**Sinopsis:**
Luna selalu mengagumi hubungan sempurna kakaknya, Elise, dengan suaminya, Damon. Namun, ketika Luna tanpa sengaja menemukan bahwa mereka tidur di kamar terpisah, dia tak bisa lagi mengabaikan firasat buruknya. Saat mencoba mengungkap rahasia di balik senyum palsu mereka, Damon memergoki Luna dan memintanya mendengar kisah yang tak pernah ia bayangkan. Rahasia kelam yang terungkap mengancam untuk menghancurkan segalanya, dan Luna kini terjebak dalam dilema: Haruskah dia membuka kebenaran yang akan merusak keluarga mereka, atau membiarkan rahasia ini terkubur selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alim farid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
damon, seorang pengusaha yang telah mencatatkan namanya di puncak dunia bisnis pada usia yang masih muda—dua puluh delapan tahun—merupakan sosok yang sangat dihormati di kalangan profesional. Meski lahir dari keluarga yang sudah lama berkecimpung dalam dunia bisnis, damon memilih untuk menempuh jalan yang berbeda. Langkah pertamanya untuk memulai usaha secara mandiri sempat dipertanyakan oleh orang tuanya, yang lebih berharap ia meneruskan bisnis keluarga yang telah ada sejak lama. Namun, damon, dengan jiwa independennya yang tak ingin dibelenggu oleh aturan dan ekspektasi yang tidak sesuai dengan visinya, membuktikan bahwa keputusannya adalah langkah yang tepat. Usahanya yang dibangun dengan tekad dan kerja keras akhirnya membuahkan hasil, mengantarkannya ke dalam puncak kesuksesan yang kini ia nikmati. Tidak ada lagi yang bisa mengendalikan atau mempengaruhi jalannya hidupnya.
damon tidak hanya memikirkan keuntungan materi dari keputusan tersebut. Alasan mendalamnya adalah untuk menghindari tekanan yang terus-menerus menyertainya jika ia terlibat dalam bisnis keluarga. Ia memutuskan untuk menyerahkan tanggung jawab bisnis keluarga kepada adik perempuannya, yang juga memiliki bakat dan kecakapan di dunia bisnis. Langkah ini memberinya kebebasan yang selama ini diidam-idamkannya serta kesempatan untuk mengejar impian dengan caranya sendiri.
Keberhasilan dan kepribadian karismatik damon membuatnya menjadi sosok ideal bagi banyak orang tua yang mendambakan menantu sempurna. Selain kesuksesan yang ia raih, damon dikenal dengan ketangguhan dan kemampuannya untuk tetap teguh pada prinsipnya, tanpa mudah dipengaruhi oleh orang lain. Dengan semua kualitas ini, damon memang menjadi sosok yang sangat menarik perhatian.
Hari ini, damon menyempatkan diri untuk makan siang bersama mr. jhonson, ayah dari elise dan luna, serta elise sendiri. damon mengira pertemuan ini akan berlangsung seperti biasa, penuh dengan diskusi tentang urusan bisnis. Namun, kali ini topik pembicaraan beralih ke ranah yang lebih pribadi, dan hal ini justru menarik perhatian damon, karena topik yang dibahas adalah luna—sosok yang akhir-akhir ini semakin sering menghiasi pikirannya.
"Bagaimana dengan magangnya luna di kantormu? Dia tidak membuat masalah, kan?" tanya mr. jhonson dengan senyum yang tampak ramah.
"Tidak, Om. luna adalah anak yang sangat baik di kantor," jawab damon dengan nada yang tenang. mr. jhonson hanya tertawa kecil, seolah ia mengetahui lebih banyak dari sekadar apa yang terucap.
Sejenak, pikiran damon tertuju pada elise yang juga tertawa kecil. Hanya mereka berdua yang menyadari bahwa di balik senyuman damon yang tampak tenang, terdapat sebuah rencana besar yang ia simpan rapat-rapat—keinginan untuk memiliki luna sebagai pendamping hidupnya. Keinginan ini tumbuh semakin kuat seiring berjalannya waktu.
Sebenarnya, elise sudah lama berniat untuk membocorkan rahasia ini kepada orang tuanya, namun ia telah berjanji kepada damon untuk menjaga rahasia ini hingga saat yang tepat.
"Kalau begitu, Om menitipkan putri bungsu Om kepada kamu, terkait pernikahan kontrak kalian berdua," kata mr. jhonson sambil memandang mereka bergantian dengan senyum bijak yang terpancar dari wajahnya. "Bertahanlah beberapa bulan lagi. Aku akan berusaha untuk tidak melebihi setahun. Kalian berdua pasti juga ingin segera bebas dari pernikahan ini. Setelah semua urusan di kantor selesai, kalian bisa menjalani hidup masing-masing."
damon mengangguk hormat sebagai bentuk penghormatan. Meskipun ia memiliki kapasitas untuk menolak tawaran tersebut, rasa hormatnya kepada mr. jhonson mengalahkan segala keberatan yang mungkin muncul. Bagi damon, mr. jhonson lebih dari sekadar mertua atau rekan bisnis—ia adalah seorang mentor yang telah banyak berperan dalam perjalanan karirnya. Dari pria tua inilah damon mendapatkan pelajaran berharga tentang bisnis, lebih dari yang ia dapatkan dari ayahnya sendiri. Meskipun ia juga menghormati ayahnya, hubungan emosional yang dibangun damon dengan mr. jhonson jauh lebih mendalam.
mr. jhonson adalah orang yang memperkenalkan damon dengan elise saat mereka masih di bangku kuliah. Sejak saat itu, mr. jhonson menjadi salah satu pilar utama dalam perjalanan bisnis damon. Bahkan, di awal karirnya, mr. jhonson pernah memberikan modal yang cukup besar untuk membantu damon memulai usahanya. Dukungan ini menciptakan rasa kewajiban moral dan emosional dalam diri damon untuk terus menghormati dan mendengarkan nasihat pria tua tersebut.
Setelah mr. jhonson pamit untuk kembali ke kantor, damon menatap elise dengan penuh arti. "Ada yang ingin kutanyakan padamu," ucapnya.
elise mengangkat alis, penuh rasa penasaran. "Apa itu?"
"Kita sudah saling mengenal sejak masa kuliah, dan selama itu, aku sering bertemu dengan papa dan mamamu. Beberapa kali aku juga berkunjung ke rumahmu. Namun, aku baru menyadari bahwa aku tidak pernah melihat adikmu. Bagaimana mungkin aku melewatkan keberadaan seseorang yang kini begitu penting bagiku?" damon akhirnya melontarkan pertanyaan yang telah lama mengusik pikirannya.
elise tersenyum lembut. "Dulu, luna tinggal bersama nenek kami di Malang. Dia sekolah di sana hingga lulus SMA, baru kemudian pindah ke sini untuk kuliah dan tinggal bersama kami," jelas elise. Penjelasan ini membuat damon merasa lega karena ia kini memahami mengapa ia tidak pernah mengetahui keberadaan luna sebelumnya. Namun, rasa penasarannya tentang masa remaja luna semakin meningkat.
"Apakah kamu ingin mengetahui lebih dalam tentang masa remaja luna?" elise menebak apa yang ada di benak damon.
damon tidak memberikan jawaban langsung, tetapi ekspresi wajahnya sudah menggambarkan ketertarikan mendalamnya. elise tertawa pelan, menyadari betapa seriusnya perasaan damon terhadap adiknya.
"damon, aku ingat betul saat kamu mengatakan bahwa perempuan yang lebih muda bukanlah tipemu. Namun, sekarang lihatlah dirimu—kamu tampak seperti orang yang kehilangan akal setiap kali menyebut nama adikku," ujar elise dengan nada bercanda.
damon tersenyum lebar, tak berusaha menutupi kebenaran perasaannya. "Itu sebelum aku mengenal adikmu. Dia lebih dari sekadar cantik. Dia menarik, penuh pesona, dan dia... dia sempurna di mataku," ucapnya dengan tulus, matanya berbinar penuh antusiasme setiap kali membayangkan luna.
elise hanya bisa menggelengkan kepala dengan senyum di bibirnya, melihat perubahan drastis pada sahabatnya. "Kau memang telah berubah, damon. Sejak bertemu adikku, kau menjadi sosok yang lebih hangat. Namun, maaf harus kukatakan, kau terlihat seperti orang aneh saat jatuh cinta."
damon tertawa lepas mendengar pernyataan elise. Ia tidak merasa tersinggung, malah merasa senang karena elise mengakui perasaannya. Ia tahu elise benar. Selama ini, ia menjalani hidup dengan hati yang dingin dan penuh perhitungan. Namun, kehadiran luna telah mengubah segalanya.
"Bagaimana denganmu? Aku mendengar dari alex bahwa kau sudah putus dengan kekasihmu," damon mencoba mengganti topik pembicaraan, tetapi ekspresi elise langsung berubah menjadi kesal.
"Jangan tanyakan lagi tentang pria itu. Dia benar-benar brengsek!" ucap elise dengan nada tajam, kemarahan jelas terlihat di wajahnya setiap kali ia mengingat mantan kekasihnya.
"Kapan terakhir kali kau bertemu alex?" tanya damon, mengalihkan pembicaraan.
"Beberapa hari yang lalu," jawab elise singkat. alex, sahabat mereka sejak kuliah, tetap menjaga hubungan dekat dengan damon dan elise. Dulu, elise lebih tomboy dan suka bergaul dengan laki-laki, sering kali berkumpul dengan damon dan alex. Meski hubungan mereka bertiga sangat dekat, tidak ada perasaan lebih dari sekadar persahabatan di antara mereka.
Namun, dalam hal curahan hati, elise lebih sering menceritakan masalahnya kepada alex ketimbang kepada damon, karena damon sering terlalu sibuk dengan urusan bisnisnya sendiri. Semua itu terjadi sebelum dunia damon berubah dengan kehadiran luna. elise bisa melihat betapa besar perhatian damon terhadap adiknya, dan meski luna adalah sosok yang polos, elise yakin bahwa luna akan menghadapi tantangan besar dengan damon sebagai pasangan hidupnya.
Di mata elise, damon adalah pria yang terlalu cuek, dingin, dan menakutkan. Namun, ia juga tahu bahwa ketika damon serius dengan seseorang, ia akan berkomitmen sepenuhnya. Sejak mengenal damon, elise belum pernah melihat damon jatuh cinta atau menjalani hubungan romantis yang serius. Bagi damon, wanita selama ini hanya berfungsi sebagai pemuas kebutuhan fisik semata, bukan sebagai pasangan hidup yang ia anggap penting.
Namun, segalanya berubah sejak kehadiran luna. luna adalah satu-satunya wanita yang diakui oleh damon sebagai sosok yang ia sukai. elise hanya bisa berharap bahwa perasaan damon terhadap adiknya bukanlah sekadar dorongan sesaat, melainkan sebuah cinta yang tulus dan abadi. Ia berharap damon akan mencintai luna bukan hanya sebagai pemuas hasratnya, tetapi sebagai pasangan hidup yang sejati, hingga mereka menua bersama.