"Perhatian!"
Agar tidak bingung dengan cerita ini, baca dulu cerita "Cinta Sembunyi-sembunyi dengan bos"
Elang dan Merpati adalah sepasang anak kembar berbeda karakter. Elang seorang pria dingin dan cuek sama lawan jenis. Bahkan hingga saat ini pun belum memiliki pacar.
Sementara Merpati, seorang gadis bar bar, namun juga sulit untuk mendapatkan cintanya. Meskipun gampang bergaul dengan lawan jenis tapi sangat sulit untuk didekati.
Namun pada suatu hari mereka jatuh cinta pada seorang gadis dan seorang pria.
Siapakah yang bisa meluluhkan hatinya? penasaran? ikuti yuk kisahnya dan baca jika berkenan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32
"Pesan sesuka hati kalian," ucap Hansen.
"Kalau mau sesuka hati mah, jangan disini. Minimal restoran lah," protes Darrel.
"Nih anak ngelunjak, di kasih paha minta sayap," ucap Marvel.
"Hey, jangan salah. Yang anak-anak disini siapa? Yang lebih muda itu kamu, pangkat nya aja yang tinggi, paman tapi kecil, jadi paman kecil," ejek Darrel.
Darrel sama Marvel, entahlah mereka kadang suka sekali berdebat. Tapi kalau soal kompak ya mereka juga.
Wajah Marvel memerah karena malu, apalagi didepan Hansen. Ya, memang yang paling muda diantara mereka hanya Marvel. Tapi hanya beda bulannya saja.
"Paman kecil, mau pesan apa?" tanya Hansen.
Marvel dengan cepat menutup mulut Hansen. Dia menoleh ke kiri dan kanan kalau-kalau ada mendengar.
"Gara-gara kamu nih," kata Marvel menuding jarinya ke Darrel.
"Kan memang benar, paman yang paling muda disini." Merpati menimpali.
Elang sudah tidak tahu mau bilang apa? Dia hanya menutup mulutnya agar tidak tertawa keras.
Marvel kembali ketempat duduknya semula, kemudian memesan makanan yang ada di kantin ini.
"Kapan-kapan aku ajak kalian makan di restoran milikku," ucap Hansen.
"Serius? Kamu punya restoran bro?" tanpa sadar Darrel memekik.
"Biasa aja kali, gak usah lebay gitu," kata Merpati.
"Ya, aku kan cuma kaget aja. Orang pendiam, tapi diam-diam punya usaha sendiri. Salut aku bro," kata Darrel.
Hansen tersenyum, ia merasakan kehangatan sebuah persahabatan. "Andai bisa seperti ini terus, aku bisa melupakan beban hidupku yang kalut," batin Hansen.
Pesanan mereka sampai, mereka makan bersama-sama. Hingga tidak terasa makanan mereka habis tak tersisa.
Setelah selesai membayar, merekapun kembali ke kelas. Karena masih ada satu mata pelajaran.
Saat hendak masuk ke kelas, mereka terhenti karena ada yang memanggil Merpati.
"Merpati!" Richard berlari kecil sambil membawa seikat bunga mawar merah.
Hansen mengepalkan tangannya dibalik saku Hoodie yang ia pakai. Namun wajahnya terlihat tenang.
"Aku menyukaimu," ucap Richard to the point.
Merpati tersenyum, entah insting dari mana? Merpati menarik tangan Richard lalu membawanya ke Marbella yang kebetulan sudah masuk kedalam kelas.
"Ungkapkan ke dia, karena aku sudah memiliki seseorang," ucap Merpati lalu merangkul pinggang Hansen.
Deg ...
Sumpah demi apapun, Hansen saat ini ingin rasanya melompat. Namun sebisa mungkin ia tahan.
"Maaf, aku terpaksa memanfaatkan kamu, bantu aku memerankan drama ini," bisik Merpati.
Hansen tersenyum mendengarnya. Manfaat kan aku sesukamu, jika itu membuatku bahagia," batin Hansen.
Hansen pun mengikuti drama ini. Dan mengatakan bahwa mereka saling mencintai. Bahkan Hansen mengambil kesempatan untuk mengecup kening Merpati.
Elang melotot kan matanya kearah Hansen. Namun Hansen tidak peduli, setelah ini biarpun ia ditonjok atau apapun, ia rela.
"Ayo ungkapkan! Jangan merebut pacar orang, karena sekuat apapun kamu berusaha, aku tetap menolak," ucap Merpati.
Richard tertunduk. "Apa kurangnya aku? Aku tampan dan mapan juga kaya."
"Justru kamu seperti itu aku malah takut. Dan menurutku, cewek itu juga cantik kok. Malah lebih cantik dari aku," jawab Merpati.
Marbella tersenyum simpul saat dibilang cantik. Belum sempat mereka lanjut bicara, dosen masuk membubarkan mereka semua.
"Tuan Richard? Mengapa anda kemari?"
"Dia ingin ketemu pacarnya, Pak. Tuh si Marbella." Bukan Richard yang menjawab, melainkan Merpati.
"Iy--iya Pak, saya ingin ketemu dia," jawab Richard akhirnya. Lalu memberikan bunga ke Marbella.
Mereka semua bersorak dan tepuk tangan menggema diruangan itu. Kemudian pandangan Pak dosen tertuju pada Hansen.
"Bukankah kamu jurusan arsitektur? Mengapa ke kelas ini?"
"Dia juga menemui pacarnya Pak, si Merpati," jawab salah satu mahasiswa.
Hansen dan Richard akhirnya keluar dari ruangan tersebut. Richard menarik tangan Hansen dan mengajak nya bicara.
Keduanya duduk di taman kampus. Keduanya saling tatap dengan mata melotot.
"Tadinya aku ingin mengalah, tapi aku tidak bisa melupakan Merpati. Karena dia gadis paling istimewa buatku," ucap Richard.
"Tapi sayang nya, dia menolakmu. Kamu tidak dengar tadi Merpati bilang apa?"
"Tapi aku belum ikhlas."
"Cewek tadi boleh juga, cantik dan seksi dan wajahnya ala-ala bule gitu."
"Kenapa gak kamu saja dengan cewek itu? Biar Merpati buat ku saja."
"Hahaha, lucu. Masa aku ingin pacaran dengan adik sendiri."
"Adik? Sejak kapan kamu punya adik perempuan? Bukannya adikmu hanya Riki?"
Hansen menggeleng, lalu ia menjelaskan semuanya. Anehnya, Richard malah patuh mendengarnya sampai habis.
Biasanya ia paling tidak suka bila mendengar orang bercerita. Kemudian Richard menghela nafas.
Hansen menceritakan, seolah hubungan nya dengan keluarganya baik-baik saja. Tapi pada kenyataannya adalah sebaliknya.
Richard akhirnya pamit, kemudian Hansen tersenyum setelah kepergian Richard.
"Siapapun tidak boleh merebut Merpati dariku, termasuk kamu Richard," batin Hansen.
Hansen akhirnya tidak mengikuti kelas. Ia masih menunggu di taman sambil bermain ponsel.
Hingga kelas pun berakhir. Marbella masih memegang bunga pemberian Richard. Ia tidak memperhatikan jalan.
Sehingga ia menabrak tiang besar di kampus tersebut. Semua yang melihatnya tertawa, Marbella berlari ke parkiran saking malunya.
"Ada apa sih?" tanya Merpati.
"Mereka mentertawakan Marbella yang nabrak tiang itu," jawab mahasiswa yang ditanyai Merpati.
"Ada-ada saja," gumam Merpati.
Kali ini Hansen mengikuti Merpati pulang, karena Elang akan ke perusahaan papanya. Dengan senang hati Hansen mengantar Merpati pulang.
Padahal Merpati tidak perlu diantar, sebab ia bisa sendiri. Merpati ternyata tidak pulang ke mansion.
Melainkan ke bengkel terlebih dahulu. Hansen yang belum mengetahui pun heran, mengapa arahnya bukan ke mansionnya.
"Kita mau kemana?" tanya Hansen dengan suara keras.
"Aku mau singgah ke bengkel terlebih dahulu, jika kamu mau pulang, pulang saja. Tidak perlu ikut aku!" Merpati juga berteriak.
Karena jika tidak begitu, suara mereka tidak akan kedengaran. Hansen memutuskan tetap ikut Merpati.
Merpati mampir di minimarket, ia membeli apa saja, yang nantinya akan dibagikan kepada pekerjanya di bengkel.
"Banyak banget belanjaan nya?" tanya Hansen.
"Untuk mereka, sebagai oleh-oleh," jawab Merpati.
Hansen tidak banyak bertanya lagi, meskipun dalam benaknya masih ada tanda tanya.
Akhirnya mereka tiba di sebuah bengkel. Merpati segera turun dari motor dan disusul oleh Hansen.
Hansen membawa barang belanjaan Merpati. Karena ia tidak tega membiarkan Merpati membawa barang berat.
"Mang Nono, bagi-bagi ya," pinta Merpati.
Barulah Hansen mengerti, mengapa Merpati banyak belanja. Hansen merasa bangga dengan kebaikan Merpati.
Bukan cuma cantik wajahnya, namun juga hatinya. Hansen pun menyerahkan belanjaan tersebut ke mang Nono.
"Ini ....?"
"Bengkel milikku, aku percayakan pada mang Nono untuk mengelola nya. Alhamdulillah, sekarang berkembang," jawab Merpati.
"Neng, pacarnya ya? Ganteng banget, cocok sama si Eneng," tanya mang Nono.
"Bukan!"
"Iya!"
Jawaban yang berbeda dari keduanya, namun diucapkan secara serentak. Mang Nono tersenyum, ia mengerti jika bos nya itu malu.
Duuuhhh....almt msk rs tu ank orng....
Smngt merpati....km pst mnang.....
jangan lama2 up nya
𝐧𝐞𝐱𝐭 𝐤𝐤... 𝐠𝐤 𝐬𝐛𝐫 𝐤𝐮 𝐧𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮𝐢𝐧