aku sangat terkejut saat terbangun dari tidurku, semuanya tampak asing. Ruangan yang besar, kasur yang sangat luas serta perabotan yang mewah terlihat tampak nyata.
aku mengira semua ini adalah mimpi yang selalu aku bayangkan sehingga aku pun tertawa dengan khayalanku yang semakin gila sampai bermimpi sangat indah.
namun setelah beberapa saat aku merasa aneh karena semua itu benar-benar tampak nyata.
aku pun bergegas bangun dari kasur yang luas itu.
"kyaa!!" teriakku sangat kencang saat aku menatap cermin yang besar di kamar itu.
wajah yang tampak asing namun bukan diriku tapi aku sadar bahwa itu adalah aku.
semuanya sangat membingungkan.
aku pun mencubit pipiku dan terasa sakit sehingga aku tahu itu bukanlah mimpi.
"wajah siapa ini? bukankah ini sangat cantik seperti putri kerajaan" gumamku merasa kagum.
apakah semua ini benar nyata atau memang hanya sebuah mimpi indah?
🌸🌸🌸
nantikan kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leticia Arawinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Saat Ivander tidak ada kabar rupanya di karenakan dia sedang menyelidiki kasus yang menimpaku karena ada kejanggalan yang tidak masuk akal. Dia sangat sibuk sampai tidak memberikan kabar apapun ke mansion karena dia sedang pergi ke Akademi dimana Isabella Cullen anak dari Baron Cullen yang di curigai sebagai tersangka berada di sana.
Ivander meminta kepada petinggi di Akademi tersebut untuk memberikan informasi tentang segala aktivitas yang di lakukan oleh Isabella selama kurun waktu yang berkesinambungan dengan kejadian yang menimpaku saat itu.
Dari data dan informasi yang ia terima semuanya sangat tidak mungkin jika Isabella diam-diam pergi dari Akademi karena dilihat dari semua yang tercatat, Isabella sama sekali tidak keluar dari Akademi sama sekali dan hanya keluar di saat dia mendapatkan libur panjang. Isabella dikenal sebagai anak yang berprestasi dan murid yang tidak pernah membuat masalah sehingga para guru pun meyakinkan bahwa semua yang tercatat dan di katakan adalah benar bahwa Isabella tidak pernah keluar meski hanya sebentar.
Setelah selesai dari Akademi yang seharusnya dia pulang nyatanya ada hal lain yang perlu dia kerjaan atas perintah dari Kaisar. Ivander sangat sibuk dan meski dia masih memikirkan diriku, tak ada waktu sejenak untuknya memberi kabar. Adapun dari pihak istana tidak memberikan akses bagi siapapun untuk mengetahui keberadaan Ivander sehingga tidak ada yang mengetahui kabarnya bahkan bagi kepala pelayan dan Rose yang menjalankan tugas dariku saat itu.
Aku cukup memahami situasi yang di alami Ivander sehingga aku mengerti garis besar dari hal yang masih belum pasti ini dan mengenai apa yang ku khawatirkan tentangnya kemarin terjawab sudah. Namun hal yang masih sangat mengganjal dan belum menemukan solusi justru semakin rumit.
Kasus yang seharusnya tidak perlu di besar-besarkan namun sepertinya tidak semudah yang di pikirkan. Hanya orang yang cerdas yang mampu mengkambinghitamkan orang lain sehingga kejahatan yang di lakukannya tidak mudah di ketahui.
Aku mengira semua ini adalah konspirasi yang berhubungan dengan persaingan yang ada kaitannya dengan putra mahkota. Aku terdiam sejenak dan berfikir sebelum mengatakannya kepada Ivander.
“Apa benar seperti itu? Hmph!” tanyaku mulai memikirkan kemungkinan lain. Ivander mengangguk. “Iya sayang. Sebenarnya aku tidak ingin membuatku kesulitan tapi sepertinya aku perlu bantuan darimu sayang. Apa tidak masalah jika aku meminta tolong untuk memastikannya dengan bertemu Isabella?” katanya sedikit ragu. Ivander menatapku dengan tatapan yang hangat namun penuh kekhawatiran. Tangannya menyentuh punggung tanganku dengan perlahan dan ibu jarinya mengusap-usapnya dengan lembut.
Meski dia tidak memintaku untuk melakukannya dengan senang hati dan kesadaran diriku tentu saja aku akan membantunya. “Dengan senang hati aku akan membantumu sayang bahkan tanpa kamu memintanya, aku akan membantu apapun itu” jawabku dengan tersenyum.
“Terimakasih istriku” katanya dengan tatapan hangat. Ivander terlihat tak mau membuatku lelah dan melakukan hal yang tidak seharusnya namun hanya aku yang mengetahui tentang pelaku saat itu.
Kami melakukan investigasi bersama tanpa pergi ke istana di karenakan Ivander tidak mau membuatku bertemu kembali dengan putra mahkota usai kejadian yang membuat hubungan kami sedikit bermasalah.
Ivander memanggil Isabella ke mansion nya dan mengirimkan surat resmi dengan cap kaisar ke Akademi. Semua itu Ivander lakukan setelah dia sangat tidak ingin membuatku berhubungan lagi dengan putra mahkota. Dia sudah mendapatkan izin dari kaisar sehingga tidak akan ada pertentangan dari pihak manapun di istana.
Ivander yang merupakan komandan kesatria di kekaisaran memiliki andil terbesar dalam menangani kasus yang menimpaku yang merupakan bangsawan penting terlepas dari statusnya yang sebagai suamiku.
Dan meski putra mahkota ingin turut andil untuk menyelidiki kasus ini namun atas perintah kini semuanya di serahkan kepada Ivander dan bawahannya.
Awalnya putra mahkota bahkan mengajukan keluhan kepada kaisar namun semua itu sia-sia karena keputusan itu sudah bulat. Putra mahkota hanya bisa menerimanya dengan kesal. Semua ini merupakan hal yang sudah seharusnya di lakukan dan sebagai putra mahkota tidak seharusnya melakukan sesuatu atas kepentingan pribadinya atas dasar membantu kasus sahabatnya yang merupakan istri dari seorang Duke Lance.
Keesokan harinya tibalah hari dimana Isabella mendatangi mansion Duke Lance sesuai dengan undangan yang di berikan secara resmi oleh Ivander.
Aku sangat tidak sabar untuk bertemu dengan Isabella untuk memastikan benar tidaknya bahwa dia adalah pelakunya.
Tok.. Tok..
Suara ketukan pintu terdengar hingga membuat berdebar dan ada sedikit rasa takut jika benar dia adalah perempuan waktu itu.
Ivander menyentuh tanganku yang gemetar karena merasa takut teringat kejadian malam itu. Dia menatapku dan memejamkan matanya sejenak serta mengangguk seolah menenangkan ku dan berkata semua akan baik-baik saja karena ada dia di sampingku.
“Tuan, nona Isabella sudah datang” kata pelayan di depan pintu. “Persilahkan masuk” kata Ivander masih menggenggam tanganku dengan erat.
Ceklek!..
Pintu ruang kerja Ivander yang sedang aku datangi dan menunggu penuh ketakutan dan kecemasan pun terbuka.
Pandanganku menatap ke arah pintu dan perlahan aku melihat sosok wanita yang berdan mungil berambut merah panjang bergelombang. Warna merah yang menyala yang tak pernah ku lihat dari semua orang yang pernah ku temui di kekaisaran ini.
Wajahnya cantik namun terlihat pemalu, kulitnya putih bersih dan cara berjalannya yang terlihat sedikit membungkuk dan terkesan malu. Dari cara berdiri dan postur tubuh serta intimidasi yang ku terima dari perempuan yang kejam pada saat itu sangatlah berbeda.
Dia yang kulihat sekarang yang berdiri tepat di depanku sungguh berbeda dan justru terlihat menenangkan.
“Salam kepada Duke dan Duchess Lance. Saya Isabella Cullen” ucapnya memberikan salam dengan sopan. Suara yang terdengar jelas sangat berbeda dengan perempuan yang kutemui dan dengan yakin bahwa dia bukanlah pelaku sesungguhnya. Suaranya terdengar lembut dan memiliki intonasi yang rendah, sangat berbeda dengan suara perempuan itu yang memiliki intonasi tinggi dan terdengar arogan.
“Silahkan duduk” kata Ivander dengan serius. Dia bersikap waspada padanya yang ia sangka sebagai pelaku kejahatan yang di lakukan saat itu meski belum jelas bahwa dia adalah pelakunya.
Dia menunduk dan duduk sesuai dengan perkataan Ivander. Tanganku yang gemetar kini sudah berhenti karena menurunkan kewaspadaan padanya dan keyakinan yang kuat bahwa dia bukanlah pelakunya.
“Bagaimana mungkin perempuan lembut seperti dia melakukan kejahatan? Bahkan hanya dengan menatap wajahnya saja, dia tidak mungkin menyakiti orang lain bahkan hewan kecil sekalipun. Ivander pasti memikirkan hal yang sama denganku bukan?” dalam benakku.
Ivander melepaskan genggaman tangannya dan mulai mengambil berkas yang ia kumpulkan sebagai bukti dan mulai menginterogasinya.
Aku merasa terpesona melihat caranya yang sedang bekerja dengan ekspresi yang serius dan terlihat sangat tampan. Aku tidak sadar menatapnya lekat-lekat di depan orang lain.