Menjalin asmara bertahun-tahun tak menjanjikan sebuah hubungan akan berakhir di pelaminan.
Begitulah yang di alami oleh gadis bernama Ajeng. Dia menjalin kasih bertahun-tahun lamanya namun akhirnya di tinggal menikah oleh kekasihnya.
Namun takdir pun terus bergulir hingga akhirnya seorang Ajeng menikahi seorang duda atas pilihannya sendiri. Hingga akhirnya banyak rahasia yang tidak ia ketahui tentang suaminya?
Bagaimanakah Ajeng melanjutkan kisahnya??
Mari kita ikuti kisah Ajeng ya teman2 🙏🙏🙏
Selamat datang di tulisan receh Mak othor 🙏. Mohon jangan di bully, soale Mak othor juga masih terus belajar 😩
Kalo ngga suka ,skip aja jangan kasih rate buruk ya please 🙏🙏🙏🙏
Haturnuhun 🙏🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
07. Salah
"Apa sih ribut-ribut?", tanya Tini pada kedua anaknya.
"Ini lho Bu, Bhumi pelit banget. Perkara makanan Khalis yang di makan Dafi aja marahnya kaya ngambil hartanya aja!", sahut Resti.
Bu Tini menoleh pada Bhumi.
"Kalo emang sekedar makanan, kenapa mba Resti ngga beliin sendiri aja buat Dafi? Ini bukan pertama kalinya Dafi ngambil makanan Khalis. Toh selama ini kalo Dafi jajan juga, Khalis ngga pernah di kasih!", kata Bhumi.
"Eh...kok malah jadi perhitungan gitu? Yang ada tuh kamu Bhumi, kalo beli apa-apa jangan cuma buat anak mu kan di sini ada Dafi jadi ngga berebut!", sahut Resti lagi.
Bhumi sudah tak bisa menangkap bagaimana otak kakaknya bekerja. Selalu saja membalik keadaan.
"Ini bukan masalah perhitungan mba ...??!"
"Sudah-sudah! Kalian udah pada jadi orang tua kerjaannya berantem melulu. Masih ada ibu dan bapak aja kalian begini, bagaimana kalo kami sudah tidak ada?", tanya Bu Tini.
Bhumi menghela nafas panjang. Bagaimana bisa selama ini ia bertahan dalam rumah itu.
"Bu, uang setoran cicilan mesin cuci mana? Sini mau aku bayarin ke mpok Tuti!", kata Resti.
"Kenapa harus ibu lagi yang bayar? Kan yang sering pake mesin juga kamu Res?", protes ibunya.
"Duit ku abis buat beli make up Bu. Kaya ngga tahu aja sih kalo jadi SPG itu harus selalu tampil cantik!", sahut Resti.
"Terus hasil kerja kamu mana? Boro-boro kasih ke ibu, bantu belanja aja ngga!", sahut Tini.
"Kan aku juga banyak kebutuhan Bu. Buat sekolah Dafi, buat nabung biar cepet beli rumah. Kenapa ngga Bhumi aja yang suruh bayarin! Dia kan single, kebutuhannya juga ngga banyak paling cuma buat Khalis doang. Sedangkan aku??", kata Resti dengan santainya tanpa dosa.
Bhumi menggeleng pelan.
"Mba pikir selama ini mba makan disini, pake air, pake listrik itu semua di kasih pemerintah? Aku mba, aku semua! Bahkan sampai arisan ibu juga aku yang bayarin!", Bhumi mulai terpancing emosi.
Tini menggaruk pelipisnya. Kenyataannya memang semua tanggungan ada di tangan Bhumi.
"Kamu bener-bener perhitungan banget ya jadi sodara!", kata Resti menghentakkan kakinya meninggalkan ruangan itu.
Bhumi berusaha mengambil oksigen sebanyak-banyaknya! Ingin rasanya ia segera keluar dari rumah itu. Tapi ia takut tak ada yang menjaga Khalis.
"Bhumi....??!"
"Udah lah Bu, Bhumi mau ke mushola sekalian bawa Khalis!", kata Bhumi meninggalkan ibunya.
Bu Tini tak tahu harus bagaimana. Di satu sisi sebenarnya ia kasihan pada anak bungsunya yang menjadi tulang punggung keluarga. Juga...anaknya itu masih muda dan tampan. Ia berharap akan ada perempuan yang mau menerima kondisi Bhumi yang merupakan duda beranak satu.
Tapi....kalau Bhumi menikah lagi...bagaimana keuangan rumah ini????
💐💐💐💐💐💐
"Ayah mau sholat dulu, Khalis ngga boleh nakal ya. Diam di sebelah ayah, oke?", pinta Bhumi pada anak gadisnya. Gadis kecil itu hanya mengangguk patuh. Beruntung Khalis mengerti perintah ayahnya. Selama sholat magrib berlangsung, Khalis diam menunggu ayahnya.
Para jamaah senang melihat Khalis yang cantik dan sangat menggemaskan itu. Hanya satu kekurangan Khalis yaitu kurang cakap berbicara.
Saat akan pulang, Bhima teringat akan Ajeng yang tadi pagi tak sengaja ia senggol dengan motornya.
Jadi, Bhima yang menggendong Khalis pun membelokkan langkahnya ke gang di mana Ajeng ngekost.
Khalis menepuk pipi ayahnya.
"Mana?", tanya Khalis. Mungkin maksudnya , kemana!
"Ke kost nya Tante Ajeng. Tadi pagi ayah ngga sengaja bikin Tante Ajeng jatuh. Khalis belum ngantuk kan?", tanya Bhumi. Gadis kecil itu tersenyum lalu menggeleng kecil.
Lelaki tampan tinggi semampai itu pun menuju ke deretan kost milik Haji Udin yang terkenal dengan kost seribu pintu itu.
Tok....tok....tok....
Bhumi mengetuk pintu gerbang kecil. Sesosok perempuan seumuran ibunya pun keluar.
"Assalamualaikum Bu haji!", sapa Bhumi.
"Walaikumsalam, eh ...masuk mas Bhumi!", jawab Bu Haji Udin. Bhumi dan Khalis yang minta turun dari gendongan ayahnya pun masuk mengikuti Bu Haji.
"Mau liat Neng Ajeng ya? Katanya tadi pagi ngga sengaja kesenggol motornya mas Bhumi."
"Iya Bu, saya ngga sengaja. Bagaimana kondisi Ajeng Bu, apa perlu ke dokter?"
"Ngga, tadi udah di urut sama Mak pijet ujung sono noh!"
"Alhamdulillah kalo tidak ada yang parah Bu haji."
"Kalo mau ketemu ya sana, di kamarnya!", pinta Bu Haji. Bhumi spontan menggeleng. Apa kata orang nanti, dia yang sudah beranak satu memasuki kamar kost gadis single.
"Eh...ngga usah khawatir, saya tahu kamu anak baik-baik. Lagian lagi ada temannya Ajeng yang datang tadi sebelum magrib. Ayo deh ibu anterin!", kata Bu Haji.
Khalis mendongakkan kepalanya menatap sang ayah. Akhirnya Bhumi pun mengikuti langkah kaki bu Haji menuju ke kamar Ajeng yang ada di lantai bawah, hanya saja terletak di ujung.
💐💐💐💐💐💐💐💐
"Gila si Ranu! Ngga ada o*** emang tuh cowok ya!", Ega geram mendengar cerita dari sahabatnya.
Bisa-bisanya nikahin anak orang padahal punya pacar!
"Mau bagaimana lagi, Ga! Itu pilihan dia!", kata Ajeng sambil sesekali menghapus air matanya.
"Gue kesel tahu Jeng! Kalo gue ketemu tuh cowok, bakal gue bejek-bejek, gue patahin tulang lehernya, gue tendang tuh burung puyuhnya biar mampus! Suruh siapa dia bikin sahabat gue kaya gini!"
Nafas Ega naik turun menahan kesal di dadanya. Dia tak merasakan secara langsung, tapi tetap saja kekesalannya itu sudah memuncak. Itulah kenapa Ega enggan punya pacar.
Ternyata ucapan Ega tadi terdengar oleh Bu Haji dan Bhumi yang sudah hampir tiba di depan pintu kamar Ajeng.
Bu Haji dan Bhumi pun terkejut mendengar sahabat Ajeng berbicara seperti itu.
"Mas Bhumi...mending minta maaf lagi, biar aman burung puyuhnya yang udah lama puasa!", kata Bu Haji. Ia menepuk lengan Bhumi dan setelah itu berlalu.
Bhumi mengusap dadanya. Ia baru sadar jika tangannya tak lagi menggenggam tangan kecil Khalis.
"Lho...Khalis mana?", monolog Bhumi. Dan ternyata Khalis duduk di depan Ajeng dan Ega.
Astaghfirullah, cobaan apa lagi ini??
💐💐💐💐💐💐💐
terimakasih
km tuh cm gede mulut doank resti... tpi kenyataan nol besar... krja gaji cm cukup buat beli make up... tpi songongmu g ktulungan...
biar tau rasa tuh ibumu yg pilih kasih...