Farah adalah seorang psikolog muda yang energik dan penuh dedikasi. Setiap pagi dimulai dengan keceriaan, berinteraksi dengan penjaga gedung sebelum menuju tempat kerjanya di lantai enam. Sebagai seorang psikolog yang sudah berpraktik selama empat tahun, Farah menemukan kebahagiaan dalam mendengarkan dan berbagi tawa bersama pasien-pasiennya.
Pada suatu hari, saat makan siang, Farah mendengar kabar bahwa ada seorang psikiater baru yang bergabung di rumah sakit tempatnya bekerja. Jantungnya berdebar-debar, berharap bahwa psikiater baru tersebut adalah kakaknya yang telah lama tak ia temui. Di tengah-tengah rasa penasaran dan kekecewaannya karena belum mendapat kepastian, Farah bertemu dengan seorang pria misterius di kantin. Pria itu, seorang dokter psikiater dengan penampilan rapi dan ramah, membuat Farah penasaran setelah pertemuan singkat mereka.
Apakah pria itu akan berperan penting dalam kehidupannya? Dan apakah akhirnya Farah akan menemukan kakaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ariadna Vespera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32
Semenjak kepergian Farah, sangat terlihat bahwa
perilaku Pera sangat berubah. Memang Pera adalah orang yang cuek sehari-harinya
namun, saat Farah pergi Pera menjadi lebih sensitif. Mungkin memang bawaan
hormon tapi dia seperti bingung mau menenangkan diri keman.
Saat itu dia butuh energi positif dari orang
sekitarnya tapi Karena dia jadi lebih sensitif dan banyak marah. Itu membuat
lingkungan sekitar menjadi negatif. Mungkin jika ada Farah saat itu, dia bisa
lebih tenang pikir Ical.
Ical tidak bermaksud sama sekali untuk menyalahkan
Farah. Ical hanya berandai jika mungkin semua akan berbeda. Saat mendengar itu
Farah juga berpikir demikian tapi kembali lagi semua itu hanya andai-andai.
Semakin hari Pera menjadi semakin tidak karuan.
Memaksakan bekerja hingga pagi, makan yang sangat tidak beraturan. Ical setiap
hari juga mengingatkan Pera dengan berbagai macam cara seperti lewat bunga yang
dia kirim atau lewat rekan yang lain hingga menyampaikan sendiri kepada Pera.
Pera terlihat sangat stres saat sedang hamil. Ical
juga pernah memergoki Pera sedang menekan paksa perutnya sendiri dengan korset.
Saat itu Ical sangat marah dengan yang di lakukan Pera.
Dan saat USG untungnya janin di dalam kandungan
Pera baik-baik saja. Pera mendapatkan banyak nasehat dari dokter kandungannya.
Dan saat itu juga Pera sadar bahwa yang dia lakukan selama ini salah hingga
membahayakan nyawanya sendiri.
Semua terlihat baik-baik saja sejak hari itu, Pera
juga sangat menjaga janin di dalam kandungannya. Ical pikir Pera sudah keluar
dari hormon buruknya. Tapi saat di tengah pemotretan Pera tiba-tiba pingsan.
Ical segera membawanya ke rumah sakit namun, sayang
janin tidak terselamatkan. Dokter bilang keguguran ini di sebabkan karena
ibunya yang mengidap stress berlebihan dan bekerja hingga kelelahan.
Karena Pera terlalu mengeluarkan banyak darah saat
melahirkan, membuat dia tidak sadarkan diri selama 2 hari. Ical berpikir untuk
mengubur sendiri anaknya yang baru lahir ini.
Dan ketika Pera sadar dia langsung mencari di mana
anaknya, kenapa perutnya tidak ada isinya lagi. Ical hanya bisa berkata jujur
saat itu bahwa anak mereka telah Ical kubur.
Respon Pera saat itu biasa saja. Tidak, saat itu
Pera membeku, kaku tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Apa yang sedang
terjadi dan apa yang sudah terjadi.
Ical kembali berpikir bahwa Pera baik-baik saja
saat itu namun, ternyata Ical salah. Di saat Pera sendiri di situ keanehan
terlihat, jika di depan orang lain Pera memang terlihat baik-baik saja. Tapi
Ical memergoki Pera yang sedang membuka bajunya seperti sedang menyusui bayi.
Ini tidak benar, Ical merekam semua kejadian itu
untuk dijadikan bukti. Memang Ical tidak langsung memperlihatkan video itu
kepada rumah sakit. Orang yang pertama melihat video itu adalah Iplan, Ical
berpikir bahwa Iplan bisa menyembuhkan Pera saat itu juga.
Ketika Iplan melihat video itu, Iplan hanya bisa
menggelengkan kelapa. Pera sudah tidak bisa lagi di biarkan, dia harus
mendapatkan perawatan.
Ical percaya dengan perkataan Iplan, lalu mencari
cara Pera mau ikut namun, itu tidak berhasil. Ical akhirnya meminta Iplan untuk
merawatnya sendiri. Melihat kondisi Pera yang juga semakin parah Iplan pun
mengiyakannya.
Satu bulan pertama sangat berat untuk Ical dan
Iplan. Pera adalah tipe orang yang sangat sulit untuk di dekati. Jika mereka
membahas soal penyakit kejiwaan maka Pera akan langsung pergi, memang tidak
bisa dengan cara itu. Kebanyakan orang yang mengidap gangguan mental juga tidak
sadar bahwa dirinya sedang sakit.
Sampai dua bulan sudah berlalu setelah Pera
keguguran. Pera tiba-tiba menghilang, tidak ada yang tau Pera kemana saat itu.
Sudah lebih dari 24 jam Pera menghilang, hingga akhirnya Ical mendapat kabar
dari Farah bahwa Pera bersamanya.
Farah juga mengatak kepada Ical bahwa dia akan
menemani Pera di sini, sementara mereka jangan bertemu dulu. Farah juga
berjanji akan selalu mengabari Ical tentang perkembangan Pera.
Kondisi Pera semakin parah. Farah pun membawa Pera
ke rumah sakit terdekat. Meskipun tidak ada hal yang membahayakan secara medis
namun, secara psikologis Pera ini sudah kritis dia mengalami yang namanya
'prolonged grief disorder
Melansir Mayo Clinic, prolonged grief disorder
dapat memengaruhi kita secara fisik, mental, dan sosial. Tanpa perawatan yang
tepat, sindrom tersebut bisa menyebabkan berbagai komplikasi seperti:
Depresi
Pikiran atau perilaku bunuh diri
Kecemasan, termasuk PTSD
Gangguan tidur yang signifikan
Peningkatan risiko penyakit fisik, seperti penyakit
jantung, kanker atau tekanan darah tinggi
Kesulitan jangka panjang dengan kehidupan
sehari-hari, hubungan atau aktivitas kerja
Alkohol, penggunaan nikotin, atau penyalahgunaan
zat.'
Rasa sedih dan kehilangan mendalam tentu hadir di
tengah peristiwa memulihkan tersebut. Namun tahukah kalian, kematian orang
tercinta juga bisa menyebabkan gangguan mental?
Rasa sedih adalah hal yang wajar terjadi ketika
kita kehilangan orang tercinta. Namun, kesedihan tersebut biasanya
diekspresikan secara fisik, emosional, dan psikologis.
Misalnya, menangis adalah ekspresi fisik, sedangkan
depresi adalah ekspresi psikologis.
Jika kesedihan tersebut terus berlarut-larut, bisa
jadi adalah pertanda dari prolonged grief disorder.
Prolonged grief disorder merupakan gangguan
kesedihan yang berkepanjangan mengacu pada sindrom yang terdiri dari
serangkaian gejala yang berbeda setelah kematian orang yang dicintai.