Kita semua punya keinginan tapi semesta punya kenyataan.
Bruuaaakk
"Aduh.... ". ringis seorang gadis yang bernama Eliana Hira Adipura atau sering di sapa El.
"Kamu gak papa nak? ". tanya seorang ibu paruh baya dengan sigap menolong El yang terjatuh.
"Maaf ya nak, karena menghindari ibu kamu jadi jatuh dan terluka begini ". ucap ibu itu dengan nada tak enak hati.
"Gak apa-apa bu, hanya luka ringan saja kok, nih lihat masih bisa loncat-loncat kan? ". ucap Eliana dengan melompat-lompat kecil membuktikan bahwa dia baik-baik saja.
selamat membaca......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamy charmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7
"Hmm sampai juga, gue harus cepat kalau gak mama bisa marah lagi". batinnya berjalan dengan cepat dan memilih bukunya dengan cepat pula.
"Sudah semua kayaknya ini". gumamnya lantas pergi ke kasir.
"Berapa kak? ".
"270 ribu kak". ucap kasir.
"Ini kak". jawab seseorang dari belakang El.
"Eh? ". El menoleh langsung ke belakang.
"teo? ". kaget El.
"Hai...... ". ucapnya melambaikan tangan ke arah El dengan senyum lebarnya seperti biasa.
"Kok kamu disini? ". tanya El
"Ini kak kartunya, terimakasih ". ucap kang kasir.
"Eh? kok.... ".
"Udah gak papa, gue pingin traktir lo kok ". jawabnya tersenyum.
"Tapikan.... ".
"Udah ayok ah, minggir dulu itu di belakang ada yang sudah antri". potong Teo seketika.
"Maaf ya kak". ucap Teo pada kasir dan dijawab anggukan olehnya.
"Lo kemana aja yo gak pernah main ke rumah lagi? ". keluh El menatap Teo setelah mereka duduk di depan toko buku yang memang di sediakan di sana.
"Huft, gue lagi sibuk El... dan..... papa mengirim gue kuliah di London, 3 hari lagi gue berangkat ke sana". ucapnya dengan penuh penyesalan.
Ya memang Teo umurnya setahun lebih tua daripada El begitupun dengan pendidikannya.
"El.... maaf... ". ucap Teo lagi yang melihat El terlihat murung setelah mendengar penuturannya barusan.
"Aku gak apa-apa yo, pendidikan lebih penting untuk masa depanmu, berangkatlah jangan khawatirkan gue". meski sedih dia juga tau pendidikan Teo jauh lebih penting daripada apapun.
"Gue janji akan sering telepon dan akan mencarimu begitu gue libur". ucapnya dengan senyuman hangat.
Mereka sudah bersama sejak kecil, mereka selalu kemanapun bersama, saling memahami dan saling menyanyangi layaknya saudara begitupun dengan orangtua mereka.
Bagi El hanya Teo orang yang selalu ada untuknya layaknya seorang kakak yang selalu melindunginya, hanya Teo yang mengerti dirinya selain papanya. Tapi..... papanya telah pergi dan tak akan kembali, sekarang giliran Teo.... meski Teo akan kembali sewaktu-waktu.
"Gue akan sangat merindukan lo". ucap El dengan cepat memeluk Teo erat.
"Gue pasti lebih merindukan lo, lo.... selamanya akan menjadi kesayangan bagi kita". ucap Teo yang juga memeluk erat El, ya.... Teo dan papanya sangat menyayangi El, mereka sudah menganggap El adalah anak dan adiknya sendiri.
"Kalau nanti lo mau ikut antar gue ke bandara lo bilang gue, biar di jemput ". serunya dengan mengelus kepala El yang tertutup hoodie hitamnya.
"Ok, kalau gitu gue harus pulang dulu ntar mama nyari-nyari, gue harus masak makan malam".
"Kalau lo capek gak usah masak, beli saja atau nanti gue pesenin buat kalian, hm".
"Gak usah yo... ".
Tapi penolakan El tidak ada artinya bagi Teo, setelah melihat El menaiki motornya Teo dengan segera memesankan makanan dan meminta untuk di antar 30 menit setelahnya atas nama Eliana atau Dikta.
Dan benar saja begitu El sampai dam setelah berganti baju ada tamu yang memencet bel setelah di lihat yang datang adalah kurir makanan.
"Atas nama mbak Eliana.... ".
"Dari siapa ya mas? saya gak merasa pesan soalnya". tanya El mengkonfirmasi.
"Ini dari mas Meteor mbak". ucap mas kurir membaca aplikasi di Hp nya.
"Oh ya sudah, makasih ya mas". ucapnya menerima makanan tersebut.
Tak tak tak
"Siapa kak? ". ujar Dikta yang baru turun dari lantai 2 kamarnya.
"Kurir".
"Kakak pesen makanan? ". tanyanya lagi sambil duduk di kursi ruang makan.
"Teo yang pesen".
"Ooooh bang Teo emang ter'best dia tuh, kakak pacaran sama bang Teo". ucap Dikta tanpa melihat raut wajah sang kakak yang sudah berubah.
Begitu tidak mendengar jawaban dari kakaknya, Dikta pun mengangkat kepalanya pelan firasatnya gak enak ada yang gak beres.
Begitu sudah melihat ke arah sang kakak, ia melihat wajah kakaknya yang mulai akan mengeluarkan auman singa betina.
"Hehehehe, peace kak". ujarnya berdiri dan perlahan mundur dan berlari ke atas lagi setelah menatap mata kakaknya yang tajam melihatnya.
"Huft selamat selamat..... bisa gitu yak kakak gue? fiks gak boleh ganggu tuh singa betina". ucapnya pelan sambil menggosok dadanya dengan kasar seolah telah lolos dari maut.
sedangkan di bawah El masih menatap tajam arah adiknya pergi dengan secepat kilat.
"Gue dan Teo? selamanya kita adalah saudara dari mana dia bisa tercetus pemikiran seperti itu". kesalnya dengan membuang wadah-wadah bungkus makanan yang sudah di pindah ke piring dan mangkuk dengan kasar meluapkan kekesalan pada sang adik.
Setelahnya ia menutupi makanan dengan tudung dan menaiki tangga ke kamar sambil menunggu sang mama pulang ia bisa menulis dulu di Hp melanjutkan ceritanya.
Ceklek
"Assalamualaikum.... ". teriak mama saat sampai di pintu
"Kemana anak-anak? kok gak kelihatan Batang hidungnya? ". gumamnya dan melihat ke meja makan ternyata sudah ada banyak makanan yang tersaji.
Lantas dimana mereka?
"Huuft, bebersih dulu saja nanti biar tinggal makan bersama mereka". ucapnya pelan dan pergi ke kamarnya.
tak tak tak
El menuruni tangga dan membuka pintu depan hendak menyirami tanaman setelah melihat jam sudah jam 4 sore.
"Mama belum pulang kah? biasanya juga sudah pulang kan? ". tanya nya pada diri sendiri.
"Aah sudahlah, siram tanaman dulu biar seger". ucapnya dan mengambil selang kemudian di nyalakan kerannya.
El sudah sibuk sendiri dengan kegiatannya, di dalam kamar sang mama, mama melihat anak gadisnya yang menyirami tanaman mereka dengan senyuman.
"Maafin mama nak selama ini mama berlaku kasar sama kamu, pa.... mama rindu papa... ". ucapnya pelan berdiri di samping jendela.
Setelah menyelesaikan kegiatannya El duduk di kursi yang ada di depan rumah di bawah pohon mangga yang rindang sambil melihat Hp nya.
Teo🎵
"Makasih makanan nya, kenapa di belikan sih? kan aku jadi enak gak perlu masak, hahaha".
El🦁
"Dasar kau ini, makan yang banyak sayangnya akuh.... ".
Teo🎵
"Hm".
"Hish!! ini anak kenapa balasnya selalu saja cuma gitu doang coba, emang ngeselin tapi gue pasti akan sangat rindu tingkahnya yang seperti itu". ucap Teo tertawa.
"Kenapa Te... ketawa sendiri, udah belajar gila kamu? ". ujar sang papa santai.
"Papa apa'an sih, orang Teo lagi chat sama El kesayangannya aku".
"Apa mana? bilang apa anak gadis papa, ada bilang kangen papa gak? ". ucap papa dengan senang.
Teo hanya menatap papanya datar mendengar pertanyaan papanya yang narsis abis.
"Kenapa kau lihat papa begitu? iri ya kamu lihat papa ganteng gak ada obat". ucapnya narsis duduk tegak dan menyugar rambutnya ke belakang persis anak muda dengan tatapan sombongnya.
"Astaga..... bukan papa gue ". gumamnya dan beranjak pergi ke kamarnya sambil geleng-geleng kepala.
"Sayaaaang ayo makan malam". teriak seorang ibu menggelegar di sebuah mension megah itu.
"Astaga. mommy..... jangan teriak-teriak nanti tenggorokan mommy sakit". peringat sang suami yang sudah duduk di kursi ruang makan.
"Hehehehe". respon sang istri cengengesan.
"Bi... tolong panggilkan tuan muda ya bi". setelah salah satu maid datang dengan tergopoh-gopoh dari belakang.
"Baik nya... ". jawabnya dengan sedikit menunduk dan segera ke lantai atas memanggil tuan mudanya.
Tok tok tok
"Tuan muda waktunya makan malam di suruh nyonya turun..... ". teriak maid itu.
"Ya, duluan".
"Baik tuan muda saya ke bawah dulu melapor nyonya". sautnya dan turun melapor ke sang nyonya yang menunggu anak semata wayangnya.
"aku, kamu dan toleransi