Finn kembali untuk membalaskan dendam kematian kedua orang tuanya. Dengan bantuan ayah angkatnya, Finn meminta dijodohkan dengan putri dari pembunuh kedua orang tuanya, yaitu Selena.
Ditengah rencana perjodohan, seorang gadis bernama Giselle muncul dan mulai mengganggu hidup Finn.
"Jika aku boleh memilih, aku tidak ingin terlahir menjadi keturunan keluarga Milano. Aku ingin melihat dunia luar, Finn... Merasakan hidup layaknya manusia pada umumnya," ~ Giselle.
"Aku akan membawamu keluar dan melihat dunia. Jika aku memintamu untuk menikah denganku, apa kamu mau?" ~ Finn.
Cinta yang mulai tumbuh diantara keduanya akankah mampu meluluhkan dendam yang sudah mendarah daging?
100% fiksi, bagi yang tidak suka boleh langsung skip tanpa meninggalkan rating atau komentar jelek. Selamat membaca dan salam dunia perhaluan, Terimakasih 🙏 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 : TDCDD
"Finn..."
Finn memutar kembali tubuhnya saat mendengar suara Selena memanggil, saat ini mereka sedang berdiri didepan pintu masuk kantor Finn.
"Selena, apa yang kamu lakukan dikantorku pagi-pagi begini?"
Selena melangkahkan kakinya mendekat, ditangannya dia menenteng rantang susun yang sengaja dia bawa untuk tunangannya itu. Dia yang tidak pernah menyentuh perkakas dapur sampai rela belajar memasak pada pelayan-pelayan dirumahnya sejak kemarin demi ingin memberikan kejutan untuk Finn.
"Bukankah aku bilang ingin memberimu kejutan. Lihat ini, aku sudah membuatkan sarapan untukmu." Selena mengangkat tangannya, menunjukkan rantang susun yang dia bawa.
Finn melirik rantang itu sekilas, "Harusnya kamu tidak perlu repot-repot melakukan semua ini, lagipula aku juga sudah sarapan."
"Aku sudah susah payah belajar memasak untuk kamu, Finn. Setidaknya kamu cobain dulu ya makananku," Selena menggandeng lengan Finn, dia tidak sabar ingin menyuapi Finn dan menciptakan momen romantis dengannya.
"Baiklah, aku akan mencobanya, tapi kamu tidak perlu ikut masuk. Aku harus bekerja, Selena." ucap Finn, secara tidak langsung dia mengusir Selena secara halus.
Selena kecewa mendengarnya, dia menurunkan tangannya dari lengan Finn. "Sebenarnya aku datang untuk melihat Giselle juga, bagaimana pekerjaannya? Jika dia tidak bisa melakukan pekerjaan dengan baik, sebaiknya kamu tidak perlu memperkejakan dia lagi, Finn. Giselle tidak terbiasa dengan pekerjaan kantoran seperti ini, yang ada dia akan membuat masalah dan membuat kamu malu nantinya,"
Finn tersenyum tipis, "Siapa bilang dia tidak bisa bekerja dengan baik, dia sangat cepat belajar. Dan hasil pekerjaannya selalu membuatku puas,"
Kening Selena berkerut, rasanya sulit dipercaya jika gadis yang hidupnya selalu terkurung itu bisa belajar dengan cepat tentang pekerjaan kantoran. Bahkan dirinya saja yang lulusan sarjana masih enggan untuk bekerja di kantor yang menurutnya sangat membosankan itu, padahal papanya sudah sering memintanya untuk datang dan bekerja di perusahaan keluarga mereka.
Finn mengambil alih tentengan ditangan Selena, "Sekarang pulanglah. Pagi ini aku ada meeting, nanti aku akan menelfonmu,"
Jauh-jauh datang, Selena tidak ingin usahanya untuk meluluhkan hati Finn sia-sia begitu saja. Dia meraih lengan Finn sebelum pria itu sempat berbalik. Kakinya sedikit berjinjit, wajahnya mendekat dan menempelkan bibirnya dibibir lelaki itu.
Finn melebarkan matanya, dia hendak mendorong tubuh Selena tapi matanya lebih dulu menangkap sosok Giselle yang sudah berdiri tidak jauh dibelakang Selena. Giselle datang bersama dengan Glenn.
Finn mendorong tubuh Selena, wajahnya nampak kesal, "Apa yang kamu lakukan! Jangan bertindak sesukamu ditempat umum, Selena!"
"Memang apa salahnya jika aku menciummu, Finn? Kita sudah bertunangan dan akan segera menikah, tapi kenapa sikapmu selalu dingin padaku?" Selena tak kalah kesalnya, padahal itu hanya sebuah ciuman biasa, tapi Finn bisa semarah itu. Bukankah seharusnya wajar bagi sepasang kekasih jika berciuman.
Finn sama sekali tak menghiraukan ucapan Selena, dia menatap Giselle yang masih berdiri disana. Terlihat sekali jika gadis itu berusaha untuk menghindari tatapan matanya. Bagaimana tidak kecewa, semalaman Giselle menunggu kabar dari Finn sampai tidak tidur, malah sekarang dia dikejutkan dengan pemandangan yang mampu menusuk hatinya.
"Masuklah," perintahnya pada Giselle. "Jika kamu terlambat satu menit saja masuk ke dalam ruangan, maka aku akan memberimu hukuman," Finn bergegas masuk, kata-katanya tak terbantahkan.
"Siapa dia berani mengancammu seperti itu!" Glenn ingin mengejar Finn, namun Giselle lebih dulu menahan tangannya.
"Sebaiknya kamu pergi ke kantor sekarang, Glenn. Pimpinan yang baik harus memberikan contoh yang baik untuk para bawahannya, bukan? Pergilah, aku juga harus bekerja," ucap Giselle.
Tak ada sapaan hangat atau hanya sekedar berbasa-basi pada kakak tirinya itu, Giselle melangkahkan kakinya masuk tanpa menoleh ke arah Selena. Pintu lift masih terbuka, Finn sedang menunggunya. Lelaki itu langsung menarik tangan Giselle masuk ke dalam lift, membawa tubuhnya mendekat dan saling merapatkan tubuh mereka. Makanan dari Selena bahkan sudah dia berikan pada salah satu stafnya untuk dimakan.
"Finn ini dikantor," Giselle masih enggan untuk menatap mata Finn. Dia ingin mendorong tubuh Finn, namun Finn menahan kedua lengannya.
"Aku salah. Maaf karena semalam aku tidak datang menemuimu," berbeda dengan kata-katanya saat diluar tadi, ucapan Finn kali ini terdengar begitu lembut.
"Untuk apa kamu meminta maaf, aku yang bersalah karena terlalu berharap pada tunangan kakakku sendiri," suaranya terdengar sedikit bergetar, Giselle berusaha menahan air matanya supaya tidak keluar.
Finn meraih dagu Giselle, mengangkat wajah itu supaya mau menatapnya. Pandangan mereka kini saling bertemu, "Apa yang kamu lihat tadi tidak seperti yang kamu pikirkan. Selena tiba-tiba menciumku,"
Giselle tersenyum hambar, "Mau berciuman ataupun sampai tidur bersama seharusnya itu tidak masalah. Dia adalah tunanganmu, kalian bebas mau melakukan apa saja yang kalian mau,"
"Kamu cemburu?"
"Apa aku memiliki hak untuk cemburu, Finn? Dia jauh lebih berhak atas dirimu, apa pantas aku untuk merasa cemburu?" nafasnya terasa berat, Giselle merasakan dadanya begitu sesak. Jika boleh jujur saat ini dia memang merasa sangat cemburu.
"Jika aku memintamu untuk mengakui perasaanmu padaku didepan keluargaku dan semua orang, apa kamu berani?" tanyanya dengan nada tegas.
Finn menatap Giselle dalam, bukan masalah berani atau tidak berani. Membawa Giselle kabur dan pergi jauh dari tempat itupun Finn berani. Hanya saja sekarang waktunya belum tepat, dia harus menuntaskan dendamnya dulu pada Tuan Andreas. Dan saat ini tidak mungkin dia memberitahu alasannya pada Giselle. Jika Giselle tau, mungkin gadis itu akan membencinya dan menganggapnya sudah memanfaatkannya.
Raut kekecewaan semakin terlihat nyata diwajah gadis itu, "Kenapa? Kamu tidak bisa menjawabnya kan?"
Pintu lift terbuka lebar, Finn menarik pergelangan tangan Giselle kembali dan mengunci tubuhnya pada dinding lift. Sebuah senyuman terukir diwajah tampannya.
"Jika aku berani, kamu mau apa?"
💜
💜
💜
Seorang pelayan berlari kecil begitu melihat Selena masuk ke dalam rumah. Wanita itu membawa bungkusan kado berukuran sedang ditangannya.
"Nona, tadi ada yang mengirimkan paket untuk Anda," ujar wanita itu sembari memberikan bungkusan ditangannya.
Selena menatap bungkusan itu lama, ada nama penerima tapi tidak ada nama pengirimnya. Siapa kira-kira yang memberikan bungkusan itu untuknya? Mungkinkah ini adalah hadiah kejutan dari Finn?
Selena meletakkan bungkusan itu diatas meja, dia mulai membukanya dengan hati-hati. Pelayan wanita itu mengambil gunting dan membantu Selena membuka bungkusan itu.
"AHHHHH!!!"
Selena terlonjak kaget, dia sampai berdiri dari duduknya, begitupun dengan pelayan wanita yang juga reflek ikut berdiri. Ketakutan jelas sekali terlihat diwajah dua wanita itu. Tubuh mereka bergetar melihat kaos putih yang dilumuri dengan noda darah.
"Apa-apaan ini? Siapa yang sudah mengirimkan barang seperti ini padaku?"
...✨✨✨...
msih bisa di tahan kyaknya🤭🤭