Aku Rael, aku merasa kalau hidupku terasa sangat "klise" seperti kebanyakan cerita yang biasa aku baca seumur hidupku sampai-sampai dunia nyataku juga terasa seperti itu.
Sampai aku mendapatkan takdir yang sangat berbeda dari semua orang. Aku menjadi penulis untuk para demigod dan merasa sebagai batu loncatan untuk karakter utama yang aku tulis sendiri. Berpikir aku akan menyadari tujuan hidupku dengan jelas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon It's MEow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 27
Pagi ini semua orang terdengar sangat ricuh, yang aku maksudkan adalah setiap aku jalan orang saling bergosip dan saling menceritakan hal yang sama. Dan semua itu dikarenakan hanya dari 1 buah berita yang cukup menggemparkan dunia. Tentu saja untukku aku tidak terlalu terkejut dengan hal tersebut, itu semua karena aku sudah tau lebih dulu tentang berita itu.
"Jadi itu diberitakan hari ini.. "
"Tapi mereka terlihat terburu-buru.. Sepertinya baba mengatakan sesuatu lagi.." Batinku mulai menebak-nebak
"Baik anak-anak semua, seperti yang bapak bilang hari ini pembagian nilai untuk kalian semua"
Kelas sudah dimulai beberapa menit yang lalu dan karena kemarin ada ulangan harian, hari ini nilai langsung dibagi.
"Sudah beberapa hari sejak kejadian itu, kuharap nilaiku tidak bertambah buruk" Doa Noah dalam hatinya
"Bapak akan panggil sesuai dengan absen kalian, mulai dari Astra"
".... Noah" Setelah beberapa nama nama Noah dipanggil
"Bapak harap kamu belajar lebih giat lagi ya, jika kamu bingung bapak bisa bantu ajar kamu"
"Baik.. Pak.. " Balasnya terlihat sangat sedih tapi dia mencoba menutupinya
".... Rael.. Rael!" Ucap pak Eddy melirih lalu dengan jelas mengulang memanggil namaku
"Ada apa dengan jeda itu? Kenapa dia memanggilku seperti itu?"
"Ini, apa nilai pas-pasan cukup untukmu?" Bisik pak Eddy
"Ya?" Bingungku pada maksud dari perkataan pak Eddy karena aku sadar perkataannya memiliki arti lain
"Ah.. Tidak, kamu bisa memikirkannya kembali aku harap ini memang yang kamu mau"
"... Baik.. " Langsung ku kembali menuju mejaku
"Aku memikirkannya, tapi sepertinya dia tau kalau aku sengaja mendapatkan nilai yang pas.."
"Kalau begitu mari kita mulai kelasnya"
Usai sekolah aku sudah berniat langsung pulang ke apartemenku, tapi saat aku tengah beranjak Noah sudah berada didepanku.
"Rael"
"Untungnya kelas sudah sepi jika tidak mereka pasti akan mulai menggosip"
"Kau.. " Ucapnya terlihat ragu
"Aku yakin dia pasti tidak ingin mengajariku meski kami sudah mulai dekat aku tidak yakin Rael akan beranggapan seperti itu juga.." Gelisahnya dalam hati
"Ah, rupanya begitu. Tapi kenapa aku? Padahal pak Eddy sudah menawarkan diri juga, aku akan pura-pura tidak tahu saja"
"Bisakah kamu.. Menga.. jari.. ku?" Kian kemari nada Noah melemah namun masih bisa kudengar
"Kenapa aku?"
"... Yah.. Kulihat kamu memiliki banyak prestasi sebelumnya jadi kupikir jika itu kamu pasti-"
"Prestasi? Apakah saat di apartemen?"
"Tapi nilaiku pas"
"Bohong!?"
"Ini. Juga kudengar pak Eddy mau membantumu kenapa tidak dengannya saja?" Jelasku sambil menodongkan kertas ulangan yang sudah dinilai tadi
"Ini benar-benar biasa.. Meski begitu yakin nilaimu yang lain pasti ada yang tinggi"
"Lagipula aku tidak pernah melihatnya mengejar nilai ulang atau remidi.."
"... Keras kepala sekali.. "
"Tidak, semua nilaiku biasa saja. Kamu bisa melihatnya jika mau"
"Ta-tapi aku harap kamu bisa membantuku, lagipula aku rasa jika itu denganmu aku setidaknya bisa mengejar nilai"
"Jika Rael tak membantuku aku tak yakin akan bisa lulus"
"...benar-benar.."
Fyuh-
"Kalau kamu memaksa-"
"Jadi tak apa!? Terimakasih Rael!" Dengan semangat Noah langsung menggapai bahuku dan merangkulku
"Merepotkan sekali, tapi akan menyusahkan jika nantinya dia tidak lulus sekolah"
"Oh! Maaf- aku terlalu bersemangat"
"Ya, tak masalah"
"Apa kami sudah semakin dekat? Aku harap iya, dengan begitu kami bisa menjadi teman yang baik"
"..... Teman?... "
Setelahnya kami langsung menuju ke apartemenku.
"Padahal dia sudah sering kemari tapi kenapa rasanya kali ini berbeda dengan biasanya?"
"Masuklah, duduklah dimana saja anggap rumah sendiri"
"Maaf mengganggu"
"... Teman… kenapa mengganggu sekali??? Lagipula aku juga tidak berniat untuk berteman dengannya.."
"Rael?"
"Ah? Ya!? Ada apa?"
"Tidak ada, hanya saja kamu terlihat seperti sedang terdiam memikirkan sesuatu"
"Ah, tidak ada- Maksudku kamu mau minum apa?"
"Apa saja boleh"
"Apa tak masalah dengan susu strawberry?"
"Strawberry? Ya, tak masalah"
"Baiklah tunggu saja di tempatmu aku akan menyiapkannya"
Usai ku menyiapkan minuman untuk kami, aku menghampiri Noah lalu mengambil duduk di depannya. Kami belajar bersama mulai dari kertas ulangan yang dikerjakan Noah, kami belajar sendiri sendiri terlebih dahulu lalu jika Noah ada kasus yang tidak dimengerti baru dia akan memintaku untuk mengajarinya.
".... Aku lelah.. Aku sudah cukup mengerti untuk pelajaran ini sebenarnya.. Hm?" Melihat Noah kebingungan aku secara refleks membantunya
"Kamu bisa menggunakan rumus ketiga untuk kalimat yang itu-"
"-ups"
"Ah, jadi ini digunakan untuk yang seperti ini? Sudah kuduga jika itu Rael aku bisa dengan mudahnya mengerti"
"Apa-apaan.."
"... Mh.. Ingin istirahat makan? Akan aku pesankan"
"Eh? Oh.. Boleh.." Noah terlihat terkejut dengan ucapanku
"Ada apa dengan anak ini?"
Memang aku sudah mengerti Noah seperti apa dan bagaimana, namun aku sendiri juga dia hanyalah manusia ada kalanya tidak bisa menebak dan ditebak.
Karena Noah bilang terserah padaku, aku memesan bakmi untuk dimakan. Setidaknya ini makanan yang cepat matang, dekat dari apartemen dan enak rasanya. Baru sambil menunggu bakmi itu datang dan Noah belajar, aku pikir aku akan mandi terlebih dahulu. Melihat banyaknya notifikasi pesan yang ada aku akan melihatnya dengan diam di kamar mandi agar tidak curiga.
[Anda memiliki lebih dari 99+ pesan di Fan Chat]
[Anda mendapat pesan Fan Chat]
[Anda mendapat pesan Fan Chat]
[Anda memiliki lebih dari 99+ pesan di Fan Chat]
"Ini cukup mengganggu karena mereka terus menerus mengirimkan pesan, sebenarnya mereka mengirimi apa?"
Karena banyaknya pesan yang masuk aku pun singgah di toilet untuk duduk sambil memeriksa pesan yang masuk. Aku memeriksanya mulai dari atas kubaca dengan cepat namun tak kubalas.
"Jadi pada intinya mereka tahu kalau aku sedang bersama Noah dan bingung kenapa tiba-tiba aku dekat dengannya hanya karena belajar bersama? dan terlebih karena itu juga kebanyakan mereka membujukku lagi agar Noah mengikut mereka" Aku menyimpulkan seluruh pesan yang masuk sesingkat mungkin
"Yah, setidaknya masih ada dua tiga orang yang paham akan diriku" gumamku
[Demi Meli<3: Apa yang sedang terjadi? ini tidak seperti dirimu]
[Hercu Muscles: Hey hey! Tiba-tiba sekali? Apa kau baik-baik saja? Bagaimana kalau kalian berdua menjadi pengikutku? Hahahahaha!]
"... Atau tidak" tambahku setelah melihat pesan dari Hercules
"Yah setidaknya Hercules lebih mengerti dibanding mereka yang tidak menanyaiku tentang diriku"
Tok! tok!
Noah mengetuk pintu kamar mandiku
"Apa masih lama? kupikir pesanannya sudah datang"
"Oh ya? kalau begitu kamu bisa ambil dulu, aku sudah membayarnya"
"Baiklah"
Seperti yang ku bahas sebelumnya aku meninggalkan pesan mereka dan mandi, jikapun mereka marah mereka tidak bisa menghukumku karena aku bukan pengikut mereka juga aku tidak punya salah jadi mereka tidak bisa menyentuhku kecuali pengikut mereka yang turun tangan.
"Aku mengetahui ini semua karena pernah diberitahu Arthur saat itu, tapi benar juga jika mereka bisa membuat pengikut mereka turun tangan kenapa aku masih aman sampai sekarang?"
semangat 💪
lanjut
semangat 💪
Semangat Thor