Cinta Kakak Angkatku

Lima hari telah berlalu, sema itu vanya benar-benar menguji kesabaran vano,

Makanya sama sekali tidak melakukan tugasnya sebagaimana semestinya seorang istri dia hanya terus bermalas-malasan makan tidur dan makan tidur,

Tapi selama itu pula Vano masih tetap sabar pada fanya dia tidak sedikitpun meminta Vanya untuk membantunya tapi Vano juga tetap tidak mencari seseorang menjadi pembantu di rumahnya,

Pagi-pagi sekali vano  sudah berada di dapur,

Dia terlihat sibuk membuat kan sarapan untuk nya dan istrinya, sebenarnya Vano bisa membeli tapi dia sengaja melakukan semua itu,

Apanya yang baru terbangun dari tidurnya dia pun berniat ingin mengambil air ke dapur,

Tapi saat sampah di dapur hanya melihat Vano Tengah kerepotan,

Hati nuraninya sebagai wanita yang memang tak tegaan, akhirnya Vanya pun merasa bersalah karena membiarkan Vano telah mengurusnya selama seminggu ini,

,"udah biar aku sini, ujar Vanya, menghampiri Vano dan mengambil alih spatula yang tengah dipegangnya,

"Nggak apa-apa sayang kamu istirahat saja,

"Aku nggak sejahat itu kok Kak kakak aja yang cari gara-gara,!

Vano hanya tersenyum mendengar ucapan istrinya,!

"Udah sana biar aku yang siapin usir Vanya pada suaminya,

"Seriusan nih ntar ngambeknya nggak habis-habis, kata vano,

"Aku gak ngambek kak, aku hanya tidak terima kakak perlakukan seperti ini,

Vano segera memeluk nya,

"Vanya mau sampai kapan kau mau begini,

"Kamu tuh istri aku kamu milikku fanya ujar vano sambil memeluk istrinya,

"Aku mau ke kantor lagi mulai hari ini,

Vano menggangguk,

Vanya mulai sekarang ingin berdamai dengan takdirnya karena biar sampai jungkir balik pun Vano tidak akan melepaskan dirinya,

"Udah sana Kak tungguin aja aku akan menyiapkannya, ujar Vanya,!

Oke aku tunggu ya kata Vano sambil mengecupi istrinya,

Sarapan pagi pun sudah siap Vanya membawa dua porsi ke meja makan,

Dia segera memakan miliknya saat se porsi buat Vano sudah dia siapkan,

Sehabis sarapan banyak pun membereskan dapur selama ini dia hanya menjadi penonton saat Vano melakukan semua,

Nalurinya sebagai seorang wanita tidak bisa lagi tinggal diam,

Devano kembali ke atas terlebih dahulu,

Kemudian Vanya pun menyusul,

Dia juga hendak mempersiapkan diri untuk pergi ke kantor hari ini dia jenuh berada di rumah terus apalagi selalu diteleponin oleh ibu mertuanya,

vanya harus selalu berpura-pura menjadi istri dimas,

Entah di mana Dimas tinggal sehingga orang tuanya tidak tahu jika Dimas tidak bersama nya entah taktik apa yang digunakan Dimas sama vano untuk mengelabui orang-orang di sekitarnya,

Saat sampai di kamar ternyata vano sudah selesai mandi,!

Kali ini wajah nya terlihat sangat tampan karena memang sejak dulu Vano sudah tampan,

Dia membiarkanmu banyak untuk membersihkan diri juga terlebih dahulu dengan sabar karena menunggu banyak berhias,

Walaupun Vanya tidak membutuhkan waktu yang lama karena dia memang sudah cantik alami dari sananya,

Tak tahan mendiami istrinya selama itu walaupun beranjak dan kembali merengkuh Vanya dalam pelukan,

"Saat makan siang nanti ke ruanganku ya,!

Kita makan bersama nanti kata vano,

vanya tidak menyahut tapi dia menatap Vano dari pantulan cermin di depannya,

Vano terlihat sangat bucin "apakah dia akan seperti ini sampai nanti batin nya,

Aku bawa mobil sendiri kak,

Oke boleh tapi ingat nanti siang ke ruanganku,!

Lalu hanya berdiri dia hanya pergi mendahului vano yang masih berdiri di atas nya,

Dengan tangannya dicekal oleh vano,

"Apa lagi kak,! Ujar vanya malas,

Memang nya apa yang seorang istri lakukan saat suaminya mau berangkat kerja,

Vanya menghela nafas, namun Tak urung dia meraih tangan Devano dan mencium,

"Trus,! ujar vano,  vanya hanya mengerut kan kening nya, tak mengerti,

tapi Devano menangkup kedua pipi vanya dan menempelkan bibir nya di bibir ranum vanya yang sudah di olesi liptin,

Vanya hendak menarik dirinya namun sana dengan sikap menahan,

Ditahannya Tengku fanya agar rupanya tidak bisa menghindari ciumannya ini,

Vano sudah bersabar dalam seminggu ini sama sekali tidak menyentuhnya karena dia takut membuat kepalanya pergi meninggalkannya lagi,

Namun kali ini vano sudah tidak tahan lagi, dia ingin sekali mencicipi males bibir adik pangkatnya ini yang sudah sah menjadi istrinya,

Karena ciuman ini yang selalu terngiang-ngiang di ingatan nya, bibir yang manis dan nafas yang wangi, dan kenyal,

"Mmh,, kak,, walau vanya tidak membalas nya namun vano beraksi sendiri hingga nafas vanya tersenggal senggal,

Tapi vano justru memanfaatkan saat Vanya Tengah menghirup oksigen dalam-dalam,

Vano beralih menciumi leher vanya,  dan meninggal kan bekas cupang di sana,

"Mmh,, ah,, kakak lepasin. Hanya hampir saja mendesah karena dia merasakan ada sesuatu aliran yang menjalar di tubuh nya,

Vanya pun mendorong devano, yang memang sudah puas dengan aksinya,

Vano hanya tersenyum, mendapati vanya ysng cemberut,

Karena Vania merasa karena telah merusak riasan ia pun kembali melihat kecermin dan menambahkan lip tint yang dihapus bibir vano tadi,

Buru buru, devano menarik vanya agar segera berangkat, karna vano tak mau vanya menyadari sesuatu,

Mereka berangkat dengan membawa mobil masing-masing,!

Sampainya di kantor tentu saja mereka tidak berbarengan dan pada karya-karyawan pun sudah banyak yang datang karena ini sudah waktunya absen,!

Pagi bu vanya, sapa beberapa karyawan yang berpapasan dengan nya, mereka tersenyum kearah vanya, dan vanya pun membalas senyuman itu,

Sesampainya di ruangan, hanya menemukan satu genggam mawar merah yang dikirimkan seseorang tanpa nama,!

"Siapa yang mengirim ini,? Sok rahasia,

Namun Vanya tak ambil pusing dia pun menaruhnya di vas bunga yang ada di sana untuk menggantikan bunganya yang sudah layu karena sudah beberapa hari Vanya tidak masuk ke kantor.

Cepat jam 10.00 pagi Mereka pun mengadakan pertemuan kembali kali ini khusus bagian designer saja tanpa melibatkan perwakilan dari divisi divisi yang lain.

Saat sudah duduk di ruangan di sana ada beberapa orang dan salah satunya sinta, teman yang lumayan akrab dengan vanya,

"Cie ada yang baru habis bulan madu nih ledek sinta,

"Apaan sih, orang dirumah aja, jawab vanya,

Dan saat itu pun kebetulan Vano baru masuk untuk memimpin rapat tersebut ia duduk di kursi paling ujung di antara para desainer yang lain,

"Oo dirumah, bidik sinta,!

Ternyata pak Dimas ganas juga ya bisiknya pada vanya,

Vanya yang tak mengerti langsung menoleh,

"Maksudnya apa sih ujar nya,

Sinta menunjuk lehernya memberitahu pada Vanya jika ada sesuatu di leher di,

Dengan kode mata hanya masih tidak mengerti barulah cinta memberi kode dengan mulutnya tanpa bersuara,

"Bekas cupang, tunjuk sinta pada leher nya lagi,

Dan itu pun tak lepas dari perhatian devano yang belum memulai rapat tersebut,

Buru-buru vanya mengambil cermin kecil di leher nya,

Dia pun melihat Ada apa di lehernya sampai Sinta terus-terusan meledek dia,

"Astaga, reflek vanya menutupi, lehernya dengan rambut nya yang terurai,

"Nggak usah malu bu vanya biasa kok kalau pengantin baru masih hot-hotnya ujar designer yang lain yang memang sudah menikah,

Vanya tambah malu dia menatap tajam kepada Devano Yang sepertinya memang sengaja melakukan ini,

Namun Vano hanya tersenyum tipis tanpa orang-orang menyadarinya

"Baiklah mari kita mulai rapatnya kata Vano mengalih kan dari tatapan tajam istrinya,

Vanya tidak lagi bisa berbuat apa-apa dia hanya terus berusaha menutupi lehernya bekas cupang yang sengaja Vano buat.