Cerita ini hanya karanganku saja, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, atau semacamnya, mohon permaklumkannya🙏.
Kehidupanku berubah saat ku lulus SMA, orang tuaku tiba-tiba memaksaku untuk menikah dengan laki-laki yang lebih tua 10 tahun dariku yang sekarang sudah menjadi suamiku. Pernikahan ini merupakan sebuah pernikahan bisnis yang digunakan sebagai simbol kesepakatan merger antara kedua pihak keluarga. Suamiku selalu bersikap dingin kepadaku dan itu sudah berlalu selama 2 tahun setelah menikah. Tapi sikapnya tiba-tiba berubah hangat setelah melihatku jatuh menabrak meja! Sebenarnya apa yang ada di pikirannya?
Makasih bagi yang udah mau mampir🙌, aku masih baru jadi mohon bimbingannya.... Jangan lupa like kalau suka, beri kritik dan saran juga ya guys ❤️ love buat kalian
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayu Mang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Kepergian Renji
Sekarang adalah hari dimana Renji akan berangkat menuju Korea untuk melakukan tantangannya.
"Pesawat akan berangkat pukul 11.00, jadi kita setidaknya harus sampai di bandara paling lambat 1 jam sebelum jam 11.00. Mohon agar anda segera bersiap pak!" kata Sekretaris Shima memberitahu jadwal penerbangan ke Renji yang sudah mulai bersiap di kantor.
"Apa maksudmu dengan 'kita'? Aku akan pergi sendiri, kau tidak akan ikut denganku" Kata Renji
"Maaf pak, tapi ini adalah tugas dari presedir Ryodan secara langsung kepada saya. Jadi saya tidak bisa menolaknya sekarang, anda suka atau tidak suka itu tidak akan mengubah keputusan saya untuk ikut mendampingi anda ke Korea." Jawab sekretaris Shima tegas.
Renji terdiam, dia juga tidak bisa menolak apa yang ayahnya perintahkan. Dia hanya perlu menahannya selama 3 tahun, jika berhasil maka semuanya akan sempurna.
"Tunggulah sayang!" Gumam Renji sambil mengancingkan jasnya dengan senyum lebar di bibirnya.
"Maaf? Apa ada yang anda katakan barusan?" Tanya Sekretaris Shima yang tidak mendengar gumaman Renji dengan jelas.
"Tidak ada, kita berangkat sekarang " Kata Renji yang kemudian berjalan keluar
"Apa anda tidak akan memberitahukan keberangkatan anda kepada istri anda?" Tanya Sekretaris Shima yang membuat Renji berhenti sejenak.
"Aku sudah menghubungi nya, tapi dia tidak akan datang" kata Renji
"Anda serius?" Tanya Sekretaris Shima meragukan jawaban Renji yang terdengar tidak meyakinkan.
"Jangan banyak bicara, kita harus bergegas" Kata Renji yang berjalan begitu cepat meninggalkan sekretaris Shima yang begitu banyak membawa barang.
......................
Sementara di kantorku, aku begitu gelisah karena pesanku dari kemarin tidak di jawab oleh Renji.
Entah apa maksudnya, bahkan dia tidak memberitahuku jadwal keberangkatannya sekarang.
Apa dia benar-benar akan meninggalkanku tanpa sepatah katapun?
"Kau terlihat begitu gelisah asisten Yona, apa ada masalah?" Tanya ketua tim Yuden yang risih melihatku begitu gelisah.
"Renji sekarang berangkat ke Korea, tapi dia tidak menjawab pesanku yang menanyakan jam keberangkatannya. Apa aku harus pergi ke bandara sekarang?" Tanyaku yang mulai berbicara akrab kepada Yuden.
"Suamimu pergi ke Korea sendiri tanpa dirimu? Bahkan tanpa memberitahu keberangkatannya padamu? Bukankah itu adalah sebuah deklarasi perceraian?" Kata Yuden bercanda, walau bercandanya itu tidak lucu sama sekali.
"Apa maksudmu? Kami tidak akan bercerai!" Kataku marah
"Iya-iya maaf, aku cuma bercanda. Sebentar, aku akan memeriksa jadwal penerbangan dulu.... Koreaa yaa" kata Yuden yang mulai memeriksa ponselnya
"Pesawat yang berangkat ke Korea hanya ada satu hari ini, keberangkatannya pukul 11.00. Cepatlah kalau mau menyusul suamimu ke bandara, pergilah sekarang!" Kata Yuden menyuruhku bergegas
"Astaga benarkah? Aku akan pergi sekarang!" Kataku yang mulai bersiap dan keluar dari ruangan ketua tim Yuden.
Saat berjalan keluar, aku bertemu seseorang di depan ruang kerja ketua tim Yuden.
"Asisten Yona! Dokumen laporan dari tim produksi belum di tandatangani oleh ketua tim kita. Minta bantuannya dong untuk memintakan tanda tangan padanya" Kata orang itu
"Ah nanti akan ku mintakan, sekarang aku ijin dulu sebentar. Atau kau bisa meminta tanda tangan langsung ke pak ketua tim, beliau ada di dalam!" Kataku yang kemudian bergegas pergi
Semua mata tertuju kepada ku, mereka terlihat tidak menyukaiku saat mulai bekerja di sana.
"Lihatlah si asisten Yona, dari baru mulai bekerja sudah banyak sekali mengambil cuti. Bahkan sekarang di jam kerja dia malah keluar, mending di pecat aja ga si? Mentang-mentang jadi kesayangannya ketua tim, dia malah bersikap seenaknya. Buang-buang uang perusahaan saja kalau hanya menggaji karyawan kayak dia" Kata Alsia menggerutu
"Perusahaan lebih membuang-buang uang untuk membayar karyawan tukang gosip sepertimu. Kalau berbicara seharusnya tangan tidak berhenti bekerja!" Sahut Sapta yang sejak ku perkenalkan dengan Hilda, dia mulai membelaku.
"A-apan sih?" Tangannya Alsia merasa tersinggung
"Asisten Yona dia, walau sering mengambil cuti tapi pekerjaan nya selalu selesai tepat waktu. Tidak seperti dirimu, walau selalu hadir tapi pekerjaan tidak selesai. Rugi dong! Jangan samakan dirimu dengan Asisten Yona, paham?" Kata Sapta galak
Semua karyawan jadi mencibir Alsia yang membuat dirinya begitu malu, dan akhirnya dia pergi ke toilet.
......................
Sesampainya aku di bandara, aku celingak-celinguk mencari keberadaan Renji yang sebentar lagi akan terbang.
Aku terus mencari di tengah ramainya orang yang berada di bandara pada saat itu.
Pada akhirnya aku melihat nya bersama dua orang pengawal yang membawakan barang bawaannya dan seorang wanita yang berjalan bersamanya.
"Renji!" Panggilku dari belakangnya
Renji dan yang lainnya pun menoleh, dia terlihat terkejut begitu aku datang menghampiri nya.
"Yona? Kenapa kau ada disini?" Tanya Renji
Aku memeluk Renji dengan erat dan bergelayutan di lehernya. Air mataku menetes, aku memukul-mukul punggung Renji sambil terus memeluknya.
Renji tidak bisa berkata-kata dan dia juga tidak bisa melepaskan pelukanku begitu saja. Dia ikut memelukku sambil mengelus-elus rambutku.
"Kenapa? Kenapa kau tidak mengabariku sama sekali? Huwaaa.... Ka-kau bahkan tidak menjawab pesanku dari kemarin. Sebenarnya apa maksudmu? Apa kau benar-benar akan meninggalkanku?" Kataku sembari menangis tersedu-sedu, air mataku membasahi baju yang di pakai oleh Renji.
"Yona sayangku, tenanglah. Aku hanya tidak ingin membuatmu menangis seperti sekarang, maka dari itu aku ingin mengabarimu setelah sampai tujuan. Tenang ya, cupcupcup sayang" Renji menepuk-nepuk pundak ku
Aku akhirnya merasa tenang sedikit, tapi aku kembali menangis begitu melihat perempuan yang bersama suamiku itu.
"Siapa dia?" Tanyaku ke Renji sambil menunjuk ke arah Sekretaris Shima.
"Ah maaf terlambat memperkenalkan diri, nama saya-"
"Kau selingkuh?! Jujur saja kau selama ini selingkuh? Pantas saja kau bahkan sampai lupa mengabariku, dan kau begitu cuek saat ku pergi meninggalkan rumahmu!" Kataku menuduh Shima adalah selingkuhannya Renji
"Tidak sayang! Dia itu sekretaris ku! Dia akan menemaniku dalam hal bisnis saja! Aku tidak selingkuh! Percayalah!" Kata Renji meyakinkanku.
Aku sebenarnya masih tidak percaya, kalau bukan selingkuhan kenapa harus ikut ke Korea selama 3 tahun, dan lebih parahnya lagi dia itu perempuan!
Karena waktu berjalan begitu cepat, perpisahan ku dengan Renji terjadi begitu singkat.
Renji dan yang lainnya mulai memasuki pesawat dan pergi meninggalkanku sendirian.
"Jika saja ayahku tidak melakukan kesalahan seperti itu, apakah aku dan Renji akan berpisah seperti sekarang ini?" Gumamku sambil melihat pesawat yang ditumpangi Renji terbang.
"Ku harap kau baik-baik saja disana! Jaga dirimu Renji! Sampai jumpaaa!!" Aku melambaikan tanganku ke arah pesawat yang sudah berada jauh di atas.
Aku berjalan pulang menunggu taxi online yang ku pesan. Hatiku masih terasa sesak begitu mengingat kalau Renji benar-benar pergi.