Amanda Zara Kirana tidak pernah menyangka bahtera pernikahan yang baru setahun berlayar diterjang badai. Nakhoda kapalnya menghilang setelah meminta izin bermain bilyard bersama temannya.
Amanda terombang-ambing. Segala usaha telah dia lakukan untuk mencari Aditya. Namun, jejak sang suami bagai ditelan bumi.
Tiga tahun setelah sang suami menghilang, Amanda tanpa sengaja melihat seorang pria yang mirip dengan Aditya. Mereka bagaikan pinang dibelah dua. siapakah pria itu? Di manakah Aditya sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh Satu
Adam berlutut dan mendekati istrinya. Dia ingin memeluk tubuh wanita itu. Namun, Dian menepis tangan pria itu.
"Pergilah, Mas. Aku muak lihat wajahmu!" ucap Dian masih dengan berteriak. Kembali terdengar suara tangis wanita itu.
"Maafkan aku, Dian," ucap Adam.
"Maaf ... Enak saja kau minta maaf setelah melakukan pengkhianatan. Kau pikir aku ini apa? Boneka yang gak punya perasaan?" tanya Dian dengan suara tinggi.
"Dian, semua sudah terjadi. Sebaiknya kita bicarakan dengan kepala dingin. Tak ada masalah yang tak memiliki jalan keluar," ucap Adam masih dengan suara tenang.
Dian menatap tajam ke arah sang suami. Dia kembali menarik napas untuk meredakan emosi. Dengan emosi yang tinggi tak akan bisa selesaikan semua. Dia mencoba berdiri dan duduk di tepi ranjang.
Adam tersenyum melihat istrinya yang sudah mulai tenang. Dia lalu berjalan mendekati Dian dan duduk di samping istrinya itu. Pria itu mencoba meraih tangan wanitanya, tapi ditepis dengan kasar.
"Dian, maafkan aku. Apa yang harus aku lakukan agar kamu bisa memaafkan aku?" tanya Adam.
"Aku ingin kamu ceraikan wanita itu. Aku akan menemani kamu di sana!" ucap Dian.
"Maaf, Dian. Aku tak bisa. Aku memiliki anak dua orang dengan Dea," balas Adam.
Mendengar ucapan Adam kembali darahnya terasa mendidih. Jantungnya berdetak lebih cepat. Dada terasa sesak.
"Jadi kau mau apa? Kau mau aku dan dia bertahan? Kamu ingin aku bisa menerima wanita itu?" Dian mengajukan pertanyaan beruntun.
"Dian, aku mau kamu berdamai dengan keadaan. Aku tak akan berubah. Tetap seperti biasanya. Kita bisa hidup saling berdampingan," ucap Adam.
Dian lalu berdiri dari duduknya. Dia menatap suaminya tajam seolah ingin memakannya. Dengan entengnya pria itu mengatakan agar dia mau berdamai.
"Pantas selama ini kau tak pernah memberiku uang lebih. Pantas kau tak pernah naik gaji. Sekarang aku baru mengerti, bukannya kau tak pernah naik gaji, tapi uangmu habis untuk wanita itu. Aku baru sadar, selama ini aku telah kau bodohi!" ucap Dian kembali emosi.
Adam mengusap wajahnya. Dia tak tahu harus berkata apa lagi untuk membujuk istrinya. Untuk berpisah dari Dea, istri keduanya juga tak mungkin. Karena seringnya bersama, dia lebih mencintai wanita itu. Apa lagi dia tak pernah menuntut saat gaji sang suami lebih banyak untuk Dian. Dia sadar diri dengan posisinya saat ini.
"Aku mau kamu memilih, aku atau dia?" tanya Dian.
"Jangan meminta aku memilih Dian," jawab Adam.
"Aku tak mau di madu. Jadi kamu harus mau memilih antara aku dan gundikmu itu!" seru Dian lagi.
"Dian, sudah aku katakan, jangan meminta aku memilih. Kalian berdua memiliki tempat yang berbeda di hati ini," balas Adam.
Dian tertawa sumbang mendengar ucapan suaminya itu. Sementara di balik pintu, Mama Sari memegang dadanya yang terasa sesak mendengar pertengkaran anak menantunya. Wanita paruh baya itu berdiri dan berjalan mendekati sofa. Tubuhnya terasa lemah. Kedua anaknya memiliki masalah rumah tangga.
"Katakan saja, aku atau dia!" teriak Dian.
Adam menarik napas dalam. Kembali mengusap wajahnya dan menarik rambut frustasi. Dia tak pernah jujur dengan istrinya karena tak ingin seperti ini. Pasti akan di minta memilih.
Dia menyayangi Dian walau wanita itu sering marah dan emosi. Dian lah yang mau menerima dia apa adanya saat karirnya masih di bawah.
Terus terang dia merasa sangat bersalah karena selama tiga tahun ini telah membohongi wanita itu. Dia tak mengatakan jika dirinya telah naik jabatan dan gajinya hampir dua kali lipat. Itulah kenapa dia masih bisa tetap memberi Dian uang yang sama banyak padahal telah menikah lagi.
"Katakan Mas, aku atau dia yang kamu pilih!" seru Dian lagi, ucapan wanita itu membuyarkan lamunan pria itu.
"Maafkan aku, Dian. Kamu yang meminta aku memilih. Aku menyayangi kamu dan juga mencintai Dea. Jika aku harus tetap memilih, aku lebih memilih tetap bersama Dea. Aku memiliki anak dua orang dan masih kecil-kecil. Mereka terbiasa denganku, berbeda dengan putri kita. Dia telah terbiasa tanpaku," ucap Adam dengan suara lirih.
Ucapan Adam itu seperti belati menusuk jantungnya. Dian merasakan sakit yang teramat perih. Tak menyangka jika suaminya akan mencampakan dirinya setelah delapan tahun pernikahan mereka.
Jadi selama ini Adam tak mencintai dirinya lagi. Hanya sayang, itu juga pasti karena dia ibu dari Airin, putri mereka. Dian mendekati suaminya dan mengangkat tangannya. Tamparan yang keras mendarat di pipi pria itu.
Adam sepertinya tak siap dengan serangan Dian. Tampak dia sedikit terhuyung. Pipinya terasa panas. Namun, dia tak ada maksud membalas. Dia tahu saat ini istrinya pasti merasakan sakit hati karena pengkhianatan darinya.
"Jadi kau lebih memilih gundikmu! Tak ada artinya kebersamaan kita selama delapan tahun ini. Kau lupa siapa wanita yang mau mendampingi dirimu saat kau berada di bawah! Kau lupa siapa yang mau menerima kamu walau dengan gaji minim! Setelah kau mulai sukses, kau lupakan semua. Kau bahkan menyalahkan aku atas pengkhianatanmu. Jika kau memang setia, walau aku tak ikut denganmu tak akan hatimu mendua!" seru Dian.
Dian menarik napasnya lagi. Dadanya kembali terasa sesak. Membayangkan selama ini sang suami bersenang-senang di tempat sana dengan wanita lain. Pantas dia tak merasa kesepian walau Dian tak menemani dan tak pernah meminta istrinya itu ikut lagi.
'Maafkan aku, Dian," ucap Adam.
"Kau tau, Mas. Pengkhianat itu bukanlah suatu kekhilafan. Karena semua dilakukan dengan keinginan dan kemauan!" ujar Dian lagi.
Adam tak bisa berkata apa-apa lagi. Dia membenarkan apa yang istrinya katakan.
Dian lalu mendekati meja rias. Mengambil foto pernikahan mereka. Tanpa di duga dia melempar foto itu ke dinding dan hancur berantakan ke lantai.
"Pergilah! Sebelum aku khilaf dan membunuhmu!" teriak Dian.
"Dian, sekali lagi maafkan aku. Percayalah, kau masih ada tempat di hati ini. Maafkan karena aku terpaksa melakukan semua ini. Semoga ini yang terbaik bagi kita," ucap Adam.
Adam mengambil tas dan gawainya. Dia berjalan mendekati pintu. Belum sempat membuka pintu, langkahnya terhenti saat mendengar erangan kesakitan dari mulut Dian. Pria itu berbalik dan terkejut melihat sang istri mencoba bunuh diri dengan melukai urat nadinya memakai pecahan kaca pigura.
"Dian, apa yang kau lakukan," teriak Adam. Dia berlari mendekati sang istri.
apakah Aditia menikah lagi,dan punya anak tiri terus jatuh cinta sama Elsa anak kandung nya,,, pasti' nya lebih seru nih ceritanya,d tunggu mah novel baru nya 🌹🌹😘
slmat brbhagia manda elsa dan angga.....akirnya kisah mereka happy endingg 👏👏👏👏👏
trs karma untk adam dea gimana thor?