tentang seorang anak yang lahir dari seorang ibu, yang ditinggalkan oleh sang suaminya sejak dari dalam kandungan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jordi Vandanu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ini mas..
Dian membuka pesan masuk, begitu sampai di apartemen, Cica dan Zana belum sampai.
"assalamualaikum Yan, ini Putra.. Apa kabar Dian? " pesan dari Putra.
"waalaikumsalam pak, Alhamdulillah kabar baik, bapak apa kabar? " balas Dian, sedikit heran dan ada rasa desir aneh di dadanya.
"kabar baik juga Yan, kamu sibuk gak Yan malam ini? "
Dian terdiam sebentar, agak heran dengan pertanyaan Putra.
"temani aku makan malam ya, nanti saya jemput ke apartemen. "
"hah?? "
Dian segera menekan ikon telepon di hpnya.
"Assalamualaikum pak, maksudnya gimana? Bapak dimana sekarang? " tanya Dian langsung.
"Waalaikumsalam Yan, iya.. saya ada di sini sekarang, temani ya. " jawab Putra. Dian mengiyakan saja dulu, meski banyak pertanyaan di kepalanya.
"mas.. Apa pak Putra ada kerjaan di sini ya? " tanya Dian pada Dika lewat pesan. Lama baru terbalas, Dian segera mandi dan salat Ashar dulu, Cica dan Zana mengatakan akan terlambat pulang, mereka akan ke minimarket dulu, akhir pekan ini mereka akan membuat rendang ayam dan masakan Indonesia lainnya. Sampai Cica dan Zana pulang pun pesan Dian tak dibalas oleh Dika, bahkan dibaca pun tidak.
"aku mau keluar sama pak Putra Ca, dia disini ternyata, mungkin ada tugas dari ayah. " kata Dian pada Cica.
"oh gak makan malam di rumah dong? "
"nggak kayaknya, bentar lagi pak Putra sampai nih. "
Cica dan Zana mengangguk, mereka tak berprasangka apa apa, karena Putra adalah tangan kanan keluarga Dian.
Tak lama Dian dan Putra sudah ada dalam taksi, mereka menuju ke sebuah restoran khas Turki.
"ada apa pak? " tanya Dian, sambil menunggu pesanan datang.
"nanti mas katakan, sehabis makan.. dibilangin sekarang, nanti kamu gak selera makan. " jawab Putra. Sejenak Dian merasa ada yang aneh. Makanan pun datang, mereka makan sambil berbincang mengenai pekerjaan, tapi yang ringan ringan saja.
"mas sudah menghadap pada ayah dan mama, serta mas Dika. " Putra menatap Dian sebentar.
"ada apa pak? " tanya Dian sedikit cemas. Menatap juga pada mata coklat bening di depannya ini.
"mas meminta izin pada ayah, mama dan Dika, untuk menjadikan Dian calon istri, dalam arti minta izin untuk menjalin hubungan serius sama kamu. " jawab Putra menahan nafas.
Uhuk!
Uhuk!
Dian terbatuk, Putra bergegas mengulurkan air putih. Muka Dian memerah, perih di hidung terasa.
"maksudnya pak? "
"mas sudah melamar Dian pada keluarga, untuk dijadikan istri. " Putra to the poin.
"pak! "
"kenapa? Apa Dian sudah punya pacar? " tanya Putra cemas. Spontan Dian menggeleng. Helaan nafas lega terdengar.
"kita gak dekat sebelumnya pak. " cicit Dian.
"saya menyukai kamu, di awal kita bertemu.. Saat itu saya, kamu dan semuanya belum tahu kalau kamu adalah anak ayah Yudi, maaf... Kami, Yogi, Jeni dan saya memanggil beliau ayah dan mama. " jelas Putra, menatap lembut mata seperti mata Dika di depannya.
"kenapa ketika Dian disana bapak tidak menunjukan rasa itu? "
"sudah akan Yan, tapi kamu keburu kabur, dan Dika menebak dengan benar tentang perasaan saya ke kamu, hingga dia meminta saya menemani ayah ke Dubai. " jawab Putra.
"bapak serius? "
"Dian, panggil saya mas, kita bukan lagi rekan kerja, nanti pun saya mungkin akan jadi bawahan kamu di perusahaan. " ucap Putra. Dian tertunduk.
"baiklah.. terus mas Putra saya harus jawab apa? " tanya Dian. Putra tersenyum.
"Dian mau gak jadi pendamping hidup mas, mungkin untuk sekarang Dian belum siap, tapi mas mau menunggu. " jawab Putra.
"Dian bingung mas. "
"mas minta Dian menjaga hati untuk mas, dari laki laki lain, karena mas juga akan menjaga hati untuk Dian. " Dian menunduk dengan wajah memerah.
"jadi sekarang kita pacaran? Istilah anak muda sekarang, tapi Dian masih muda, mas yang udah tua ini. " canda Putra.
"mana ada tua, masih muda dan ganteng lo, eh..ups! " Dian menutup mulutnya. Putra tertawa.
"jadi mas ada apa kesini? "
"hanya untuk mengungkapkan perasaan mas sama kamu Yan, dengan restu ayah dan mama. " jawab Putra.
"besok kan kami libur, mas datanglah ke apartemen. Cica dan Zana memasak rendang ayam dan lauk lainnya. "
Putra mengangguk. Menatap Dian dengan perasaan membuncah.
"terimakasih Dian. " gumam Putra pelan.
*********
2 minggu berlalu.
Rumah Dian sudah 90% jadi, tinggal melakukan pengecatan dan pemasangan pagar. Serta pemasangan pintu di garasi. Listrik sudah terpasang, hingga ketika senja dan malam datang, semua lampu hidup, menampakkan gemerlap pemandangan lampu lampu yang indah dari kejauhan, terlihat begitu semarak. Seperti istana di tengah hutan.
"terus di Dian nanti akan tinggal disana ma? " tanya Deva pada Diva sang mama.
"ya mana mama tahu Dev, kata pengurus disana, mereka akan datang pas lebaran atau liburan saja, eh mama dengar si Nia, mamaknya si Cica itu mau ke Turki lo. " kata Diva.
"hah?? Cica di Turki? ngapain dia disana ma? "
Kembali Diva menggeleng.
"mama juga gak tahu Dev, nantilah kita kesana ya, kita tanya sambil pura pura beli sate. " kata Diva. Deva mengangguk. Nia adalah penjual sate sehari hari, sejak ayahnya Cica meninggal waktu Cica masih smp, melanjutkan usaha.
Sore hari.
Dengan mengendarai motor, Deva sepulang dari salon menjemput Diva, untuk menuju ke warung sate Nia. Betapa kagetnya mereka melihat warung sate Nia. Warung itu sudah permanen, berbentuk ruko, dengan kursi tertata rapi, dan yang lebih bikin kaget, rumah Nia disamping warung itu terlihat bagus dan permanen juga. Modelnya seperti rumah minimalis yang di kota kota itu.
"eh.. Diva! Sini masuk! " seru Nia yang melihat kehadiran Diva dan Deva. Wajah Nia tampak lebih bersih dan pakaiannya juga bagus, pakai hijab pula.
"eh iya Nia, waah bagus ya rumah dan warung sate kamu sekarang. " puji Diva. Matanya menatap sekeliling, terlihat meja penuh pembeli Nia dibantu oleh adik laki laki Cica.
"Alhamdulillah ada rezeki, kamu kemana saja tak pernah kelihatan, duduk Dev, Div, makan sate dulu. " kata Nia. Deva dan Diva pun duduk. Candi adik Cica bergegas membuatkan 2 porsi sate porsi penuh. Nia menemani ibu dan anak itu makan sate sambil bercerita.
"kamu mau pergi ke Turki ya Nia? " tanya DIva.
"Insya Allah iya Va, kan kemaren ditawarin sama nak Dika pergi bareng pak rt dan bidan Ros, tapi kata Cica nanti saja, berangkat dari Turki saja, jadi saya ke Turki dulu, main main dulu sama mereka disana.
Uhuk!
Diva terbatuk.
"mereka? Siapa itu? " tanya Diva setelah meminum air.
"Cica, Dian dan Zana, mereka bekerja di perusahaan internasional, dan bahkan Cica dan Zana tinggal di apartemennya Dian. "
Deva gantian tersedak.
"apartemen Dian bu? "
"iya Dian dibelikan apartemen oleh ayahnya disana, jadi saya akan ke sana dulu.. Baru ke umroh nanti, sekalian lepas kangen sama anak anak, Candi juga ikut, jadi selama kurang lebih 1 bulan kami libur. " jawab Nia tanpa ada nada sombong.
Hati Diva dan Deva mendadak panas dan iri mendengar itu.
"boleh minta nomer hp Cica bu? " tanya Deva.
"oh boleh nak Deva, sebentar. "
Deva dan Diva pulang dengan perasaan tak karuan. Dulu sewaktu sekolah, Deva adalah paling kaya diantara mereka, dan Deva sangat sombong kala itu, tak hendak mau berteman dengan Cica, Zana dan terlebih dengan Dian.
Tapi kini semua terbalik, orang orang yang tak disukainya itu, melesat jauh meninggalkannya.
"nggak bisa dibiarkan ini. " gumam Deva.
Diva tak peduli, pikirannya berkecamuk memikirkan bagaimana cara untuk pergi umroh juga.
sepusing2nya mereka mencari plngan pake orang suruhan😂