MINIMAL KOMEN LAHHHH...
Arshlan, seorang murid dari SMA Tanah Abang yang ditemukan tak sadarkan diri dengan kepala yg pecah disebuah gang sempit dekat dg sekolahnya. dan ternyata yg telah menyerangnya ialah sahabatnya sendiri.
Usai kejadian itu terjadi sang sahabat bersama keluarganya menghilang dari kota dan diduga kabur dari kejaran polisi.
Saat Arshlan di larikan ke rumah sakit dokter telah mengusahakan untuk menyelamatkan nya, tetapi takdir berkata lain.
Ingin tahu lanjutannya?
yuk baca bersama di "Novel SYSTEM PENGUASA DAN BALAS DENDAM" karya Scorpio hanya di Noveltoon-Mangatoon
NOTE: NOVEL INI ADALAH LANJUTAN DARI AKUN PERTAMA KU YAITU "0701:)"
JADI KALAU ADA NOVEL YG SAMA SELAIN DI AKUN INI DAN "0701:)" ITU ADALAH JIPLAKAN DAN AKAN TERKENA SANKSI!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Scorpion's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 :"Anak wakil kepala Sekolah?"
Kelas telah usai, kini terlihat jika Arshlan sedang duduk duduk santai menikmati makanan nya di kantin sembari memainkan smartphone barunya.
"Kriiingg..." Suara telepon masuk dari nomor tak dikenal.
"Halo, dengan siapa?" tanya Arshlan setelah menjawab telpon.
"Halo tuan, apakah benar ini dengan tuan Arshlan?" tanya seorang suara pria dari seberang telpon.
"Ya itu benar, ada apa?" Jawab Arshlan serta balik bertanya.
"Saya sekretaris dari perusahaan tekstil bernama Jony tuan, apakah anda berminat untuk datang ke perusahaan?" tanya pria itu dari seberang telpon.
"Oh baiklah, nanti aku akan kesana" Ucap Arshlan.
Setelah sedikit berbincang Arshlan pun mematikan telpon nya.
"Heh anak miskin, tak kusangka kau masih sehat saja." Ucap tiba tiba seorang pemuda dari arah belakang Arshlan.
"Kiki, apalagi maumu?. Apakah belum cukup kau selalu menggangguku sebelumnya?" tanya Arshlan pada pemuda itu.
Mendengar pertanyaan Arshlan membuat wajah pemuda yg di panggil Kiki itu menggelap.
Pemuda itu memiliki perawakan pendek dan gemuk, sangat gemuk bahkan. Namun banyak murid yg tidak berani berurusan dengannya karena latar belakangnya yg tidak sederhana.
"Kau, berani beraninya orang miskin sepertimu berani membantahku.
Apakah kau ingin keluar dari sekolah ini hah?" Teriak Kiki dengan wajah menggelap sambil menunjuk wajah Arshlan.
Saat ini Arshlan masih diam, ia benar benar tak peduli dengan ucapan pemuda gemuk itu yg sok berkuasa di lingkungan sekolah ini.
Apalagi ia yang dulu dan sekarang sudah sangat berbeda.
Jika dulu ia merupakan seorang yang sangat miskin yang bahkan untuk makan saja sulit, maka kini ia telah berubah menjadi seorang pemuda sukses lagi kaya serta menyandang gelar CEO muda yg memiliki lebih dari satu perusahaan.
Lalu apa lagi yg perlu di takutkan dari Kiki itu?, bahkan kalaupun ia dikeluarkan, ia bisa saja mencari sekolah lain yg lebih bagus di banding sekolah yg ia tempati.
"Aku tahu jika ayahmu merupakan wakil kepala sekolah, lalu apa?. Kau fikir ayahmu bisa mengeluarkan seorang murid seenaknya sendiri begitu?" Ucap Arshlan bertanya sekaligus menyindir Kiki.
"Awas saja kau, akan ku buat kehidupan mu di sekolah ini menderita." Ucap Kiki lalu ia pun berlalu pergi sambil mendengus.
"Mengganggu saja." Ucap Arshlan lalu ia pun menyelipkan uang di bawah mangkok makanan yg tadi ia pesan ke Budhe kantin.
Setelah itu Arshlan pun berjalan ke koridor menuju kelasnya karena setelah ini adalah jam terakhir sebelum ia pulang.
"Hei anak miskin sini kau!" Ucap seorang pemuda dari arah kamar mandi yg tepat di depannya adalah jalan menuju kelas Arshlan.
"Ada apa kau memanggilku?" Tanya Arshlan dengan kening berkerut.
"Kau terlalu banyak bicara kemarilah!" Ucap pemuda itu tak sabaran dan dengan kasar menarik tangan Arshlan untuk masuk ke kamar mandi.
Namun saat pemuda itu menarik tangan Arshlan, ia seolah sedang menarik almari besar yg kokoh dan tak bisa bergerak.
'Berat sekali anak ini' Batin pemuda itu sambil tetap memaksa mencoba menarik Arshlan.
Melihat pemuda di depannya yg berusaha keras untuk menariknya membuat Arshlan tersenyum geli, ia benar benar tak menyangka jika pemuda se lantaran dengannya tak bisa menarik dirinya.
20% Strenght benar benar bukan main main, bahkan ia percaya jika ia bisa mengangkat sepeda motor hanya dengan satu tangannya.
Entah karena kasihan atau apa akhirnya Arshlan pun mengikuti pemuda di depannya untuk masuk ke kamar mandi.
"Semoga dia pria normal, bukan gay atau sejenisnya itu." Ucap Arshlan lirih, ia benar benar tak takut dengan pemuda berwajah beringas di depannya.
satu satunya yg ia takuti adalah jika seorang pemuda gay menangkapnya, bahkan untuk menyentuhnya pun ia benar benar akan merinding.
"Aku tak menyangka jika anak miskin ini benar benar berani datang ke sini." Ucap seorang pemuda di dalam kamar mandi itu sambil memegang pegangan pel lantai.
Di dalam kamar mandi itu terlihat sekelompok pemuda berjumlah sekitar 7-9 orang yg masing masing dari mereka menegang bermacam macam barang.
"Kalau mau jualan barang di pasar loak sana, jangan malah ke kamar mandi." Ucap Arshlan mengejek sekelompok pemuda di depannya.
"Berani kau, kalian beri pelajaran anak miskin ini!!" Teriak seorang pemuda memerintahkan teman temannya.
"Hiyaaa... Prakkk.." Suara sesuatu patah karena memukul benda keras.
"Bukk.. bakk... bukk... prakkk..." Suara pukul memukul membuat ngilu siapapun yg mendengarnya.
"Kini terlihat jika dari semua pemuda yg tadi berniat buruk pada Arshlan hanya tersisa satu orang yg keadaannya sedikit lebih baik dari teman temannya.
"Dito, siapa yang menyuruhmu?" tanya Arshlan pada pemuda itu yg dipanggil Dito.
"Tolong ampuni aku" Ucap Dito memohon ampun.
"Plakk..." Suara tamparan terdengar keras saat Arshlan menampar wajah Dito.
"Aku bertanya, kenapa kau malah berbicara yang lain hah?" Teriak Arshlan dengan marah yg membuat Dito merinding ketakutan.
"Ki- Kiki yang menyuruhku, A-aku sudah mengatakannya jadi tolong ampuni aku." Ucap Dito memohon ampun.
"Duakkh.. Brukk.." Suara pukulan dan tubuh terjatuh terdengar tatkala Arshlan memukul tengkuk Dito hingga pingsan.
"Bukti sudah ada bukan?" tanya Arshlan pada dirinya sendiri sambil tersenyum jahat.
Setelah berkata seperti itu, Arshlan pun berjalan menuju suatu sisi yg terlihat sebuah benda kotak kecil menghadap ke arahnya tadi saat berkelahi.
Setelah sampai Arshlan pun mengambil benda itu yg tak lain adalah kamera kecil, lalu ia pun mengambil chip yg ada.
"Sylvia, buatkan chip yg mirip dengan chip ini lalu proses data video tadi. Edit serta potong kejadian saat mereka mengatakan jika Kiki merupakan dalang nya." Ucap Arshlan memerintah Sylvia.
"Baik tuan, memproses....... Selesai.
Poin tukar anda dipotong 980 poin, Sisa poin anda 290.000 poin."
Lalu Arshlan pun mengambil chip memori yg ada di inventori dan memasukkan kembali ke dalam kamera yg ia pegang, dan meletakkan nya di tempat semula.
Setelah itu Arshlan pun berjalan keluar untuk menuju kelasnya yg sudah dekat jaraknya.
Saat Arshlan masuk terlihat beberapa siswa menyapa Arshlan, sangat berbeda dengan dulu.
"Hei Arshlan, nanti tolong ajarkan aku matematika ya. Aku agak bingung soalnya." Ucap seorang siswi pada Arshlan.
"Ya baiklah jika nanti ada waktu luang" Ucap Arshlan mengangguk.
"Aku juga mau.." Sahut siswi lain yg diikuti oleh siswi dan siswa lain.
"Aku juga belum faham tentang Sastra, tolong ajarkan juga." Pinta seorang siswa .
Keadaan langsung riuh yg membuat Arshlan gelagapan, ia benar benar pertama kali mengalami hal seperti ini.
"Kenapa kok padaku, bukan pada guru guru lain sih?" tanya Arshlan.
"Aku tidak mengerti kalau guru yg menerangkan."
jangan tidur yooo...!!!