NovelToon NovelToon
Wanita Simpanan CEO

Wanita Simpanan CEO

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Cinta Terlarang / Crazy Rich/Konglomerat / Pelakor / Diam-Diam Cinta
Popularitas:403.6k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

Demi pengobatan sang ibu, Bella rela menjadi simpanan Steven, CEO PT. Graha Sanatama. Namun, jodoh dan maut di tangan Tuhan. Sang ibu tetap tak dapat diselamatkan.

Setelah ibunya meninggal, Bella melepaskan diri dari Steven. Namun, takdir kembali mempertemukan mereka ketika Bella diperkenalkan kepada keluarga Axel, kekasih barunya. Tanpa di sangka ternyata pria itu adalah adiknya Steven.

Steven cemburu melihat kemesraan Axel dan Bella. Dia nekat merebut kembali Bella dari adiknya itu.

Apakah takdir tetap mempersatukan Bella dan Steven, sedangkan ada hati lain di antara mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Tiga Puluh Dua

Steven tak mencegah istrinya pergi. Namun, setelah Bella menghilang dia lalu berdiri mendekati mama Marni. Axel yang melihat itu menjadi sedikit kuatir karena wajah abangnya terlihat tegang.

"Ma, aku harap ini terakhir kalinya mama mengatakan hal buruk tentang Bella. Aku yang menginginkan dia menjadi simpanan. Sebenarnya tak ada keinginan Bella untuk masuk ke dalam hidupku, semua dilakukan karena keterpaksaan. Dia lakukan demi ibunya!" seru Steven.

Steven lalu mengatakan awalnya dia bertemu. Dia juga mengatakan tentang ancamannya jika Bella pergi dari hidupnya.

Steven juga mengatakan semua yang Bella lakukan demi pengobatan sang ibu. Jadi tak adil jika menghakimi dirinya saja.

"Aku harap setelah Mama mendengarnya, ini menjadi bahan pertimbangan. Tak ada manusia yang menginginkan berada di posisi Bella. Jika dia sekarang mau menjadi istriku, awalnya juga demi anakku. Mama seharusnya bahagia karena dia masih mau tetap menjaga kehamilannya!"

Mama Marni tampak menarik napas. Axel mengusap tangan mamanya. Sepertinya meminta wanita itu jangan menjawab ucapan abangnya. Namun, mamanya tetap melakukan itu.

"Apa nggak ada kerjaan selain menjual diri? Berarti selain pelakor dia awalnya menjual dirinya untuk pengobatan sang ibu. Beruntung ibunya meninggal, jadi tak tau kelakuan buruk putrinya," balas Mama Marni.

"Ma, jika mama benci dengan istri simpanan papa, jangan libatkan Bella. Jalan mereka berbeda. Pelakor dalam rumah tangga mama memang datang buat menggoda papa. Sedangkan Bella itu masuk karena keinginanku. Jika ada yang perlu disalahkan itu adalah aku. Bukan Bella. Dia juga mau menerima Axel, karena tak ingin mengganggu rumah tanggaku. Namun, aku yang tak bisa melepaskannya. Kalau Mama tak mau melihatnya lagi, berarti Mama juga tak menginginkanku. Selama Mama belum bisa menerima Bella, selama itu juga aku tak akan datang ke rumah. Aku hanya datang saat dia bisa diterima!"

Setelah mengatakan itu, Steven lalu berjalan keluar ruangan. Tak mau mendengar jawaban apa pun dari mamanya. Takut jika Bella benar-benar pergi darinya.

Axel meraih tangan mamanya. Menggenggamnya erat. Dia tahu mamanya masih trauma dengan pengkhianat papa. Tapi dia juga mengerti dengan apa yang Bella lakukan.

"Ma, jika benar awal mula Bang Steven bertemu Bella seperti yang dia katakan, itu artinya Bella tak punya keinginan merusak rumah tangga mereka. Cuma takdir yang membawanya bertemu Bang Steven."

"Semua juga dikatakan takdir. Setiap pelakor pasti akan mengatakan jika tak ada yang menginginkan posisinya semua karena takdir. Berarti, semua yang kita lakukan baik atu buruk itu tak salah, semua karena takdir?" tanya Mama Marni.

"Bukan begitu, Ma. Aku yakin Bella itu wanita baik. Mama juga tak bisa salahkan Bella saja. Bang Steven yang paling andil dalam hal ini. Jika dia tak membuka hatinya, tak akan ada yang masuk. Dan seperti kata Abang kemarin, rumah tangganya sudah hancur dari awal, jadi tak salah jika dia memulai yang baru lagi. Ma, ingat, ada cucu mama dalam rahim Bella. Keturunan mama. Apa Mama rela jika dia pergi membawa darah daging Bang Steven itu?" tanya Axel.

Mama Marni terdiam mendengar ucapan Axel. Dia memang sangat menginginkan cucu, sejak awal Steven menikah.

"Ma, cobalah berdamai dengan keadaan. Jangan menyesal nantinya jika Bang Steven benar-benar menjauh," ujar Axel dengan suara pelan.

Mama Marni masih diam. Dia tak tahu apa yang menyebabkan dia begitu benci dengan Bella. Apa karena dia di anggap pelakor atau karena wanita itu pernah membohongi dirinya? Atau karena dia pernah mempermainkan Axel, putra bungsu kesayangannya? Entahlah, Mama Marni juga tak tahu jawabannya.

Sementara itu Steven mencoba mencari keberadaan Bella. Dia melihat sang istri sedang duduk di taman. Dia menarik napas lega karena melihat sang istri yang terlihat biasa, tidak ada air mata.

"Sayang, aku kira kamu di mana?"

"Bang, udah ngobrolnya?" Bella balik bertanya.

"Sudah, maafkan mama."

"Bang, kita ngomong yang lain saja ya. Aku lagi tak mau bicarakan itu," balas Bella.

Dari tadi dia sudah berusaha menguatkan hati agar tak memikirkan apa yang mertuanya katakan. Dia sudah bertekad tak akan memasukan ke hati semua ucapan orang-orang tentangnya. Bukankah semua di dunia ini akan ada pro dan kontra. Lagi pula, bagaimana pun pembelaan yang dia lakukan, pasti tetap di cap pelakor. Dia harus belajar kuat.

"Sayang, bagaimana kalau kita ke taman kota!" ucap Steven antusias.

Bella tersenyum lebar. "Bang, apakah tidak terlalu capek untukku? Aku khawatir dengan kandungan ini."

Alasan Bella karena masih sedih mengingat ucapan mertuanya.

Steven menghampiri Bella dan mengelus perutnya dengan lembut. "Jangan khawatir, Sayangku. Kita akan beristirahat sebanyak yang kamu butuhkan. Aku hanya ingin kamu bisa menikmati hari ini dan melupakan semua kesedihanmu," ucap Steven.

Bella meletakkan tangannya di tangan Steven, matanya berbinar-binar. Tak tega jika menolak keinginan suaminya itu. Pasti dia ingin menghibur. "Baiklah, Bang."

Mereka berdua masuk ke mobil, dan Steven menjalankan dengan pelan hingga mereka tiba di taman kota yang indah. Semua matahari terasa begitu cerah dan energik, membuat suasana taman menjadi semakin hidup.

"Tengoklah, Bella! Bunga-bunganya indah sekali. Ayo kita duduk di bawah pohon itu," ujar Steven sambil menunjuk ke arah taman bunga dengan berbagai macam warna yang menakjubkan. Tak pernah dia lakukan ini bersama Nicky. Dia ingin menghibur sang istri.

Bella mengikuti Steven dengan senyum ceria di wajahnya. Mereka meletakkan tikar piknik dan duduk bersama-sama di bawah naungan pohon besar, menghirup udara segar taman.

"Ah, begitu segar dan menenangkan di sini," puji Bella sambil menyentuh perutnya dengan lembut.

Steven mengangguk setuju. "Tentu saja, Sayangku. Menghabiskan waktu bersamamu adalah prioritasku, terutama saat kamu hamil. Apa yang kamu inginkan? Aku siap untuk apa pun."

Bella dengan penuh semangat berkata, "Baiklah, bagaimana kalau kita bermain tebak-tebakan? Aku ingin menguji seberapa cerdas mu!"

Steven tertawa. "Baiklah, tantanganku diterima! Ayo, berikan aku pertanyaan pertamamu."

Bella berpikir sejenak. "Baiklah, apa tiga hal yang kamu cintai dariku?"

Steven memandang Bella dengan penuh kasih sayang. "Hmm, tentu saja kamu yang pertama. Kedua, perut indah ini, dan ketiga, kegembiraanku setiap kali melihat kamu tersenyum."

Mata Bella berbinar gembira mendengar jawaban Steven. "Benar sekali! Aku juga mencintaimu dengan segenap hatiku, Bang."

Mereka berdua tertawa bersama-sama sambil merasakan kebahagiaan yang tak terkira. Percakapan ini terus berlanjut untuk seterusnya. Mereka saling bertanya dan mengungkapkan perasaan mereka satu sama lain. Suasana menjadi semakin intim di antara keduanya.

Setelah menghabiskan beberapa waktu di bawah pohon, mereka berdua berjalan-jalan di sekitar taman kota. Steven mengagumi mural yang indah di dinding taman, sementara Bella menikmati pandangan beraneka ragam tanaman yang tersusun rapi.

Waktu berlalu begitu cepat dan matahari mulai tenggelam di ufuk barat. Steven memutuskan kembali ke apartemen, kebetulan apartemen yang akan dia tempati bersama Bella berada tak jauh dari taman.

Bella memandang Steven dengan mata berbinar-binar. "Terima kasih, Bang. Untuk hari ini."

Bella yakin, semua yang Steven lakukan hari ini hanya untuk menghiburnya. Agar dia tak sedih dengan ucapan mamanya.

Steven memegang kedua tangan Bella dan berkata, "Aku yang berterima kasih padamu, Bella. Kamu telah mengisi hidupku dengan cinta dan kebahagiaan. Aku tidak sabar untuk menjadi ayah dari anak kita."

1
Verawati Khaira
Luar biasa
Sarita
🤣🤣🤣🤣 ternyata pecinta lobang ee
bunda DF 💞
good /Ok/
Farika Willesden
keren bgus ceritanya
Titik Esmarwati
lanjut thor
Arie
Luar biasa
Titik Esmarwati
bagus bgt ceritanya thor
Reni Setia
makasih untuk novelnya
Dwi Vella
Luar biasa
Agnesya
Wahh wajah axel hrsnya jd steven lbh keliatan cool 😍😍
Hera
👍🏻👍🏻👍🏻
Hera
salam hangat tuh steven sama bella 😄
Juniartii Marpaung
kasihan axel ya.....
Meimei Memei
Luar biasa
Isna mansur
keren ..keren...seru ceritanya...
sherly
smoga Axel bisa untuk menjadi pria normal ..
sherly
Luar biasa
sherly
hahahha sok tau, owalah stev emang nih mesumnya ngk ada obat
sherly
kasar amat Bu, trauma sih boleh Ama pelakor tp kan ngk gitu juga konsepnya...
sherly
baru kali ini suami tak nanya tentang hub suami istri pas hamil .. keren banget stev
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!