Tiara tidak menyadari perasaan apa yang bersarang di hatinya kini. Ia hanya tahu saat ini dia menginginkan takdir terindah harus diperoleh oleh Rangga, sahabatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Enab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dibalik ketidaksetujuan
"Assalamualaikum", Tiara memberi salam.
"Waalaikum salam. Anakku sayang, ayo masuk. Kebetulan ada yang ingin tante katakan".
"Ada apa tante?".
"Duduk dahulu ".
Tiara dan ibunda Rangga duduk bersebelahan di kursi panjang menghadap ke kamar Rangga.
"Rangganya dimana, tante?".
"Di kamar lagi ganti pakaian. Nak, kamu tahu kan, sayangnya tante ke kamu melebihi sayang tante kepada Rangga?".
Tiara mengangguk.
"Tante tidak mahu kamu terluka. Jadi, jangan terlalu berharap kepadanya ", lanjutnya.
"Mama!", Panggil Rangga lantang seraya ke luar kamar.
"Berdiri, kita pergi sekarang", lanjutnya kepada Tiara.
"Tiara, ingat kata-kata tante tadi".
"Mama!. Berhenti membuatku melawan mama. kenapa dari dahulu mama tidak pernah mendukung cita-citaku? Dan sekarang mama mahu membuat Tiara menjauhiku. Sebenarnya mahu mama apa?!".
"Ga, tenang, kita pergi saja".
"Nggak, Ti. Dari dulu aku ingin sekali mengetahui mengapa mama selalu menentang apapun yang ku inginkan".
"Kamu mahu tahu?, baiklah. Karena mama tidak mahu kalian seperti mama dan papa. Papamu seorang aktor sebelum dia berselingkuh dengan lawan mainnya dan meninggalkan kita berdua. Mama tidak mahu hal itu terjadi kepada kalian. Kamu faham itu, Rangga?!".
Rangga melemas, Rangga tidak menyangka masa lalu keluarganya sehitam itu.
"Maafkan aku, ma. Aku tidak tahu kalau itu semua pernah terjadi tapi, aku janji itu semua tidak akan terjadi kepadaku dan Tiara. Mama tidak perluh khawatir".
"Tante, berikan Rangga kesempatan sekali saja. Biarkan dia membuktikan kalau dirinya berbeda dengan almarhum papanya".
"Kalian anak muda tidak pernah mahu mengalah. Baiklah, lakukan apapun yang kalian inginkan tapi, ingat, jangan pernah mendatangiku jika kalian memperoleh kegagalan".
"Tidak akan!", sahut Rangga.
"Jangan takabur!".
"Ayo kita pergi, mumpung belum terlalu siang", ajak Rangga.
"Ini tante oleh-oleh", Tiara memberikan satu tas kertas berisi cemilan.
"Punyaku mana?".
"Ambil sendiri di rumah", jawab Tiara, berlalu pergi.
"mama lihat kan, betapa sukanya dia padaku?".
"GR. Cepat lamar dia".
Rangga berjalan cepat menyusul Tiara yang telah bersiap di samping sepeda motor dengan memegangi helm.
...****************...
"Ini foto putri teman paman", Roy menunjukkan foto seorang gadis kepada Andika usai makan siang.
"Hentikan, paman. Aku belum ada rencana untuk menikah", tolaknya tanpa melihat wajah gadis yang ada di dalam foto.
"Usiamu sudah dua puluh sembilan, pekerjaan sudah mapan, kalau rumah, paman bisa belikan , wajah tampan jadi, kamu mahu tunggu apa lagi?".
"Biarkan aku mencarinya sendiri".
"Baiklah, paman tidak akan mendesakmu. Tapi, jika tahun depan di hari ulang tahunmu, kamu belum juga memperoleh calon isteri, jangan coba-coba menolak perjodohan yang akan paman susun ok?".
"Aku akan menemukannya sebelum jatuh tempo".
"Antar paman ke rumah calon tantemu".
"Paman langsung pulang saja. Nggak enak paman menemui Tante sedang, acara lamaran kalian lusa".
"Baiklah, antarkan paman pulang. Bagaimana cara kerja Sarah di kantor?".
"Dia rajin, nggak pernah terlambat, kerjaannya rapi. Pokoknya sudah bisa diberikan amanah walau jiwa manjanya terkadang hadir. Tapi, tidak mempengaruhi kinerjanya".
Paman Roy mengangguk.
...****************...
"Kamu tahu, Ti dimana kita sekarang?", tanya Rangga.
"Di depan jalan menghirup polusi. Kenapa juga kita berhenti dan berdiri disini, panas tahu", Tiara mengeluh.
"Kalau orang lain yang jawab gitu, sudah ku jitak kepalamu. Coba lihat ada apa di belakangmu".
Tiara membalikan badannya.
"SMP kita dahulu. Wah!. Nggak ada perubahan. Ngapain kita kemari?".
Rangga menarik napas panjang.
"Kamu yakin tidak ada kenangan apapun disini?".
"Bagaimana bisa aku lupa. Warung di pojok jalan itu tempat biasa kamu dipalak dan aku yang membelamu. Semenjak saat itu kita menjadi sahabat".
"Dan sekarang kekasih. Ti, berjanjilah kepadaku. Apapun rintangan yang akan datang, kamu tidak akan merubah perasaanmu kepadaku".
"Kenapa kamu memintaku berjanji?. Apakah kamu meragukan perasaanku?".
"Aku tidak pernah ragu. Hanya saja aku takut suatu saat kamu akan berpaling dariku".
"Hahaha... Astaga, Ga!. Aku tidak pernah berpikiran sampai kesana. Kecuali kalau Tuhan berkehendak lain, aku tidak bisa menolak perasaan yang diberikanNya", Tiara malah menakutinya.
"Kamu membuatku frustasi", Rangga menggaruk-garuk kepalanya.
"Disini panas. Aku masih harus mengantar oleh-oleh untuk paman di toko".
"Baiklah, Ayo aku antar ".
Rangga kembali melajukan sepeda motornya di atas jalanan nan panas disirami terik sinar mentari.
"Paman", sapa Rangga dengan memasang wajah imut.
"Kalian kapan tiba?".
"Kemarin sore. Ini paman ada sedikit oleh-oleh", jawab Tiara, memberikan sekantong berisi oleh-oleh.
"Terima kasih".
"Paman besok aku akan mulai masuk kerja".
"Tunggu sebentar ".
"Ini alamat rumah yang harus kamu hias. Pesta pernikahannya lusa pagi".
"Tugas ini saya terima dengan senang hati ", jawab Tiara bersemangat dan tersenyum.
"Rangga bagaimana tourmu ?".
"Aku mengundurkan diri paman. Aku mahu mencoba mengikuti casting di salah satu PH film", Jawab Rangga PD.
"Itu keputusan yang tepat. Daripada kamu hanya tour sana tour sini hanya segelintir orang yang akan mengenalmu. Kalau kamu menjadi aktor seperti para selebriti itu, kamu akan lebih dikenal orang dan menghasilkan banyak uang".
"Nah!. Memang hanya paman yang sejak dulu selalu mendukung aku. Terima kasih, paman".
"Kami pamit paman, sampai jumpa besok", pamit Tiara.
"Paman you'r the bast", puji Rangga sebelum kembali pulang.
"Kamu terlalu berlebihan memuji paman", ucap Tiara sambil memakai helmnya.
"Aku hanya mengungkapkan perasaanku".
"Kapan kamu mahu ke kantor PH itu?".
"Besok pagi".
...****************...
Bersambung. ...
awal huruf dlm percakapan sebaiknya huruf kapital juga thor🙏