bisa menghentikannya. Ia memandang Luna dan Shinta dengan tatapan yang dingin, tanpa rasa penyesalan sedikit pun.
“Lebih baik kalian gak usah ikut campur,” katanya, lalu menghisap rokoknya lagi dengan santai. “Dasar cewek-cewek gila!” lanjutnya, sebelum merangkul kembali wanita-wanita di sekitarnya.
Kata-kata itu berhasil memancing kemarahan Luna dan Shinta lebih dalam. Mereka berdiri mematung, tak percaya bahwa Reno begitu tidak peduli dan malah bangga dengan sikap manipulatifnya terhadap Keira. Luna menggertakkan giginya, berusaha menahan amarah yang hampir meledak.
“Lo itu egois, Ren. Lo gak mikirin perasaan Keira sama sekali!” Luna berusaha menahan tangisnya, karena ia tahu bagaimana sahabatnya, Keira, sudah terlalu sering tersakiti oleh Reno. “Lo cuma manfaatin dia buat kepuasan lo sendiri, buat ngendali hidupnya.”
Namun, Reno malah tertawa kecil mendengar perkataan Luna. Bagi Reno, semua tuduhan ini tidak ada artinya. Ia sudah terbiasa memanipulasi perasaan orang-orang di sekitarnya dan tidak merasa perlu mendengarkan nasihat siapa pun.
“Ngomong-ngomong, kalian itu siapa sih ngatur-ngatur gue?” Reno mengerling sinis pada mereka. “Keira itu punya gue, dan gak ada yang bisa ngambil dia dari gue. Dia butuh gue, ngerti?”
Shinta yang tak bisa lagi menahan emosi, membalas, “Keira gak butuh lo, Ren. Dia cuma terjebak sama lo. Dan kita akan pastikan dia bisa keluar dari bayangan lo.”
Kata-kata itu membuat Reno sedikit tersentak. Walau ia berusaha menutupi kekagetannya dengan senyuman sinis, dalam hati ia merasa tersengat. Ia tahu, dalam dirinya ada kekhawatiran bahwa suatu hari Keira mungkin benar-benar akan meninggalkannya. Namun, ia tidak ingin memperlihatkan kerentanannya di hadapan mereka.
“Bermimpi aja kalian,” balasnya dingin. “Keira udah terlalu tergantung sama gue. Lo pikir dia bisa lepas gitu aja?”
Luna dan Shinta saling berpandangan. Mereka tahu bahwa Reno tidak akan berubah, tapi mereka juga tidak akan berhenti memperjuangkan kebahagiaan Keira.
“Kita akan lihat, Reno. Cepat atau lambat, Keira bakal sadar kalau lo itu racun buat hidupnya,” ucap Luna tegas, sebelum ia dan Shinta berbalik meninggalkan bar.
Reno hanya bisa menatap kepergian mereka dengan perasaan campur aduk. Ia tertawa kecil mencoba menutupi rasa gelisah yang perlahan muncul di dalam dirinya. Kata-kata Luna dan Shinta seperti pisau tajam yang menancap di hatinya, membuatnya merenung sejenak. Mungkin, selama ini ia tidak sepenuhnya memiliki Keira. Mungkin, ada bagian dari dirinya yang takut kehilangan sosok yang selama ini ia kendalikan.
Namun, sifat egois dan egonya yang besar segera mengambil alih pikirannya lagi. “Cih, cewek-cewek gila,” gumamnya sambil membuang pandangan ke arah lain. Ia menghisap rokoknya dalam-dalam, lalu mengalihkan fokusnya kembali kepada wanita-wanita penghibur di sekitarnya.
Beberapa saat kemudian, setelah suasana di bar kembali normal, Reno mencoba melupakan kejadian tadi dengan bersenang-senang, menghabiskan waktu bersama orang-orang yang tidak peduli padanya seperti Luna dan Shinta. Bagi Reno, cara terbaik untuk melupakan rasa sakit adalah dengan tenggelam dalam kesenangan sesaat, melupakan kenyataan hidup yang sering kali membebani.
Reno mencoba mengusir pikiran itu dengan meneguk lebih banyak alkohol, berharap bahwa mabuk bisa membantunya melupakan segalanya. Namun, bayangan wajah Keira semakin jelas.
“Ah, sial!” umpatnya pelan, merasa frustrasi dengan perasaan yang membebaninya. Ia membuang pandangan ke arah lantai, mencoba menenangkan dirinya, tapi kata-kata Shinta terus menghantuinya, “Keira gak butuh lo, Ren. Dia cuma terjebak sama lo.”
Reno merasakan sebuah kegelisahan yang sulit ia jelaskan. Di balik keegoisannya, ada perasaan takut yang perlahan muncul takut kalau Keira benar-benar akan sadar dan meninggalkannya. Bukan karena ia mencintai Keira, tapi karena ia menikmati kekuasaan yang ia miliki atas gadis itu. Ia takut kehilangan kendali, sesuatu yang sangat penting baginya.
hampir mirip dengan hidupku
Semangat terus Authot
Jangan lupa mampit ya 💜