Tiga sahabat, Reza, Bima, dan Fajar, terjebak dalam sebuah misi absurd di tengah gurun pasir setelah disedot oleh portal misterius. Dengan hanya lima nyawa tersisa, mereka harus menghadapi tantangan aneh dan berbahaya untuk mencapai harta karun legendaris. Setiap kali salah satu dari mereka mati, mereka "respawn" seperti dalam permainan video, tetapi jumlah nyawa mereka berkurang, mendekatkan mereka pada nasib terjebak selamanya di gurun.
Setelah berlari dari kejaran buaya darat dan selamat dari angin puting beliung yang disebut "Angin Putri Balalinung," mereka menemukan helikopter misterius. Meskipun tidak ada yang tahu cara mengendalikannya, Bima mengambil alih dan, dengan keberanian nekat, berhasil menerbangkan mereka menjauh dari bahaya.
"Bro, lo yakin ini aman?" tanya Reza sambil gemetar, memandangi kokpit yang penuh dengan tombol.
Bima mengangguk ragu, "Kita nggak punya pilihan lain, kan?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vyann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Batu Orion
Setelah meluncur dan mendarat dengan dramatis di sungai, Bima, Reza, dan Fajar tidak menyia-nyiakan waktu. Mereka segera melanjutkan perjalanan sesuai dengan rute yang tercantum di peta, masih dalam suasana penuh semangat dan bercampur canda tawa setelah pengalaman yang menggila di seluncuran.
"Jadi, setelah semua ini, kita cuma perlu cari batu itu di dalam gua, kan?" tanya Fajar sambil terus berjalan. "Gua dengan batu berkilauan, kayaknya udah mirip film Indiana Jones, deh."
Reza tertawa, menyeka air dari rambutnya yang masih basah. "Ya, tinggal ambil batu, terus pulang. Gampang, kan?"
"Kalau film-film sih biasanya setelah ambil batu, ada jebakan," sahut Bima, tersenyum setengah cemas.
Sepanjang perjalanan, pemandangan alam yang mereka lalui begitu indah. Pepohonan menjulang tinggi, daun-daun yang hijau menyegarkan mata, dan sinar matahari menyelusup di antara celah-celah dedaunan, menciptakan pola cahaya yang menakjubkan di sepanjang jalan setapak. Suara gemericik air terjun terdengar samar-samar dari kejauhan, memberikan ketenangan di tengah petualangan mereka yang penuh tantangan.
Setelah berjalan cukup lama, mereka tiba di mulut gua yang ditandai di peta. Gua itu tidak terlalu besar, tapi sinar hijau terang tampak bersinar dari dalamnya, memantul di dinding-dinding gua, menciptakan aura mistis.
"Ini dia," ujar Bima sambil menarik napas dalam. "Gua dengan batu Orion."
Tanpa menunggu lama, mereka bertiga masuk ke dalam gua. Cahaya hijau semakin terang seiring langkah mereka mendekat ke sumbernya. Batu Orion, yang ternyata lebih besar dari yang mereka bayangkan, bersinar memancar di tengah ruangan gua.
“Wah, keren banget!” seru Reza dengan mata terbelalak kagum. “Kayak bener-bener batu alien.”
“Cuma kurang soundtrack epik aja nih,” celetuk Fajar sambil tersenyum. “Tapi serius, ini batu bikin gua jadi serem dan keren sekaligus.”
Bima, yang tak ingin membuang waktu, segera mengambil batu Orion itu dan memasukkannya ke dalam tas yang dia bawa.
"Semoga nggak ada jebakan, ya," ucapnya sambil melirik ke kanan-kiri, seolah mengharapkan jebakan khas film petualangan muncul.
Namun, belum sempat mereka bereaksi lebih jauh, tiba-tiba suara **"Ting!"** terdengar lagi, kali ini diikuti dengan kemunculan portal bercahaya tepat di depan mereka. Portal itu memancarkan warna-warni yang terus berubah, seperti lingkaran berputar tanpa henti.
“Wah, portal lagi,” kata Reza, matanya berbinar. “Mungkin ini portal buat balik ke dunia kita?”
Fajar mendekati portal tersebut dengan rasa penasaran. "Kali ini semoga beneran pulang, bukan portal ke tempat yang lebih aneh lagi."
Bima yang membawa batu Orion di tasnya, tertawa kecil. "Ya, siap-siap aja. Siapa tahu ini malah ngirim kita ke tempat lebih berbahaya."
Mereka bertiga terdiam sejenak, memandangi portal yang berputar pelan di depan mereka.
"Ayo kita masuk, nggak ada pilihan lain kan?" ujar Reza sambil menepuk bahu Bima. "Batu udah kita dapet, tinggal lihat ke mana portal ini bawa kita."
Tanpa banyak ragu lagi, mereka bertiga melangkah maju, melintasi portal yang bercahaya terang. Begitu tubuh mereka sepenuhnya masuk ke dalam lingkaran portal, perasaan melayang dan berpindah tempat langsung menghantam mereka.
Saat pandangan mereka mulai jelas lagi, mereka menemukan diri mereka di sebuah tempat baru, sebuah desa di puncak bukit dengan latar belakang gunung menjulang tinggi. Langit tampak cerah, namun ada suasana misterius yang menggelayuti udara.
"Wow, lihat deh, pemandangannya!" seru Fajar, takjub melihat keindahan desa dan gunung yang ada di depan mereka. "Ini kayak surga tersembunyi."
Reza mengangguk setuju. "Iya, tapi gue yakin ini belum selesai. Pasti masih ada tantangan berikutnya."
Bima, yang sudah cukup lelah tapi tetap semangat, tersenyum lebar. "Yah, apa pun tantangan berikutnya, setidaknya kita punya batu Orion ini. Jadi, ayo kita selesaikan petualangan ini."
Dengan batu Orion di tangan dan portal baru di depan mata, mereka melanjutkan perjalanan mereka, siap menghadapi apa pun yang ada di depan, sambil tetap menikmati momen seru dan keindahan alam di sekitar mereka.
Mati pun gk usah khawatir ya, yg penting balik.