Aku adalah Dara, aku pernah menjalin hubungan dengan Bastian semasa sekolah, tapi karena tidak direstui, akhirnya hubungan kami kandas.
Akhirnya aku menikah dengan seseorang laki-laki lain, Lima tahun kemudian aku bertemu dengan Bastian kembali, yang ternyata sudah menikah juga.
Pernikahanku yang mengalami KDRT dan tidak bahagia, membuatku dan Bastian menjalin hubungan terlarang setelah Lima Tahun.
Salahkah, aku Mendua ~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh Dua
"Ma, aku ingin pisah dari Fanny," ucap Bastian.
Mama Erna dan Fanny terkejut mendengar ucapan pria itu. Dia yang tadinya ingin marah dengan Bastian, menjadi terdiam karena syok, begitu juga dengan mamanya pria itu.
"Coba katakan sekali lagi! Mama tak dengar," ucap Mama Erna.
"Aku ingin berpisah dari Fanny. Pernikahanku selama ini hanya di atas kertas. Sebaiknya dibatalkan saja agar tak ada yang di rugikan. Fanny bisa meneruskan hidupnya begitu juga denganku. Aku minta maaf, karena kemarin tak menolak saat dinikahkan. Aku pikir dengan menikahi Fanny hidupku akan lebih baik, tapi justru sebaliknya!" seru Bastian.
Fanny tampak menunduk mendengar ucapan suaminya itu. Walau dia tahu Bastian tak pernah mencintai dirinya, tapi tetap saja sakit saat mendengarnya langsung.
Mama Erna yang tampak sangat marah. Wajahnya tampak memegang. Dia menarik napas berat.
"Apa kamu pikir pernikahan ini sebuah mainan? Setelah kau merasa tak suka dan tak bahagia kau bisa memutuskan. Bagaimana bisa bahagia kalau kau tak membuka hatimu untuk Fanny. Jangan bilang kau masih memikirkan Dara! Apa kelebihan wanita itu dari istrimu Fanny?" tanya Mama Erna dengan suara emosi.
"Kelebihannya, aku mencintainya kemarin, hari ini dan selamanya!" seru Bastian.
Wajah mama Erna tampak memerah karena menahan emosi. Dia tak menyangka jika sang putra akan mengatakan hal itu dengannya.
"Apa kau telah buta? Pelet apa yang dia gunakan sehingga kamu menjadi gila begini. Apa kau pikir dia masih mencintaimu? Cintamu itu hanya bertepuk sebelah tangan. Jika dia mencintaimu tak akan menikah dengan pria lain!" seru Mama Erna dengan suara yang tinggi.
Mendengar ucapan mamanya, Bastian tertawa sinis. Jika dulu sebelum tahu kebenarannya, dia pasti akan percaya.
"Dia menikah juga karena ikut campurnya Paman Andi dan mama sendiri. Di bantu Fanny," jawab Bastian.
Fanny yang dari tadi diam menunduk jadi mengangkat kepalanya. Dia terkejut mendengar namanya di sebut.
"Kenapa bawa-bawa aku, Tian?" tanya Fanny dengan suara serak. Sepertinya dia dari tadi menahan tangis.
"Aku sudah tahu kebohongan kamu yang sengaja menyembunyikan nomor ponselnya Dara. Paman Andi dan mama yang memaksa Dara menikah dengan Rico agar aku bisa jauh darinya dan menganggapnya salah karena telah berkhianat!"
"Jangan sembarang menuduh kamu, Tian!" seru Mama Erna marah.
"Aku bukan menuduh, tapi itu nyata adanya, Ma. Aku sudah tau semuanya!" balas Tian.
Fanny tak bisa menjawab karena itu memang benar adanya. Yang jadi pertanyaannya, dari mana Bastian mengetahui semuanya. Begitu juga yang ada dalam pikiran mama Erna.
"Apa kamu pikir dengan menceraikan Fanny kamu bisa bersama Dara. Ingat, dia telah bersuami dan memiliki anak!"
"Aku minta pisah bukan karena ingin kembali dengan Dara, tapi karena memang pernikahanku itu tak sehat. Buat apa dipertahankan lagi!"
"Tian, dengarkan mama. Selama mama masih hidup, kau tak akan pernah mama izinkan dan restui bersatu dengan Dara, walau nanti dia bakal pisah dari suaminya. Langkahi dulu mayatku kalau kau tetap ingin menikah dengannya!" seru Mama Erna dengan penuh penekanan.
"Aku capek berdebat dengan mama. Yang jelas aku telah mengatakan keinginanku untuk berpisah dari Fanny. Kamu bisa pilih, diceraikan atau kita membatalkan pernikahan! Pilihan ada padamu!" seru Bastian.
Setelah mengucapkan itu, Bastian berdiri dan berjalan meninggalkan kedua wanita itu.
***
Dara duduk di ruang tamu dengan perasaan campur aduk. Sinar matahari sore masuk melalui jendela, menciptakan cahaya hangat yang seharusnya menenangkan, namun hati Dara terasa beku.
Hari ini adalah hari yang telah ia tunggu-tunggu, sekaligus yang paling ditakutinya. Setelah bulan-bulan penuh pertimbangan dan ketegangan, Dara memutuskan untuk menghadapi Rico. Suaminya itu biasanya pulang kerja sekitar jam enam. Jam tangannya menunjukkan angka lima. Hanya tinggal satu jam lagi sebelum segalanya berubah.
Saat suara kunci terdengar, jantung Dara berdegup lebih cepat. Ia tahu Rico telah pulang.
“Dara ... aku minta maaf," ucap Rico. Sepertinya dia sedikit takut. Tidak biasanya minta maaf.
"Aku sudah memaafkan mu. Aku ingin bicara, Mas!" seru Dara.
"Bicara apa ...?" tanya Rico.
Dara menggigit bibir bawahnya. “Aku sudah mendaftarkan gugatan cerai kita di pengadilan.”
Apa yang terdengar seperti petir di siang bolong itu membuat Rico terdiam sejenak. Kemudian, suasana berubah. Marah dan bingung menyelimuti wajahnya. “Apa? Kamu bercanda, kan?”
"Tidak. Ini bukan lelucon," jawab Dara.
Rico mendekat, ekspresinya berubah menjadi kemarahan. “Kamu serius? Berharap kita bisa menyelesaikan masalah dengan cerai?
Dara merasakan hatinya semakin tertekan. “Mas, kita sudah mencoba. Kita terus bertengkar, dan aku tidak bisa terus hidup dalam keadaan seperti ini. Tidak ada cinta di antara kita.”
“Jadi, kamu berpikir bercerai adalah solusi?” Suara Rico mengeluarkan nada tinggi, penuh emosi. “Kamu tahu berapa banyak orang yang ingin bertahan dalam pernikahan mereka? Dan kamu dengan mudahnya mau merusak segalanya?”
“Bukan itu maksudku,” Dara berusaha menjelaskan. “Ini untuk kebaikan kita berdua. Kita tidak bahagia! Aku merasa seperti kita hanya bertahan demi gengsi dan nama baik. Perceraian itu sebenarnya tak tabu dan tak perlu ditakutkan, demi kewarasan kita berdua.”
Rico menggelengkan kepalanya, tampak marah. “Terbaik untukmu!"
“Mas, aku sudah berusaha! Tapi kita jarang berbicara satu sama lain lagi. Setiap hari hanya ada pertengkaran dan kesedihan. Ini bukan hidup yang aku inginkan.”
Dara menahan air matanya yang mulai menggenang. “Jika begini terus, aku tidak tahu lagi bagaimana kita bisa melanjutkan pernikahan yang dari awal sudah tak sehat .”
Di dalam hatinya, Dara tahu bahwa keputusan ini adalah yang tersakit yang pernah ia buat. Sikap Rico yang emosional membuatnya merasa bersalah, tetapi ia juga merasa tidak ada pilihan lain lagi.
“Tapi kenapa kamu tidak memberi tahu aku sebelumnya? Kenapa kamu tidak memberi kesempatan untuk aku memperbaiki semuanya?” Rico terdengar kecewa.
Dara menutup mata sejenak, berusaha menahan tangis. “Aku sudah melakukannya dalam banyak kesempatan. Kali ini, aku sudah terlalu lelah untuk berharap kamu bisa berubah, Mas!”
“Ini gila! Kamu memutuskan segalanya tanpa berbicara denganku terlebih dahulu. Kamu bahkan tidak memberi aku kesempatan untuk memperbaiki diri!” Rico tampak kewalahan.
“Karena sudah tidak ada lagi harapan, Mas! Maafkan aku.”
“Oh, jadi ini semua salahku, ya? Semua ini karena aku yang tidak bisa menjadi suami yang kamu inginkan?!” suara Rico meninggi.
“Bukan itu maksudku, Mas!” Dara berusaha tetap tenang. “Kita sama-sama memiliki kesalahan. Kita tidak saling mengerti."
“Mudah sekali kamu berbicara,” katanya, menggelengkan kepala seolah tidak percaya. “Aku tidak akan pernah membiarkan hal ini terjadi, Dara. Kita masih bisa memperbaikinya, aku berjanji! Aku akan melakukan apa pun!”
“Dan seharusnya kita sudah memulainya dari jauh-jauh hari, Mas.” Dara berusaha mempertahankan suaranya meskipun ia merasa lebih nyaman dalam keheningan.
Sebuah kesunyian mendalam menyelimuti mereka. Rico melangkah mundur, seolah ia baru saja mendengar kabar terburuk dalam hidupnya. “Jadi, ini adalah keputusan akhir mu? Tanpa mempertimbangkan apa pun lagi?”
Dara tidak menjawab segera. Dalam hatinya, ia tahu keputusan ini akan mengubah segalanya. “Ya, aku sudah membuat keputusan ini. Dan aku rasa ini yang terbaik untuk kita berdua.”
Rico menundukkan kepala, tampaknya berjuang dengan semua emosi yang ada. “Apa kamu yakin ini yang kamu inginkan?”
“Ya, Mas. Aku sangat yakin," jawab Dara.
"Bagaimana jika aku tak mau bercerai?" tanya Rico tanpa malu.
"Aku akan laporkan kamu atas tindakan KDRT. Tadi aku sudah buat laporan dan akan mencabutnya jika kamu telah menanda tangani surat cerai kita, Mas!"
Rico tampak terkejut mendengar ucapan Dara, mungkin tak menyangka atas tindakan Dara, yang bisa sejauh ini.
sukses selalu mama reni😍😍😍😍😍
aduh maaf Mak Lom smpt ke cono sibuk..mm🙏🙏🙏ntr saya kejar bap deh mak